Nurokhim Sag

Nurokhim, S. Ag. S. Kons. adalah seorang Motivator & Trainer Pendidikan, Pembicara Seminar Parenting, Guru Bimbingan Konseling, Dosen, danPenggiat Pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
RENUNGAN TULISAN HARI KE-70    PARADIGMA IBARAT KACAMATA

RENUNGAN TULISAN HARI KE-70 PARADIGMA IBARAT KACAMATA

Oleh: Nurokhim, S. Ag. S.Kons.

Anda orang yang memakai kacamata? Apakah kacamata Anda, Anda gunakan untuk sekedar life stile atau memang karena kacamata sudah menjadi kebutuhan hidup Anda? Anda pasti tau dong kalau kacamata juga seperti alat alat lain, memiliki banyak jenisnya, kegunaan dan manfaatnya. Karena sejatinya semua benda di dunia ini diciptakan mempunyai manfaat masing-masing. Tidak ada sebuah benda pun yang diciptakan tanpa adanya fungsi tertentu. Fungsi utama benda-benda tersebut diciptakan adalah untuk memudahkan hidup manusia. Mereka yang susah payah menciptakan sebuah benda tertentu, pasti menginginkan benda tersebut digunakan sesuai dengan tujuan penciptanya.

Begitupun kacamata. Ada jenis yang ini dan itu. Sangat beragam dan dengan berbagai kegunaan. Begitupun manfaatnya, ada yang mengunakan untuk membaca karena matanya “plus” karena tidak bisa melihat secara jelas dari jarak dekat, dan ada yang “minus” bahkan “selinder” karena tidak bisa melihat secara jelas baik jauh maupun dekat.

Bahkan ternyata kacamata yang selama ini kita anggap hanya sebuah benda yang sering kita jumpai setiap hari dan jarang kita hargai ternyata mempunyai filosofi yang cukup mendalam untuk manusia. Kacamata adalah salah satu benda yang mempunyai sebuah filosofi yang sangat mendalam jika kita sebagai manusia ingin mengambil sebuah hikmah dari kacamata.

Setidaknya ada 3 Filosofi kacamata untuk kehidupan manusia. Jika ini dapat diterapkan pada sebuah kehidupan manusia, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan dihargai oleh semua orang yang, meskipun baru pertama mengenalnya.

Pertama, kacamata memiliki filosofi membantu. Yakni membantu manusia untuk melihat lebih jelas, baik benda ataupun tulisan. Manusia sangat terbantu dengan kacamata karena indra mata yang dimilikinya sudah tidak dapat digunakan untuk melihat sebagaimana fungsi awalnya. Jika semua manusia di dunia ini dapat saling membantu seperti filosofi kacamata yang pertama, maka akan terjadi ketentraman di dunia ini.

Kedua, kacamata dipakai manusia untuk melindungi, terutama melindungi diri dari kotoran, debu, bahkan sinar yang sangat menyengat. Fungsi melindungi ini adalah sebuah fungsi dari kacamata yang berwarna hitam. Kacamata yang berwarna hitam biasanya dipakai orang untuk melindungi matanya dari sengatan sinar matahari jika sedang berada diluar ruangan agar mata tidak mengalami sakit karena tajamnya sinar matahari. Manusia pun hendaknya memiliki sifat untuk melindungi sesamanya dari kondisi apapun yang akan terjadi di dunia ini.

Ketiga, kacamata berfungsi sebagai menutup. Menutup ini maksudnya adalah saat mata manusia mengalami masalah, entah itu bengkak, merah karena iritasi atau ada masalah di sekitarnya, bahkan manusia yang mengalami kebutaan. Dengan kacamata manusia dapat menutupi kekurangan kekurangam tersebut. Untuk itu, hendaknya manusia pun dapat mencontoh fungsi kacamata yang terakhir ini, yaitu saling menutupi kekurangan orang lain. Jika selama ini kita gemar membicarakan aib dan menyebarkan kekurangan orang lain, maka dengan adanya pengetahuan tentang filosofi kacamata ini kita hendaknya meninggalkan membicarakan dan menyebarkan kekurangan orang lain sebagaimana Allahpun selalu menutupi aib dan kekurangan-kekurangan kita. .

Kacamata juga tidak hanya berbentuk fisik saja. Namun kacamata juga memiliki bentuk yang tidak fisik. Nama dari kacamata tidak fisik ini adalah kacamata pikiran.

