SECERCAH HARAPAN
SECERCAH HARAP
Tiga minggu sudah suamiku mendekam di sel POLDA,Khabar burung yang ku dengar beliau akan dinonaktifkan dari kesatuan,saat ini tentu suamiku sudah tidak bisa berbuat apa-apa karena beliau berada di dalam sel.
Dalam sidang dua hari yang lalu,dua saksi yang memberatkan hukuman itu adalah teman atasan suamiku,begitu berani mereka mempermainkan nasib seseorang,sedangkan anggota yang satu pelton yang juga ikut menerima arahan waktu itu ,serta melihat kejadian yang sebenarnya justru tidak diminta kesaksiannya,dan tidak satupun dari mereka yang berani angkat bicara ,karena mereka tidak berani ambil resiko, sungguh sulit dipercaya .
Sekilas kelihatan rumah tanggaku baik-baik saja ,tidak banyak yang tahu,aku berusaha untuk tetap tenang, menjalankan tugasku sebagai pendidik,pulang sekolah aku mengunjungi suamiku di sel tahanan,meskipun jauh ,aku tetap jelang suamiku, dengan membawa makanan ,dan makan bersama di sana,aku harus tetap beri dia semangat,dan tidak mau kelihatan panik,aku tidak mau suamiku semakin sedih,apalagi saat ini aku sedang mengandung buah hati kami yang pertama.
Dalam kondisi hamil masuk lima minggu,aku sering merasa mual dan pusing,namun aku harus kuat,kuat fisik dan kuat bathin,jalan apa yang harus ku tempuh untuk menyelamatkan pakaian dinas suamiku agar tidak dicopot ,”Ya allah beri hamba kekuatan,”setiap malam aku bermohon dan berserah diri agar diberi petunjuk.
Beberapa petinggi di jajaran kantor suamiku sudah aku coba menghadap,dan menjelaskan kejadian yang sesungguhnya,agar mendapat keadilan,minimal ada keringanan,”Mohon ditinjau lagi Pak,kejadiannya,”pintaku,namun,belum ada angin segar yang berhembus.
Senja itu,kegundahan hatiku sudah tingkat dewa,aku ingin menjerit untuk memuntahkan rasa sesak di dada,keadaanku ini tidak luput dari perhatian kakak dan saudara ipar,tiba-tiba mereka menghampiriku,”Ayo berkemas, kita ke kantor pusat,” ungkap kakakku,”Kekantor pusat ?”aku setengah terperangah,tanpa banyak tanya akupun mengikuti perintah kakakku,dan sore itu juga kami beranggkat ke kantor pusat,perjalanan menuju kantor pusat waktu itu bisa memakan waktu satu hari satu malam,bukan masalah jauhnya tapi jalannya yang buruk,aku sendiri tidak tahu apa tujuan kakak dan kakak ipar membawaku ke kantor pusat,yang jelas saat ini aku ikut saja.
Keesokan harinya Pukul 17.00 kami tiba di daerah yang di tuju,di perjalanan kakakku dan kakak ipar menjelaskan apa yang harus aku lakukan,”aku yang melakukan ini?”ungkapku,kakakku bilang ,”Ya, harus kamu,karena kamu istrinya,”ujar kakakku.
Semua urusan waktu itu,memang harus di kantor pusat keputusannya,apa bila berkas sudah masuk dari daerah dan diproses di kator pusat dan ditanda tangani oleh komandan tertinggi,(maaf aku tidak menyebut nama atau istilah komandan tertinggi itu),kalau berkas itu sudah ditanda tangan oleh komandan tertinggi , maka sudah selesai urusan dan tamatlah riwayat karier seseorang,maka pecahlah periuk nasi sebuah kekuarga.
Waktu itu aku tidak diantar ke kantor, tapi ke rumah dinas komandan tertinggi itu,dengan dibekali penjelasan-penjelasan dari kakak dan kakak ipar,aku memberanikan diri untuk mendatangi rumah dinas itu,aku harus menyelamatkan keluargaku,periuk nasiku dan buah hati yang ada di kandunganku,aku mulai melangkah dengan mengucapkan “Bismillah”
Melalui pintu gerbang aku dihadang oleh dua orang penjaga,mereka bertanya mau bertemu siapa, aku menunjukkan kartu sebagai istri anggota” Mau bertemu ibuk komandan”,jawabku ,lalu salah satu dari mereka masuk dan tidak berapa lama keluar lagi,lalu mempersilakan aku masuk,ada perasaan lega di hatiku,ternyata untuk bertemu ibuk komandan tidaklah sesulit yang diceritakan orang,sempai di dalam aku melihat sosok seorang ibu yang menatapku dengan lembut dan tersenyum sambil bertanya “Ibu dari mana,dan ada keperluan apa?”belum sempat aku menjawab,air mataku sudah duluan mewakiliku untuk bercerita,aku tidak bisa berkata-kata saking ibanya hatiku,aku betul-betul tersengut-sengut, dan tidak terasa aku sudah dalam pelukannya kelembutan si ibu membuat aku terharu.
Makan waktu lumayan lama,untuk membuat hatiku tenang dan siap untuk bicara,tidak berapa lama muncul seorang laki-laki tegap dan berwibawa ,rupanya inilah bapak komandan itu,beliau juga tersenyum sabil duduk memandangku dengan pertanyaan yang sama seperti yang ibu ucapkan “Ibu dari mana dan ada keperluan apa?”hatiku sudah mulai agak tenang,aku harus menceritakan semuanya apa yang suamiku alami,aku mulai menceritakan satu persatu dari nama,asal,dan identitas suamiku,dan aku melihat bapak komandan dan ibuk sangat serius mendengar penjelasanku,lalu tiba-tiba sibapak memanggil ajudannya dan menyuruhnya ke kantor “Ambil semua berkas yang ada di meja saya!”ujarnya dan sang ajudan pun berlalu untuk mengambil semua berkas yang ada di atas meja kerja beliau,tidak berapa lama berkas itu datang,karena jarak antara kantor dan rumah dinas tidak jauh.
Aku melihat sibapak komandan memeriksa satu per satu berkas itu, dan tepat pada berkas nomor dua dari terakhir ,beliau berhenti dan melihat isinya ternyata berkas itu adalah berkas suamiku,dan aku melihat beliau menarik nafas dan menatapku sambil tersenyum,melihat senyumnya aku merasa ada kekuatan di tubuh ku,”Apa arti senyummu Pak?” hatiku bertanya-tanya,sedangkan bapak komandan belum menjelaskan apa-apa.
Si Ibupun penasaran “Bagai mana Pak?” tanya ibuk kepada bapak komandan,bapak menjawab ,”syukurlah bu,bapak belum menandatangani berkas itu,yang lainnya sudah semua”ujar beliau,mendengar itu ibupun ikut tersenyum,”jadi maksut bapak bagaimana?” tanya ibu lagi” Akan kita tinjau ulang, dan saya akan menurunkan intel untuk mencari fakta!” jawab bapak komandan,” sambil menatapku” Ibu tenang ya,berkas ini akan saya pelajari kembali ,sambil menunggu informasi yang benar dari intel yang saya turunkan besok,”ujarnya lalu memisahkan berkas itu dari tumpukan berkas yang lain.
Alhamdulillah ,memang allah itu tidak tidur ,dia hanya ingin menguji hambanya,sambil tersenyum ,aku ke luar dari rumah dinas itu,dan pulang dengan secercah harapan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya bu. Salam kenal!
Salam kenal juga ibu,terima kasih !