ADIKKU SAYANG ADIKKU MALANG Bagian 5
Tantangan_Menulis_Gurusiana_Hari-67
“Huuu hhuuuu hhhuuuuu hhhuuuuu, aaattuuutt” Marini berucap dengan kata-kata yang belum sempurna karena masih balita. Secara perlahan tangisnya mereda karena saya membujuknya dan apalagi melihat Ibu datang.
“Kenapa anak Ibu? kog Rini menangis nak?” Ibu bertanya pada Marini kecil sambil merentangkan tangan akan menggendong Marini.
“Aaaattuuutt Bu” Marini menjawab dengan sedikit isak tangis yang masih tersisa.
“Duuuuhh anak Ibu yang caantik, kenapa takut nak, kan meriah harusnya Rini gembira” Ibu berkata kepada Marini kecil sambil mengusap air matanya. Mendengar perkataan Ibu, Marini menggeleng-gelengkan kepalanya.
Marini tumbuh dengan kasih sayang kami saudara-saudara yang memang menyayanginya. Seiring waktu dia tumbuh, dan usianya sudah menginjak usia sekolah sehingga Ibu mendaftarkannya untuk sekolah. Marini termasuk saudara kami yang dikategorikan pintar. Sehingga ketika di bangku SD Marini sering menjadi juara kelas.
Beberapa tahun kemudian kami juga mendapatkan dua orang adik laki-laki yang diberi nama Paisal dan Roni. Ketika usia Rini menginjak SMP dia mulai membantu keluarga dalam pengadaan bahan-bahan kue. Kue yang kami buat adalah lupis pulut dan ondeh-ondeh sipuluik
Jika kue yang kami buat lupis pulut maka bahan-bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan adalah beras pulut, kelapa dan daun pisang untuk membungkus lupis. Yang bertugas mencari daun pisang adalah Marini. Begitu pula ketika kue yang kami buat ondeh-ondeh sipuluik bahan yang dibutuhkan adalah beras pulut, gula aren, kelapa dan daun pandan wangi. Daun pandan wangi menjadi tugas Marini dalam pengadaannya.
Semua kami seperti sudah ada tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Jika Marini bertugas mencari daun pisang dan daun pandan wangi maka tugas saya adalah membuat lupis dan membuat ondeh-ondeh. Sedangkan Yulia bertugas menjajakan kue. Ketika usia Paisal menduduki kelas lima (5) dia juga ikut membantu Yulia dalam menjajakan.
Marini memang cocok dalam pengadaan bahan-bahan kue, dan tidak bisa berganti dengan tugas yang lain. Ibu pernah menyuruh Marini untuk ikut menjajakan kue.
“Rini, mau ya ikut menjajakan kue ya nak, supaya banyak kue yang terjual dan banyak uang yang akan kita dapatkan” begitu Ibu berkata kepada Marini.
“InshaAllah Bu” begitu Marini menjawab namun dia tidak pernah ikut dengan Yulia. Kami tersenyum melihat cara Marini menolak suruhan Ibu, walaupun begitu Ibu dan semua kami memaklumi sikap Marini.
Bersambung...
Teluk Kuantan, Minggu 17 Januari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren cerpennya Bunda. Salam literasi
Terima kasih Bu karena sudah berkunjung. Salam literasi dan sukses senantiasa
Alhamdulillah. Punya saudara yang patuh pada orang tua, sangat mengerti kehidupan keluarga. Jadi terharu membacanya. Salam sukses selalu buat sahabat tersayang
Terima kasih say, salam sukses selalu ya
Alhamdulillah sudah tayang, terima kasih admin/ah gurusiana.