Nurohim

Guru ndeso dan pelosok yang ingin selalu belajar agar tidak gaptek. Mulai mengajar sejak tahun 2009 di SDN kaliwlingi 02 Kab. Brebes Jawa Tengah sampai dengan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai Mimpi (Part 2)

Menggapai Mimpi (Part 2)

#TantanganGurusiana

Tantangan hari ke-7

Setelah lulus Madrasah Ibtidaiyah, Alfan bermaksud ingin mengutarakan cita-citanya untuk menjadi seorang ustadz. Ia ingin melanjutkan pendidikannya di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur.

“Bu, sekarang saya sudah lulus MI. Saya ingin melanjutkan ke pondok pesantren daerah kediri. Gimana menurut Ibu?” tanya Alfan

“”Alfan, Bapak Ibu ndak punya uang untuk membayar bulanan di pondok pesantren. Jika kamu pengin belajar agama, ngaji saja di daerah sini ya” jawab Ibu

“Ibu jangan khawatir, nanti di sana saya mau ndalem Bu. Jadi, Cuma bayaran bulanan saja. Untuk makan dan nginapnya tidak bayar” sahut Alfan

“Tetap saja, Alfan. Ibu harus kirim uang tiap bulan. Ibu ndak sanggup karena penghasilan Bapak Ibu ndak tentu. Kamu harus memahami ya, Alfan” jawab Ibu sambil menitikkan air mata

Alfan pun menyadari bahwa orang tuanya tidak bisa menyanggupi untuk menitipkan di pondok pesantren karena faktor ekonomi. Ia menerima keputusan orang tuanya dengan ikhlas dan tanpa ada rasa marah sedikitpun di hatinya. Ia yakin bahwa itu adalah jalan yang terbaik menurut Allah SWT. Dan jika suatu saat jalan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren dikabulkan, itu adalah ujian baginya.

Beberapa hari kemudian, Alfan memikirkan bagaimana caranya ia bisa menuntut ilmu agama tetapi ia tidak terlalu membebani orang tuanya. Alfan tidak menyerah begitu saja. Akhirnya ia menemukan ide, yakni dengan mencari ilmu di Madrasah Tsanawiyah (MTs). Ia sudah berkeyakinan besar untuk mengubah jalan nasibnya menjadi lebih baik. Ia meminta pendapat ijin kepada Ibunya, bahwa ia ingin melanjutkan lagi di Madrasah Tsanawiyah. Ia yakin permintaannya akan dikabulkan, karena tidak terlalu membebani orang tua. Selain itu, di samping ia bersekolah mencari ilmu agama dan ilmu umum lainnya di Madrasah Tsanawiyah, ia juga masih membantu orang tua di sawah. Sehingga beban orang tua semakin ringan walaupun sambil menyekolahkannya.

“Bu, bagaimana kalau Alfan sekolah di MTs yang dekat daerah sini? Kira-kira diijinkan ndak bu?” tanya Alfan ke Ibunya sambil memelas

Ibunya pun diam dan sejenak berpikir. Ia masih memikirkan masalah ekonomi dan juga sedang membiayai kakaknya yang sedang sekolah di MTs.

“Boleh ya, Bu? Kan kakak juga sekolah di MTs dan Insyallah Alfan masih bisa membantu Bapak Ibu di sawah” sahut Alfan

“Ya sudah. Nanti kamu daftar sekolah di MTs, tempat sekolah kakakmu. Jangan lupa selalu belajar ya. Ingat, Bapak Ibu mencari uang demi kebutuhan kalian. Dan ingat, sekolah yang benar. Jangan neko-neko. Terima apa adanya” jawab Ibu

“Insyaallah, Bu. Saya akan belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengecewakan Bapak Ibu. Saya minta doa restu ya, Bu. Semoga dimudahkan semuanya, Amin” sahut Alfan

“Amin” jawab Ibu

Akhirnya Ibu pun merestui Alfan untuk sekolah di MTs. Alfan merasa sangat bahagia. Ia pun akhirnya mempersiapkan segala kebutuhan untuk pendaftaran sekolah MTs bersama teman-temannya.

Ketika Alfan sudah MTs, bukan berarti sudah tidak membantu pekerjaan orang tua. Justru tugas yang ia emban bersama kakaknya semakin bertambah. Setiap pagi hari setelah sholat subuh, mereka berdua harus menyiram tanaman bawang merah di sawah. Mereka berdua berangkat pagi-pagi sekali sampai jalan di sawah pun masih dalam keadaan masih gelap gulita. Mereka berboncengan menggunakan sepeda sambil membawa ember untuk menyiram tanaman bawang merah. Keadaan masih mengantuk dan suasana masih dingin adalah hal biasa yang ia rasakan setiap pagi. Mereka lakukan itu semua demi membantu orang tua agar bapak ibunya bisa mencari uang menjadi buruh tani. Uang yang diterima pun digunakan untuk biaya sekolah anak-anaknya. Hal itu pun sering mereka alami kejadian seperti pada waktu masih di MI, yakni jarang membawa uang saku.

Setelah menyiram bawang merah, alfan dan kakaknya pulang ke rumah. Mereka mandi dan sarapan pagi serta bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Mereka berdua berangkat ke sekolah berboncengan menggunakan sepeda yang ia gunakan untuk berangkat ke sawah. Sepedanya pun berkategori jelek jika dibandingkan dengan teman-teman lainnya. Karena sudah banyak cat yang terkelupas dan sering kotor karena jalan di sawah masih berupa tanah, belum lapisi batu apalagi diaspal. Tetapi keadaan itu menjadi penyemangat bagi Alfan dan kakaknya untuk mencari ilmu dan tidak mengecewakan orang tua.

Selama sekolah di MTs dari mulai kelas 1 sampai kelas 3, Alfan dan kakaknya mendapat peringkat 1 untuk kelas paralel. Oleh karena itu, Alfan dan kakaknya mendapatkan hadiah berupa beasiswa prestasi, yakni SPP sekolah digratiskan. Hal ini sangat membantu sekali bagi biaya sekolahnya. Orang tuanya pun merasa bersyukur karena telah membuatnya bangga terhadap prestasinya. Setiap kali pengambilan rapot, pasti akan senang. Hal inilah menjadi awal motivasi tergeraknya hati orang tua Alfan untuk mendorong kedua anaknya agar melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Ibunya berkeyakinan bahwa selama ada keyakinan, pasti halangan apapun bisa dihadapi dengan baik. Begitu juga dengan masalah biaya sekolah, jika ia yakin pasti ada jalan untuk mendapatkannya. Ia pun berpesan kepada Alfan dan kakaknya agar selalu belajar, rajin beribadah, dan selalu berdo’a meminta pertolongan kepada Allah SWT.

To be continued...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post