KETIKA PETAKA MENDEKAT
KETIKA PETAKA MENDEKAT
Enam tahun sudah,kami tinggal di rumah sederhana milik kami sendiri,rumah kecil dikelilingi pohon-pohon buah,sesuai dengan keinginanku,aku memang bercita-cita memiliki sebuah rumah yang di sekelilingnya ditumbuhi banyak tanam-tanaman.
“Aik,ditanam di mana ya,tanaman yang ini ?”tanya suamiku,”Yang itu di dibelakang rumah aja kang!”jawabku,”Ayo, tunjukin tempatnya,ntar salah lagi!”tutur suamiku,beliau begitu menuruti kemauanku,mungkin karena melihat aku suka sekali dengan tanaman,apalagi menanam bunga.banyak sekali pot-pot yang dia beli untukku,Sekarang rumahku sangat rindang,dan asri.
Sore itu,suamiku pamit untuk melaksanakan tugas bersama beberapa orang temannya,beliau memperlihatkan surat tugasnya,karena perginya keluar daerah,dan lumayan jauh, akupun mengizinkan keberangkatannya,sebagai salah seorang angota RESKRIM,aku tahu apa dan bagaimana kerjaannya di luar sana,pekerjaan dengan penuh resiko,yang tidak dapat dielak,tujuan hanya satu mengabdi pada Negara.
sore ini suamiku dan dua orang temannya bergerak,ke daerah yang di tuju, untuk menangkap seorang buron kelas kakap.perjalanan yang akan ditempuh akan memakan waktu satu hari satu malam,dengan jalan yang masih ektrim waktu itu.
Waktu itu sudah menjelang siang tepatnya pukul 9.30,lokasi sasaran sudah di depan mata, dengan menyamar sebagai supir pengantar keramik,mereka dengan mudah menemukan tempat persembunyian boron tersebut,waktu itu memang suamiku yang maju,sementara temannya yang lain mengintai atau berjaga dari jauh.
“Tok,tok,tok assalamuaalikum,”suamiku mulai beraksi dalam penyamarannya,”waalaikum salam,”jawab suara dari dalam rumah,tidak berapa lama pintu dibuka,muncul serang pria bertubuh tegap,tinggi dan kekar,suamiku kenal wajah itu,karena ada fotonya untuk mengenali buron,tapi orang itu tidak mengenal suamiku,yang ia tahu orang yang berdiri di depannya adalah tukang antar keramik,lalu suamiku mengulurkan tangannya mengajak bersalaman,”Apakah anda ......?”tanya suamiku dengan menyebut namanya,tanpa curiga orang itu menyambut tangan suamiku,sambil berkata,”Ya,”dengan tidak pikir panjang lagi,lalu tangan orang itu dipelintir kebelakang dan akhirnya,posisi buron itu,beada di depan suamiku dengan tangan yang masih terkuci kebelakang,dan dengan cepat suamiku menguci kakinya,dengan kaki suamikuku,sehingga orang itu tidak bisa berkutik lagi,dan suamiku teriak ke temannya ,”Mas pasang borgolnya cepat.” Waktu itu temannya yang berada tidak jauh ,kira-kira satu setengah meter,tapi apa yang dilakukan temannya,justru mengeluarkan tembakan,suamiku terkejut,dan teriak lagi ,”Mas jangan tembak lagi,kaki saya yang kena!”namun terdengar lagi,”Dor,dor,” peluru itu bersarang di tempat yang sama,dan suamikupun terduduk ,boronpun kabur.
Bagai disambar petir,antara percaya dengan tidak ,jujur aku sangat terpukul mendengar berita itu,yang tidak habis pikir lagi adalah temannya sendiri yang melakukan penembakan itu,”kenapa!kenapa ya allah!apakah saat ini engkau sedang memperhatikan keluargaku?”.
Dengan di kawal dua orang anggota ,aku berangkat menuju daerah di mana suamiku mendapat musibah. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana kodisi suamiku saat itu,sepanjang perjalanan aku hanya diam,bungkam dan tidak bicara , dalam diamku,pikiranku menerawang kembali jauh kebelakang,dari pertama aku kenal,menikah,dan saat ini apa yang sedang aku alami ,suka dan duka silih berganti ,mempermainkan ,mengombang-ambingkan,bahtera rumah tanggaku ,rumah tangga yang baru akan dimulai.
Pukul 20.00 aku sampai di tempat tujuan,dan langsung ke rumah sakit ,dan saat itu suamiku baru saja keluar dari ruang operasi,beliau dioperasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di mata kaki dan saat aku datang beliau belum sadarkan diri.
Memandangi wajah letih dan tak berdaya di dipan rumah sakit ,membuat hatiku sangat sakit,banyak peristiwa yang menyakitkan yang dialami suamiku,selama dalam dinas,dan sekarang rasanya hampir tak percaya juga dengan apa yang tengah ia hadapi .
Satu jam menunggu barulah suamiku sadar,dan perlahan membuka matanya ,”Aik,”langsung memanggilku,suamiku menarik tubuhku yang kurus,ke dekapan dadanya,aku tak kuasa menahan tangis dan kami menangis bersama,tak biasanya suamiku ikutan menangis,yang jelas hati kami sama-sama hancur saat itu,kenapa tidak ,terpaksa tinggalkan buah hati yang masih kecil-kecil,putri sulungku baru menginjak umur tujuh tahun, baru mau belajar bersosiallisasi,sementara putraku yang kedua berumur empat tahun, masih TK 0 kecil ,saat ini ragaku berada di satu tempat tapi pikiranku terbagi dua,kedua buah hatiku sementara aku titip ke ibuku ,karena mereka harus sekolah,sedangkan aku sendiri merawat suamiku yang sedang sakit.
Aku sendiri tidak dapat memperkirakan berapa lama masa penyembuhan suamiku,yang jelas saat ini aku berusaha belajar sabar, serta berserah diri kepada yang maha kuasa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kereeen bu, sangat menarik dan menegangkan
terima kasih ,ikuti kisah selanjutnya ya salam literasi