Kacamata pikiran memiliki kegunaan sama karena dia membuat kita mampu melihat objek-objek secara lebih jelas. Namun tidak melihat dengan mata fisik, lebih kepada melihat dengan mata pikiran.

Sama seperti kacamata fisik. Kacamata pikiran memiliki banyak jenis dan fungsinya. Kacamata pikiran ini juga kadang disebut dengan paradigma. Paradigma memberi kita sudut pandang tertentu terhadap suatu masalah.

Kacamata pikiran ini membuat kita memandang segala sesuatu dalam suatu bingkai kacamata itu. Warna dunia jadi memiliki warna seperti kacamata tersebut. Kemungkinan hampir semua orang manusia memiliki kacamata ini.

Kita melihat dunia dalam bingkai paradigma yang kita miliki. Bingkai ini diberikan oleh orangtua kita, pendidikan kita, buku-buku yang kita baca. Kita melihat dunia dalam bingkai yang telah disusun oleh budaya kita sendiri. Bahasa sebagai contohnya, bahasa sangat mempengaruhi pola pikir kita terhadap dunia.

Seringkali kacamata ini menjadi hanya satu arah dan disebut kacamata kuda. Ini terjadi karena kita tidak menyadari kalau kita sedang memandang sesuatu dari sudut kacamata tertentu.

Berpikir ibarat kita berkacamata. Dengan kacamata hitam, warna putih akan terlihat hitam. Sebaliknya, dengan memakai kacamata bening yang independen, kita dapat melihat sesuatu sebagaimana adanya. Atau Bayangkan Anda memiliki kacamata minus 2. Lima tahun kemudian, Anda harus mengganti kacamata Anda dengan minus 3. Namun Anda bersikukuh tidak mau mengganti kacamata minus 2 Anda. Apa yang terjadi? Anda merasa pusing kalau melihat sesuatu. Inilah akibat yang timbul karena Anda mempertahankan paradigma kacamata minus 2 Anda.

Dalam kacamata pikiran kita, begitu banyak kacamata yang ada di depan mata berpikir manusia. Ada kacamata berpikir positf, berpikir negatif, sosialisme, egoisme, materialisme, fanatisme, dan ada pula yang berkacamata sembarangan.

Paradigma adalah seperti kacamata. Kalau Anda memiliki paradigma yang tidak lengkap tentang diri sendiri atau kehidupan pada umumnya, itu akan sama saja seperti Anda mengenakan kacamata yang keliru ukurannya. Lensanya akan mempengaruhi bagaimana Anda melihat segalanya. Akibatnya, yang Anda dapatkan adalah apa yang kamu lihat tersebut. Siapa pun akan tertipu manakala ia salah memilih kacamata. Siapa yang salah memahami, ia akan salah menyikapi. Contohnya, kalau Anda percaya bahwa Anda kurang pandai, maka keyakinan Anda itu akan menjadikan Anda kurang pandai. Kalau Anda yakin bahwa saudari Anda kurang pandai, maka kebanyakan Anda akan mencari bukti-bukti untuk mendukung keyakinan Anda, menemukannya, dan saudari Anda akan tetap kurang pandai di mata Anda. Sebaliknya, kalau Anda percaya bahwa Anda cerdas,maka keyakinan Anda itu akan selalu mewarnai apapun yang Anda lakukan.

Maka berhati-hatilah dengan paradigma. Karena menurut Sean Covey kita tidak tahu seberapa banyak yang kita lewatkan karena paradigma kita kacau. pernah dengar ungkapan “Don’t judge the book by its cover?” nah, paradigma itu ya seperti itu. Kita menilai seseorang tanpa mengetahui fakta-faktanya. terlalu sering kita seperti itu, mencap orang tanpa tahu fakta-fakta yang sebenarnya.

Ada cara untuk mengatasi paradigma kita yang terbatas yaitu dengan mengalami “pergeseran paradigma”. Artinya kita tiba-tiba memandang segalanya dengan cara baru, seolah-olah kita baru saja mencoba kacamata baru. Ya, jadi kita memandang segalanya dari sudut lain yang bisa membuat banyak perbedaan dalam sikap kita terhadap orang lain. Kita hendaknya buka pikiran kita dan hati kita terhadap informasi, gagasan, dan pandangan baru, dan bersedia mengubah paradigma kita kalau jelas keliru. Caranya, kita harus mengubah diri kita terlebih dahulu. Dan untuk mengubah diri kita secara efektif, kita lebih dahulu harus mengubah presepsi atau paradigma kita. Wallahu A’lam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post