SANG PENCETAK MURI Bagian 6
SANG PENCETAK MURI Bagian 6
Tantangan#menulis#gurusiana#hari6
Cerber
“Betul.....? Roni bisa jalan sendirian? Tidak capek lagi?” Aku bertanya pada Roni. Dia mengangguk dan mulai melangkah. Dan akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan. Setengah jam setelah istirahat kamipun sampai disekolah.
Setelah semua siswa pulang dijemput orang tuanya, kami semua pembina pramuka pulang kerumah masing-masing. Saya menyetop bus yang menuju Simpang Haru. Bersyukur masih ada kursi yang kosong sehingga kami tidak perlu berdiri dan bergelantung diatas buskota.
Roni tidak banyak bicara, saya juga asyik menikmati pemandangan dibawah. Seemua pepohonan dan rumah seakan berlari berlawanan dari bus yang kami tumpang. Barangkali Roni hanyut dalam peristiwa hanyutnya sandal yang membuat dia menjerit-jerit.
Akhirnya sampailah buskota di Simpang Haru, kami turun setelah knek memberi isyarat memukulkan uang koin pada tiang besi yang ada dalam bus. Roni aku bimbing dan kusuruh mendahului aku dan ketika kaki kami sudah menapak ditanah, bus melesat cepat.
Kami berjalan gontai menuju pemberhentian mobil yang akan kami naiki. Dari kejauhan supir sudah melambaikan tangan kearah kami, sayapun mengangguk. Setelah menyeberang jalan kami naiki oplet warna pink tersebut. Roni mulai mengantuk dan kepalanya diletak pada pangkuanku. Dan akhirnya kami sampai didepan pintu.
“Assalamualaikum, Buuuu....” Roni mendahului aku mengucap salam.
“Waalaikumsalam, waaaahhhh sudah pulang ya” Ibu menyambut kami dengan pertanyaan. Roni segera membuka sandal dan menghambur dalam pangkuan Ibu. Dia bercerita panjang lebar tentang peristiwa hanyutnya sandal kesayangan.
“Makanya jalan itu hati-hati nak, kasihan ya kakak...” Ibu menyela setelah mendengarkan cerita si bungsu. Akhirnya Roni tertidur dipangkuan Ibu.
///
Kehidupan berjalan dengan indahnya, seindah kasih sayang bersaudara. Namun sayang yang lebih saya pada si bungsu dan sebaliknya tidak dapat dibantah. Setelah saya menamatkan perkuliahan lalu ditempatkan didaerah Indragiri Hilir. Kami berangkat awal Agustus 1993. Bersama teman-teman sebanyak 43 orang berangkat dengan Bus dari IKIP Padang. Beberapa orang teman didampingi oleh orang tuanya atau saudaranya.
Saya berangkat sendiri menuju tempat pengabdian dilepas oleh Ayah, Ibu dan Roni di IKIP Padang. Semua sedih karena belum tahu tempatnya pengabdian. Karena Bupati tidak ditempat maka kami sementara menginap dirumah orang yang bekerrja di Dinas Pendidikan. Masing-masing dikelompokkan 5 orang untuk satu rumah. Saya dan 4 orang lainnya menginap di rumah Kak Iriani. Keluarga ini sangat ramah terhadap kami. Setelah Bupati ditempat kamipun dilepas menuju daerah masing-masing.
Nasib baik berpihak pada kami, karena kurang lebih dua bulan bertugas kami berkesempatan mengikuti LPJ (Latihan Pra Jabatan) sehingga kami kembali keIbukota Kabupaten yaitu Tembilahan. Saya kembali kerumah Kak Iriani namun karena kegiatan begitu padat hingga malam hari maka kami memutuskan menginap Pak Am. Khabar yang aku dapatkan beliau sudah berpulang ke Rahmatullah, semoga alm ditempatkan di syurganya Allah.
Ibu, Ayah dan Roni ternyata tidak sabar sehingga beliau berkunjung ke Tembilahan. Beliau diberitahu oleh Kak Iriani bahwa sedang mengikuti LPJ di Tembilahan via telepon. Dari cerita Ibu terjadi kelucuan ketika perjalanan. Beliau sudah begitu lama berada diatas mobil, ketika sampai pada suatu daerah knek berteriak
“Taluukk....Taluukk....” knek berteriak karena ada salah satu penumpang yang turun di Teluk Kuantan. Ibu terbangun dan berkata
“Haaaaaa Taluuukkk.....? sudah selama ini kita tidur masih di Taluk?” Ibu dan Bapak menyangka masih berada di Teluk Bayur
“Taluk Kuantan Pak, bukan Teluk Bayur” begitu knek menjelaskan.
Lebih dari 15 jam karena transit di Rengat maka sampailah beliau di rumah Kak Iriani. Mereka disambut sangat ramah. Sudah beberapa jam istirahat dirumah Kak Iriani, ternyata Roni belum melihat saya. Air hujan mulai turun seiring airmata Roni yang turun dengan derasnya.
“Buu.....kakak mana...kakak mana?” begitu dia menangis perlahan namun seiring hujan yang makin deras maka suaranyapun makin keras.
“Kakaaakkk....kaakaakk.... mana kakaaakk?” suaranya makin keras.
Bersambung...
Teluk Kuantan, 22 Februari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Roni kangen banget tuh
Cerita yang keren bunda. Salam sukses selalu.
Duh Roni tak sabar mau ketemu Kak Yati. Sudah kangen berat. Mantap ceritanya say. Lanjutkan. Semoga sehat selalu ya!
Hehehe... Iya, terima kasih ya sahabatku yang tiada jemu memberi support. Sehat dan sukses selalu ya say
Alhamdulillah tayang, terima kasih admin/ah gurusiana