SANG PENCETAK MURI Bagian 7
SANG PENCETAK MURI Bagian 7
Tantangan#menulis#gurusiana#hari7
Cerber
“Buu.....kakak mana...kakak mana?” begitu dia menangis perlahan namun seiring hujan yang makin deras maka suaranyapun makin keras.
“Kakaaakkk....kaakaakk.... mana kakaaakk?” suaranya makin keras.
“Roonn.... kakak Roni ada dirumah Pak Am, nanti Bu Yan antar kesana ya” Kak Iriani membujuk Roni yang makin kuat menangis.
“Diam...Ron, sebentar lagi kita ketempat kakak” Ayah ikut membujuk agar Roni berhenti menangis. Hujan mulai reda maka Kak Iriani bersama Acik May begitu kami memanggil adik dari Kak Iriani mengantarkan Ayah dan Ibu. Ketika itu hari sudah malam.
///
Ditempat berlainan yakni di gedung Puri Cendana saya dan peserta lainnya sedang sibuk mendengarkan pemaparan materi P4. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB acarapun diakhiri. Kami berempat pulang menuju rumah Pak Am.
Jalan yang kami tempuh sangat gelap dan sepi. Lokasi ini sebenarnya melewati area gedung Bupati dan nantinya memasuki jalan Swarna Bumi. Tidak terlalu banyak rumah yang ada disekitar itu sehingga menambah gulitanya malam. Kami berjalan beriringan berjejer memenuhi badan jalan untuk mengurangi rasa takut. Tiba-tiba ditengah jalan kami bertemu dengan orang gila.
“Woii......ikam, babini, kamarilah, aku handak bapadah.... kamarilah, hhaaa...hhhaaa...hhaaa” orang tidak waras tersebut mulai meracau sambil tertawa terbahak-bahak dan mulai mengejar kami. Orang tersebut berbahasa Banjar yang artinya “wahai kamu perempuan-perempuan, kesinilah ada yang akan aku katakan”
Kami berempat (saya, uni Pit, Atik dan yeni) pucat pasi tak berdarah. Terlebih lagi dia mulai menghalang-halangi jalan kami. Kami berbisik satu dengan lainnya.
“Ayo kawan-kawan, kita buka sepatu kita ya dan kita berlari sekencang-kencangnya” Uni Pit memberikan komando pada kami. Tanpa menunggu lama kamipun membuka dan menjinjing sepatu kami masing-masing mulai menganngkat sedikit rok kami agar tidak menghalangi untuk berlari. Saat itu kami memakai kemeja putih dan rok hitam. Akhirnya kamipun siap-siap akan berlari ditengah gelapnya jalan yang tiada berlampu.
“Siaaapp..... satu,...dua.... tiga....laaarriiiii.......” kami serempak memberikan komando dan kami berlari sekencang-kencangnya dengan berpencar,
“tolong....ttooollloonngg....ttollooonngg....” kami berlari dan minta tolong, tapi tak satupun pertolongan kami dapatkan karena lokasi tersebut memang sepi.
Bersyukur orang gila tersebut tidak dapat menangkap kami, setelah dia jauh tertinggal dan kami hampir sampai depan rumah Pak Am dan, berhenti sejenak mengatur nafas kami yang tersengal-sengal. Kami riuh dan akhirnya tertawa mengingat kejadian yang kami alami.
Dari kejauhan kami melihat beberapa orang keluar dari pintu karena mendengar kegaduhan. Tak disangka-sangka saya mendengar suara yang tidak asing ditelingaku.
“Kaakkaaakkk...kkaakkaaakk” ternyata itu suara Roni yang menghambur dan memelukku.
“Waahhh....ada Roni, Ayah dan Ibu” aku langsung salam pada Ayah dan memeluk Ibu. Teman-teman lainnya pun berjabat tangan dengan Ayah dan Ibu.
“Kog Ibu tahu kami disini?” aku bertanya pada Ibu ketika kami duduk diruang tamu
“Sebenarnya kami dari sore tadi sampai dirumah Buk Yan tapi, kata beliau kamu malam baru bisa ditemui dan lagian tadi hujan” begitu Ibu menjelaskan panjang lebar.
“Ada yang menangis, meraung-raung lho tadi, Ti” Ayah menggoda Roni sambil tersenyum kearah Roni yang masih menyandar padaku. Semua tersenyum mendengarkan cerita Ayah.
Bersambung...
Teluk Kuantan, 23 Februari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Haha... Ketemu ODGJ jadi kenangan lucu ya, Bun.
Iya bener, jadi lucu kalau teringat kenangan tersebut. Terima kasih Bu, atas kunjungan dan apresiasinya.
Makin seru. Lanjutkan Bu. Sukses selalu.
Terima kasih Pak Akhmad Ubedi, setia mengunjungi lapak saya. Sukses selalu dengan literasi tiada henti.
Mantap ceritanya. Terima kasih SKSS dan follownya.
Terima kasih Bu, bebas SKSS membuat silaturahmi jadi panjang dan banyak teman. Sekali lagi terima kasih ya
Duh.. takutnya dikejar orang gila. Untung tidak ada yang tertangkap. Keren ceritanya. Ditunggu lanjutannya, say.
Hehehe...bernostalgia ketika LPJ, terima kasih ya say selalu ada memberi motivasi tiada henti. Sehat dan sukses selalu
Alhamdulillah sudah tayang, terima kasih admin/ah gurusiana