ADIKKU SAYANG ADIKKU MALANG Bagian 4
ADIKKU SAYANG ADIKKU MALANG
Bagian 4
Tantangan_Menulis_Gurusiana_Hari-63
Tidak berapa lama, setelah Ibu berjuang melawan rasa sakit, maka terdengarlah suara tangisan adik kami. Seorang bayi perempuan yang putih, bersih dan cantik telah hadir ke dunia.
“ Alhamdulillah, bayinya cantik dan putih” Kata Buk Emi setelah membersihkan bayi dan membedungnya.
“Lahirnya ketika gerhana bulan, beri saja namanya Sari Bulan” Kata Buk Emi menawarkan nama untuk adik kami. Ibu tersenyum mendengarkannya.
“Buk Emi, terima kasih ya sudah membantu persalinan Ibunya anak-anak” kata Ayah kepada Buk Emi.
“Sama-sama Bang, sudah menjadi tugas saya” jawab Buk Emi yang dengan ramah kepada Ayah.
Akhirnya semua kami tersenyum, semua kami masuk ke kamar Ibu. Saya menghampiri adik yang ada di sisi Ibu.
“Ibu adikku cantik ya” kataku
“Jadi adikku dua, yang perempuan, kami main masak-masakan nanti” begitu aku berkata karena gembira mempunyai adik sama-sama perempuan.
Saat itu usiaku masih 6 tahun. Memang usia kami bersaudara tidak jauh jaraknya. Usia saya dengan Bang Syamsul hanya berjarak 6 tahun, sedangkan dengan Zaldy hanya 2 tahun, begitu juga dengan yang lainnya. Kecuali antara Paisal dan Roni yang agak jauh jaraknya.
“Iya nak, kak Yati harus sayang pada adik-adikmu dan harus mengalah ya” Ibu menasehati saya.
‘‘Iya Bu” jawabku sambil memegang pipi dedek bayi.
Sejak saat itu kami 5 orang bersaudara dan kami saling menyayangi. Ibuk Emi selalu memanggil nama adik kami Sari Bulan walaupun Ibu dan Ayah sudah memberi dia nama Marini.
Seiring waktu, usia kami bertambah dan Marini tumbuh jadi seorang balita yang sehat dan cantik. Namun adik kami Marini takut dengan keramaian. Ketika Adik Ibu menikah banyak pengunjung dan tamu yang datang. Katika itu kami masih menumpang di rumah nenek sehingga acara dilaksanakan di rumah yang kami diami.
Saya masih ingat betapa adik kami Marini menangis meraung-raung melihat dan mendengarkan musik ketika acara perkawinan itu. Akhirnya saya menemani Marini di kamar Ibu sambil membujuk dia agar jangan menangis.
“Sssssstttt, jangan menangis ya dek, banyak tamu, nanti kedengaran” kataku membujuk Marini
“Huuu hhuuuu hhhuuuuu hhhuuuuu, aaattuuutt” Marini berucap dengan kata-kata yang belum sempurna karena masih balita.
Bersambung...
Teluk Kuantan, 13 Januari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih Pak, salam literasi
cerpen yang bagus bu sukses selalu
Terima kasih Bu, atas kunjungannya. Sukses selalu juga buat Ibu
Keren cerpennya Bu Nur.
Terima kasih Pak, atas apresiasinya.
Mantap cerpennya say...Lanjutannya ditunggu ya. Salam sukses selalu buat sahabat tersayang
Terima kasih say... Ya inshaAllah dilanjutkan. Sukses ya sahabat.
Terima kasih admin gurusiana, karena sudah menayangkan.
Cerpenya keren bunda. Salam kenal dan salam literasi
Terima kasih Bu. Salam kenal dan salam literasi