Pelari tercepat tapi?

Oleh: Nur Mualifah.

Masa pandemi Covid-19 semua kegiatan menjadi berubah. Berubah waktunya, caranya, dan sistemnya. Agenda kegiatan O2SN (Olympiade Olahraga Siswa Nasiaonal) akan dilaksanakan. Makanya sekolah melakukan persiapan. Para siswa yang mempunyai bakat sudah didata dan diminta untuk melakukan latihan dan latihan. Cabang pertandingan yang dipersiapkan adalah atletik (lari dan lompat jauh), senam lantai, tenis meja, dan volly. Setiap harinya anak-anak rutin berlatih dengan didampingi guru olah raga. Jam latihan dibuat pagi biar bisa efektif. Selain itu juga jika siang hari sering hujan datang. Proses pembelajaran kebanyakan PJJ / Daring, dengan demikian para siswa yang mengikuti latihan persiapan O2SN tetap bisa mengikutinya di siang harinya. Para siswa diharapkan bisamelaksanakan keduanya secara berimbang.

Tibalah waktu yang ditentukan, anak-anak bersemangat untuk mengikuti perlombaan. Namun mengingat pandemi Covid belum mereda, bahkan meningkat, maka ajang O2SN ditunda. Penundaan entah sampai kapan tidak ada yang tahu. Kasihan anak-anak sudah berlatih dengan intens namun belum jadi lomba. Meskipun begitu anak-anak tetap diberikan semangat bahwa latihan-latihan yang telah dijalaninya tidak sia-sia. Pasti semuanya akan ada manfaatnya. Setelah ditunda akhirnya untuk cabang atletik, tenis meja dan senam lantai jadi diadakan. Untuk senam lantai dilaksanakan secara virtual. Masing-masih kontingen diminta mengirimkan video pesenam lantainya.

Hari yang ditunggu tiba lomba cabang atletik. Sekolah mengirimkan. Seorang siswi yang bernama Devia. Satu hari sebelum lomba anak-anak peserta lomba memohon doa restu kepada bapak, dan ibu guru agar dalam pelaksanaan lomba diberikan kemudahan dan dapat berhasil dengan baik. Setelah selesai kegiatan lomba, pendamping memberitahukan bahwa Devia larinya tercepat. Alhamdullah, kami berfikiran karena larinya tercepat berarti sebagai juara 1.

Begitulah pikiran yang berkembang saat itu. Berikutnya pendamping mengirimkan hasil rekap kejuaraan dan foto pembagian piala kejuaraan. Dalam rekap dan foto yang dikirimkan ternyata Devia sebagai juara 3. "Kok bisa Devia juara 3, kan larinya tercepat!" pikirku Ternyata pemikiran saya sa ma dengan pemikiran beberapa teman.. "Katanya larinya tercepat, tapi tidak juara 1?" kenapa ya kata Bu Ati. "Belum dong aku!" imbuhnya "Ya, sama!" sambungku. "Aku juga penasaran ada apa?" Selanjutnya aku mencermati hasil rekapan lomba atletik.

Ternyata dalam lomba atletik tidak hanya lari saja. Masih ada cabang lomba lain yaitu lompat jauh. Ternyata di cabang lomba lompat jauh Devia hasilnya kurang bagus , hal itu disebabkan karena kakinya sakit dan bengkak. Memang pada saat lomba lari mendapatkan lintasan yang keras. Hal itu berpengaruh pada kakinya. Makanya pada saat lomba lompat jauh dengan kaki yang bengkak dan sakit, Devia berusaha mencari amannya saja. Sehingga setelah digabungkan skor lari dan lompat jauh sornya ada diurutan ketiga. Dengan demikian Devia untuk cabang lomba atletik sebagai juara 3. "Selamat untu Devia dan pembina, sukses slalu!" Perjuanganmu tidak akan sia-sia.

Cabang pertandingannya atletik, bukan cabang lari. "Oo .. ternyata begitu!" batinku. Selanjutnya aku menjelaskan kepada Bu Ati kenapa Devia sebagai juara 3. Ternyata apa yang ada dalam pemikiran kita dapat berpengaruh terhadap hasilnya. Dan hal itu sulit untuk berubah.

Dalam setiap data ada kita sering kurang mencermatinya. Yang dilihat langsung hasil akhirnya. Untuk sangat diperlukan kecermatan untuk bisa mengambil suatu kesimpulan.

Banyubiru, Maret 2021