Biarkan Stephen Elop Saja, Kita Jangan.
Sebelum memutuskan untuk menjual sebuah produk atau menyediakan jasa, seorang produsen hendaknya mencari tahu barang atau produk apa yang kemungkinan besar akan diminati dan dibutuhkan oleh para konsumen. Dalam dunia bisnis—silakan dikoreksi jika saya keliru—itulah yang disebut sebagai penelitian dan pengembangan atau yang lebih dikenal dengan istilah research and development.
Sepertinya hal itu pula yang dilakukan oleh salah seorang peserta didik di tempat saya mengajar. Saya tidak tahu pasti apakah dia mempunyai inisiatif sendiri atau dikarenakan usulan dari orang tuanya. Mungkin juga dia terinspirasi dari peserta didik lain yang bersekolah di tempat lain. Atau siapa tahu beberapa malam sebelumnya dia bermimpi telah bertemu dengan Stephen Elop dan dibisiki sesuatu yang akhirnya menggerakkan hati, pikiran, dan tubuhnya untuk melakukan sesuatu. Siapakah Stephen Elop itu kok sampai mendatangi dia lewat mimpi? Rahasia.
Satu hal yang jelas adalah peserta didik tersebut, menurut pandangan saya, bisa dengan jeli mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen di lingkungan sekolah: guru, staf dan juga peserta didik lainnya. Dia menjual makanan dan minuman di lingkungan sekolah yang diperuntukkan bagi warga sekolah ketika kantin sekolah belum mulai kembali beroperasi karena pandemi. Maka, membawa dagangan ke sekolah pada pagi hari berupa nasi bungkus, jajan, dan minuman jus yang dibungkus di plastik merupakan satu keputusan dan langkah cerdas nan tangkas. Satu hal yang langsung mengingatkan saya tentang simbiosis mutualisme antara burung jalak dan kerbau yang saya pelajari sewaktu sekolah SD dulu.
Dalam hal pemilihan jenis produk, waktu pemasaran, dan kejelian melihat peluang usaha semuanya benar-benar tepat. Bagaimana tidak, dari sekian ratus peserta didik dan puluhan guru serta karyawan, pasti ada sekian persennya yang dari rumah belum sempat sarapan. Dan ketika kantin sekolah sedang dalam kondisi koma, pilihan konsumen semakin sempit dan sedikit. Mau tak mau, makanan yang dijual di dekat konsumen dan bisa dijadikan pemadam rasa lapar atau setidaknya pengganjal perut pasti akan laris meskipun belum tentu ada manis-manisnya.
Dalam bahasa penelitian, research and development tipis-tipis yang dilakukan oleh peserta didik beserta orang-orang di belakangnya terbukti tepat dan bisa menghasilkan sebuah produk yang bisa membantu konsumen dalam memilih solusi. Dia sepertinya memahami karakter sebagian besar masyarakat di sekitarnya yang beranggapan bahwa yang namanya sarapan itu ya mengonsumsi nasi, bukan bakso, mi rebus, apalagi roti yang di Jawa dulu identik dengan makanan wong Londo atau orang Belanda.
Oleh karena itu, meskipun di depan sekolah terdapat beberapa warung kopi dan bakso, besar kemungkinan orang seperti saya tetap akan memilih nasi bungkus sebagai makanan utama. Selain lebih dekat, pilihan menunya juga jauh lebih memikat dan nikmat.
Dalam dunia pendidikan, guru juga diharapkan dan dituntut mampu melakukan research and development agar kegiatan belajar di sekolah tidak hanya menjadi rutinitas dan menjalankan kewajiban belaka. Kurikulum yang berlaku boleh saja menetapkan ini dan itu, harus begini dan begitu, tidak boleh begita-begitu, tetapi guru harus selalu ingat bahwa yang mereka hadapi adalah peserta didik yang tidak hanya memiliki kecerdasan dan kemampuan yang berbeda-beda, tetapi juga memiliki karakter yang sangat beragam.
Oleh karena itu, materi yang diajarkan oleh guru boleh saja sama, tetapi cara penyampaiannya harus terus menerus diperbaiki dan dibenahi. Apakah tidak boleh jika guru mengajarkan materi yang sama dengan cara yang sama sekali tidak berbeda? Karena memilih teknik mengajar merupakan hak masing-masing guru, saya rasa hal itu boleh dan sah-sah saja.
Namun demikian, jangan pernah menyesal jika suatu saat nanti guru yang tidak mau beradaptasi dengan perkembangan zaman dan enggan mencoba hal baru dengan memanfaatkan teknologi dalam mengajar harus kembali mengulang kalimatnya Stephen Elop yang berbunyi, "We didn't do anything wrong, but somehow, we lost."—Kami tidak melakukan kesalahan, tetapi biar bagaimana pun kami kalah juga.
Dari tadi Stephan-Stephen Elop, sebenarnya siapa sih dia itu? Kan sudah saya bilang kalau hal itu adalah sebuah rahasia. Masak iya rahasia juga harus diceritakan?
Nganjuk, 25 Januari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar