Nurohman

Seorang pemulung aksara yang gemar mengais dan memungut serakan kata dari keranjang bahasa lalu merangkainya menjadi tumpukan rasa. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMBETULKAN RESLETING DENGAN BENAR

MEMBETULKAN RESLETING DENGAN BENAR

Ketika rasa nyaman sudah bisa saya rasakan dan temukan, terkadang merk, model, warna, dan juga harga dari sebuah pakaian tidak pernah jadi soal bagi saya. Meskipun terkadang kaos atau baju favorit yang saya miliki sudah terlihat kusut dan kusam, tak sedikitpun menyurutkan keinginan saya untuk terus memakainya. Alasannya cuma satu: telanjur terasa nyaman. 

Dalam hal berpakaian, saya tergolong orang yang mengutamakan kenyamanan meskipun model, warna, dan juga harga tetap harus dipertimbangkan. Urusan model, yang penting menyesuaikan dengan umur dan tentu saja harus bisa menutup bagian-bagian yang memang harus tertutup. Sedangkan untuk warna, apapun asal cenderung gelap dan bukan merah muda. Soal harga, tak ada yang perlu diributkan dalam hal harga, berapapun yang penting murah, eh. Bukan karena tidak punya uang, hanya saja ada banyak hal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Selain itu, bukankah tidak bergaya hidup mewah termasuk amanat dari Butir-butir Pancasila dan juga Dasa Dharma Pramuka? 

Bagaimana dengan merk? Ada beberapa merk yang saya sukai karena produknya—berdasarkan pengalaman saya sebagai pemakai—yang selalu berkualitas dan enak dipakai. Akan tetapi jika sudah merasa cocok dengan pakaian tertentu, saya biasa memakainya hingga pakaian tersebut mengkis-mengkis sampai ke garis finish kepantasan dan kepatutan. Jika saya rasa masih pantas, pantang rasanya bagi saya untuk menelantarkannya untuk kemudian membeli yang baru. Apalagi, jika pakaian tersebut memiliki arti khusus dan mengandung nilai-nilai bersejarah bagi saya. 

Hal yang sama terjadi pada jaket kesayangan saya. Kerusakan minor pada salah satu jahitan sisi kanan dan resleting sama sekali tidak membuat saya berkeinginan mencampakkannya untuk kemudian berpaling kepada sebuah jaket baru. Saya hanya mengistirahatkannya selama beberapa hari di almari karena harus mencarikan resleting baru yang cocok, baik dari segi panjangnya ukuran dan juga modelnya yang bolak-balik.

Dan setelah berhasil menemukannya, langkah selanjutnya tinggal menyerahkannya kepada istri saya. Jadi, istri saya yang memasangkan resleting tadi? Oh, tentu tidak. Saya hanya menitipkan jaket tadi untuk diantar ke penjahit karena kebetulan istri saya berencana untuk mengambil jahitannya yang sudah jadi. Begitu. 

Demikian cerita tidak penting saya hari ini. Semoga ada sesuatu yang bisa dipelajari. Jika memang tidak ada, ya sudah, tidak apa-apa. Besok saya akan menulis lagi, tetapi jangan berharap akan menemukan pesan moral dalam tulisan saya karena bagi saya moral itu untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan untuk dipesan, apalagi secara online karena moral tidak seperti ayam geprek, kentaki fred ciken atau beef bulgogi. 

Berarti selama ini tidak pernah menyumbangkan pakaian-pakaian bekasnya untuk orang-orang yang sedang membutuhkan? Menyumbang kok pakaian bekas. Bukankah kalau ingin memberi kepada orang lain justru malah yang terbaik dan masih baru? Wah, berarti selama ini yang diberikan pakaian-pakaian yang masih baru? Lho, siapa yang bilang begitu. 

Nganjuk, 12 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post