Nurohman

Seorang pemulung aksara yang gemar mengais dan memungut serakan kata dari keranjang bahasa lalu merangkainya menjadi tumpukan rasa. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Haruskah Kita Kehilangan Dahulu?

Haruskah Kita Kehilangan Dahulu?

Dari sebuah personal blog di Facebook yang bernama Quality Education, sekitar sembilan puluh menit yang lalu, saya mengetahui sebuah postingan yang menampilkan foto seorang bocah lelaki sedang duduk di bagian tepi sebuah bak sampah. Dia terlihat sedang membaca sebuah buku yang tak begitu jelas apa dan bagaimana penampakan buku tersebut. Di bagian atas foto tadi, terdapat keterangan singkat yang ditulis dalam bahasa Inggris.

Dari keterangan tersebut dan penelusuran, saya tahu bahwa bocah lelaki yang memakai semacam kaos sweater itu bernama Shami Hussein. Dia berasal dari Syiria dan kini tinggal di Lebanon. Dia bersekolah di pagi hari dan bekerja mengumpulkan besi tua di sore hari. Ketika sedang bekerja, Hussein menemukan sebuah buku di tempat sampah. Buku tersebut langsung membangkitkan hasratnya untuk membolak-balikan halaman dan membacanya selama kurang lebih tujuh menit.

Saya yakin, siapa saja yang menyaksikan foto yang dijepret oleh Roderick Maghams—seorang insinyur muda dan juga profesor di sebuah universitas di Beirut—ini akan langsung merasa trenyuh dan tersentuh hati dan perasaannya. Hussein berasal dari negara yang sedang mengalami sebuah konflik yang berkepanjangan. Oleh karena itu, dia kini berada di Lebanon. Tidak ada keterangan di mana ibunya berada, tetapi—dari keterangan Roderick Maghams—yang jelas dia bekerja karena harus membantu empat saudara perempuannya dan juga ayahnya yang sedang sakit.

Foto tersebut mengingatkan masa kecil saya yang dulu suka membaca koran bekas yang dibeli oleh ibu saya. Bukan untuk dibaca atau dikoleksi, tetapi digunakan untuk membungkus cabai, kelapa, ikan asin, dan berbagai keperluan sehari-hari semacam itu karena ibu saya berjualan kebutuhan pokok dan juga sayur-sayuran. Sebelum dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, saya meminta izin untuk membacanya terlebih dahulu. Jika saya rasa ada yang menarik, saya akan menyimpannya. Untuk apa? Tidak tahu. Ada rasa eman—semacam perasaan tidak rela—untuk membiarkannya menjadi semacam bungkus.

Dulu, bahan bacaan terasa sulit untuk didapatkan karena belum ada fasilitas internet. Oleh sebab itu, koran bekas bisa menjadi semacam pelipur lara terhadap rasa rindu kepada buku-buku. Akan tetapi, kini banyak hal telah berubah. Bahan bacaan sangat melimpah, bahkan bisa dibilang terlalu melimpah hingga seringkali tak lagi sempat untuk menghabiskannya.

Fotonya Shami Hussein sepertinya harus disebarluaskan agar generasi muda sekarang lebih bersemangat dalam mencintai buku bacaan dan semakin gemar membaca. Sesuatu yang banyak dan melimpah, terkadang memang terasa kehilangan keistimewaannya hingga tak bisa menarik perhatian banyak orang, terutama pelajar untuk gemar membaca. Namun, jangan sampai kesadaran akan pentingnya membaca menjadi tergerus dan baru tersadar ketika buku-buku yang sebelumnya melimpah tak ada lagi di rumah dan di sekolah.

Ada baiknya kita mensyukuri ketersediaan bacaan yang melimpah tadi dengan meluangkan waktu lebih banyak untuk membaca dan mencernanya ke dalam otak dan hati kita karena—meminjam sepenggal lirik lagunya Sheila On 7 yang berjudul Percayakan Padaku—kau tak kan pernah tahu apa yang kau miliki hingga nanti kau kehilangan.

Oleh karena itu, mari kita kisahkan cerita tentang Shami Hussein ini agar buku-buku bacaan—yang kertasnya telah menumbangkan pepohonan penghasil oksigen bagi makhluk hidup—tidak hanya menjadi sekedar hiasan rak perpustakaan dan membuat ruangan semakin pengap saja.

Saya jadi ingat satu hal lagi tentang masa lalu saya. Seandainya dulu sudah ada kamera dan hape, bisa jadi saya akan seterkenal Shami Hussein ketika memutuskan untuk nekat memanjat pohon akasia di tepian sungai hanya untuk membaca di atas pohon dalam dekapan semilir angin yang sepoi-sepoi. Entah apa yang merasuki saya waktu itu hingga berbuat sengawur itu.

Nganjuk, 07 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post