Nurohim

Guru ndeso dan pelosok yang ingin selalu belajar agar tidak gaptek. Mulai mengajar sejak tahun 2009 di SDN kaliwlingi 02 Kab. Brebes Jawa Tengah sampai dengan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai Mimpi (Part 11)

Menggapai Mimpi (Part 11)

Tantangan hari ke-19

Seusai tes, Alfan pun mulai berkemas untuk meninggalkan tempat tersebut. Ketika baru keluar dari pintu, Alfan bertemu dengan teman-temannya waktu di SMA. Alfan pun sangat senang sekali bisa bertemu dengan temannya.

“Hai, Andi” sahut Alfan.

“Hai, Alfan. Kamu juga ikut tes seleksi ya?” tanya Andi, teman SMAnya.

“Iya, saya dari 3 minggu yang lalu di Jakarta. Selesai tes di sekolah statistik, saya selalu berpindah-pindah tempat” jawab Alfan.

“Kamu ikut nginep di saudara ya?” tanya Andi

“Ndak, Andi. Saya menginap di masjid yang bisa saya singgahi” jawab Alfan.

“Ya Allah,,,sekarang kamu mau menginap dimana? Apa langsung mau pulang?” tanya Andi.

“Saya mau langsung pulang tapi bingung. Mau menginap pun juga tidak ada tempat lagi” jawab Alfan.

“Kamu ikut saya, Alfan. Pulangnya besok saja. Kita nginap di kontrakan saudara saya. Lumayan jauh sih dari sini. Gimana?” ujar Andi.

“Saya mau sekali. Tapi barangkali saya ngrepoti saudaramu, ndak enak” jawab Alfan.

“Ndak kok, toh saudaraku sering keluar, jarang tidur di kontrakan” sahut Andi.

“OK deh. Saya terima tawaranmu. Makasih ya, Andi. Sudah mau membantuku” jawab Alfan.

“Sama-sama. Ah biasa ajalah, sesama teman harus saling membantu” ujar Andi sambil merangkul pundak Alfan.

Mereka berdua berjalan bersama. Mereka saling bercerita selama mengisi waktu luangnya. Canda tawa pun saling lempar satu sama lain. Mereka berdua memang bukan sahabat karib, namun ketika bertemu seperti sahabat yang sudah lama berpisah.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka berdua sampai di halte bus kota. Mereka menunggu bus kota menuju daerah tempat kontrakan saudaranya Andi. Lama kemudian berhentilah bus kota yang telah ditunggu-tunggu. Mereka menaiki bus kota sambil menikmati pemandangan bangunan gedung-gedung tinggi. Waktu pun mulai menunjukkan sore hari. Mereka berdua sampai di tempat sebelum waktu petang hari. Alfan menginap di tempat hanya semalam saja. Karena esok paginya, ia harus pulang menuju kampung halaman.

Sebelum tidur, Andi penasaran dengan yang telah dilakukan Alfan selama 3 minggu di kota besar. Andi merasa peduli dengan temannya mengingat kondisi Alfan yang semakin kurus kering. Alfan pun menceritakan semuanya. Mulai dari awal ia berangkat sampai keadaan sekarang. Andi pun merasa iba karena tidak mampu membantunya. Andi juga tidak mengetahui keadaan Alfan, karena ia tidak bisa dihubungi lewat telepon. Ia pun menyadari karena Alfan tidak memiliki handphone. Setelah menjelang tengah malam, mereka pun mulai beristirahat.

Esok paginya, Alfan mulai merapikan tasnya. Ia bersiap diri untuk perjalanan pulang menuju kampung halaman tercintanya. Alfan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anggota keluarganya. Ia akan pulang sendirian karena Andi masih menginap di saudaranya.

“Terima kasih ya, Andi. Kamu sudah membantuku. Saya mengucapkan banyak terima kasih, sudah diijinkan menginap di tempat ini” ujar Alfan.

“Sama-sama. Alfan. Ah...biasa ajalah. Hati-hati di jalan, ya sobat” sahut Andi.

“Oya, tolong ucapkan terima kasih ke saudaramu ya. saya mau mengucapkan langsung tapi kok belum pulang” ujar lagi Alfan.

“Ok, Sobat. Salam buat keluarga ya” sahut Andi sambil berjabat tangan.

Keduanya pun saling berpelukan sebagai tanda perpisahan keduanya. Alfan merasa sangat terbantukan oleh Andi. Ia pun segera menuju ke terminal yang jaraknya lumayan jauh. Alfan berjalan kaki untuk mengirit mengingat uangnya hanya untuk ongkos membeli tiket bus untuk kepulangannya ke kampung halaman.

Setelah beberapa menit, sampailah Alfan di terminal yang ia tuju. Ia langsung mendapatkan bus tujuan kota kelahirannya. Ia segera memasuki bus dan duduk sambil membawa tas yang berisi baju yang sudah kotor, berkas administrasi pendaftaran, fotocopy ijasah dan lain-lain. Ia pun bersyukur akan mengakhiri penderitaan yang ia alami selama di ibu kota. Pahitnya kehidupan di ibu kota sebagai pelajaran baginya. Alfan meyakini bahwa kepahitan yang ia jalani akan membuahkan hasil yang baik. Namun, waktu yang akan menentukan semuanya. Cepat atau lambat, ia akan merubah nasibnya menjadi lebih baik dari seperti apa yang ia jalani.

To be continued..........

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post