Nurohim

Guru ndeso dan pelosok yang ingin selalu belajar agar tidak gaptek. Mulai mengajar sejak tahun 2009 di SDN kaliwlingi 02 Kab. Brebes Jawa Tengah sampai dengan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menggapai mimpi (Part 4)

Menggapai mimpi (Part 4)

Tantangan hari ke-11

Di hari pengumuman kelulusan seleksi penerimaan siswa baru di SMA, Alfan berangkat sendirian. Setelah sampai di sekolah, ia pun melihat papan pengumuman daftar peserta yang diterima di SMA tersebut. Nama Alfan masuk pada daftar yang diterima. Alfan pun merasa sangat bahagia. Ia kemudian melihat pengumuman bagi peserta yang lolos pada papan di sebelahnya. Tertera pada papan itu yang mengharuskan registrasi dengan membayar sejumlah uang. Ia langsung pulang dan menyampaikan berita tersebut pada orang tuanya.

Setelah hampir 1 bulan menjalani sebagai siswa di SMA, Alfan merasakan ketidaknyamanan yang sangat beda jauh dengan keadaan waktu di MTs. Ia merasa sangat minder dengan keadaan teman-temannya. Ia merasa sangat ketinggalan jauh penguasaan materi dari teman-temannya. Kebetulan ia masuk pada kelas unggulan yang dihuni oleh siswa yang berprestasi di sekolah awalnya masing-masing. Segala materi pengetahuan umum, ia tidak bisa mengikuti sebagaimana mestinya karena pembelajaran yang ia terima tidak seperti pada waktu MTs yang kebanyakan ilmu agama. Ia pun berusaha untuk mengikutinya walaupun tetap saja ketinggalan dalam memahami materinya. Selain itu, ia termasuk keluarga tidak mampu sedangkan rata-rata teman di kelasnya adalah anak orang mampu. Kebanyakan orang tuanya adalah pegawai, sedangkan ia sendiri adalah orang tuanya hanya seorang buruh tani. Ia semakin bertambah mengucilkan dirinya sendiri. Alfan pun meyakinkan dirinya agar tabah dalam menjalani ujian dan cobaan ini. Ia percaya untuk mendapatkan hasil yang terbaik harus melewati sebuah tantangan besar dalam hidupnya.

Alfan pun akhirnya menyampaikan apa yang ia rasakan pada ibu dan kakaknya.

“Bu, saya kok merasa tidak bisa mengikuti pelajaran seperti teman pada umumnya. Padahal saya selalu belajar. Apalagi kalau bahasa inggris, ndak bisa ngmong sama sekali” ujar Alfan pada ibunya.

“Kok bisa seperti itu? Kamu harus belajar yang lebih rajin ya” jawab Ibu.

“Ya, Bu. Insyaallah saya akan lebih belajar sungguh-sungguh” tandas Alfan.

“Alfan, kakak juga merasakan yang sama ketika pertama kali masuk di SMA itu. Kebetulan kakak juga sama kayak Alfan, masuk kelas unggulan. Memang sih, kakak juga membutuhkan beberapa bulan untuk menyesuaikan dengan teman. Saya yakin, kamu pasti bisa” ujar kakak menyemangati Alfan.

“Makasih kak atas dukungannya. Insyaallah saya akan berusaha lebih baik lagi” ujar balik Alfan.

Alfan pun mulai belajar dengan sungguh-sungguh. Ia belajar setiap hari bahkan sampai larut malam. Namun, ketika hasil ulangan tengah semester dibagikan hasilnya masih jauh dari kata baik. Banyak nilai yang hanya sekedar memenuhi KKM. Ia pun menyadari bahwa ia belum mampu beradaptasi dengan gaya belajar teman sekelasnya. Dan ketika sampai akhir semester pertama pun ia tidak mampu memberikan hasil yang baik. Kebanyakan nilai hanya sebatas mencapai KKM. Bahkan sampai akhir semester kedua pun masih sama. Ia mengalami tekanan dalam hatinya, namun orang tua dan kakaknya selalu memberi motivasi agar selalu bersabar dan belajar lebih giat lagi.

Memasuki tahun kedua di SMA, Alfan masuk di kelas biasa dengan kemampuan rata-rata sedang. Ia mulai merasakan kenyamanan dalam belajar di sekolah. Bahkan ia bisa masuk 5 besar di kelasnya. Ia pun mulai menikmati sekolah masa SMA. Namun, keadaan yang masih ia terima adalah Alfan sering tidak memiliki uang saku untuk jajan di sekolah. Ketika istirahat sekolah, ia lebih sering ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuha atau ke perpustakaan untuk mengisi waktu istirahatnya. Hal itu dilakukan karena teman yang lain pergi ke kantin, sedangkan ia sendiri tidak memiliki uang untuk jajan di kantin. Ia bisa jajan di kantin ketika ada jam olahraga. Itu pun hanya sekedar membeli es dan sebuah gorengan saja.

Ketika Alfan sudah kelas 3 SMA, ia kembali masuk di kelas unggulan. Ia pun harus menerima keadaan seperti waktu kelas 1. Namun, bedanya di kelas 3 ia mampu beradaptasi dengan teman lainnya. Segala kebutuhan buku paket, ia harus memfotokopinya. Itu pun hanya beberapa buku saja. Di kelas 3 juga Alfan sudah bisa bergaul dengan teman lainnya. Namun, nilai belajarnya hanya sebatas rata-rata kelas saja. Akan tetapi, Alfan bersyukur karena mampu beradaptasi dengan gaya belajar temannya sehingga ia tidak tertinggal temannya.

Setelah selama 3 tahun belajar di SMA, akhirnya Alfan pun lulus dengan baik. Alfan bersyukur karena sudah menyelesaikan belajarnya. Ia menyadari selama belajar di SMA, ia tidak mampu membahagiakan orang tuanya. Namun, orang tuanya selalu mendukung dan memberi semangat padanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post