Nurokhim Sag

Nurokhim, S. Ag. S. Kons. adalah seorang Motivator & Trainer Pendidikan, Pembicara Seminar Parenting, Guru Bimbingan Konseling, Dosen, danPenggiat Pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
RENUNGAN TULISAN HARI KE-76    KONSEP INSIDE-OUT VS OUTSIDE-IN

RENUNGAN TULISAN HARI KE-76 KONSEP INSIDE-OUT VS OUTSIDE-IN

Oleh: Nurokhim, S. Ag. S.Kons.

Jika anda ingin merubah situasi, Anda harus merubah diri anda terlebih dahulu – Dan untuk merubah diri anda secara efektif, Anda harus merubah persepsi anda”.

Menurut Stephen Covey, Inti yang disampaikan dalam The 7 Habits adalah cara berpikir baru principle – centered, character – based, dalam konsep inside-out (dari dalam ke luar). Pendekatan inside-out adalah pola terbaik untuk mengembangkan diri sebagai pribadi yang efektif (highly effective people). Inside-out berarti mengawali sesuatu (termasuk melakukan perubahan) dari diri sendiri, bukannya pihak luar. Bahkan lebih fundamental lagi, dimulai dari bagian terdalam (the most inside) dari seseorang, entah paradigma atawa pola pikir, karakter, ataupun motif seseorang.

Kalau penulis suka mengambil “ibroh” dengan sebuah teko dan isinya. Apa yang Anda isikan ke dalam teko, itulah yang keluar saat Anda menuangnya. Teko yang berisi air teh akan mengeluarkan air teh, teko yang berisikan air bening akan mengeluarkan air bening. Itu semua adalah fenomena prinsip INSIDE – OUT ; bergerak dari dalam keluar.

Dalam lingkup yang lebih luas, sesungguhnya pola inside-out ini juga berlaku untuk konteks kepemimpinan organisasi. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang didukung oleh segenap stakeholders-nya, yakni dukungan dari pihak luar yang jadi mitra kerjanya (peer), sekaligus dari pihak dalam yang menjadi bawahannya (subordinate). Dengan sokongan yang kuat dari kedua pihak tersebut, kepemimpinan akan terbangun secara kokoh pula.

Persoalannya, seringkali kedua pihak itu (pihak luar dan dalam) tidak didekati dan diperlakukan dengan cara yang setara. Tanpa disadari, seorang pemimpin acapkali memberikan perlakuan yang lebih istimewa kepada pihak luar (mitra kerja) daripada pihak dalam (karyawan). Dibanding pihak dalam, pemimpin terdorong untuk melakukan persuasi yang ekstra, koordinasi yang intens, dan dukungan yang penuh perhatian ke pihak luar.

Dalam sebuah pelatihan, untuk memberikan pemahaman tentang konsep inside-out, penulis biasanya dengan bertanya kepada audien:

“Menurut Anda, bagaimana caranya agar seluruh ruangan pelatihan ini hingga tiap sudut tercium wangi semerbak harum melati?” saya bertanya menunjuk seorang peserta pelatihan.

“Ya kita semprot saja dengan minyak wangi rasa melati”, jawabnya.

“Bagaimana kalau kita ingin seluruh pasar yang ada di Bogor tercium wangi semerbak harum melati? Apakah kita harus membeli berbotol-botol minyak wangi rasa melati dan menyemprot semua pasar yang ada di Bogor dengan minyak wangi rasa melati? ” tanya saya lagi kepada peserta yang lain.

Kali ini yang ditanya diam. Begitupun seluruh peserta belum ada yang mau menjawab.

Saya meningkatkan pertanyaannya dan ditujukan kepada seluruh peserta; “Dan bagaimana kalau saya katakan bahwa bukan hanya pasar, bahkan kita ingin seluruh alam semesta ini harum mewangi seharum bunga melati, bagaimana caranya? Coba siapa diantara kalian yang akan menjawab?” tanya saya kepada audien.

“Tidak ada yang jawab?” tanya saya, karena seluruh peserta diam dan merasa bingung untuk menjawabnya. Bagaimana mungkin kita menyemprotkan minyak wangi seharum melati ke seluruh alam semesta, kalau pun menyemprotkan minyak wangi untuk satu pasar saja bisa memakan waktu berjam-jam, belum lagi berapa biaya yang harus dikeluarkan... capek dech...

“Ternyata jawabannya sangat sederhana dan sangat murah?” biasanya para peserta berbisik bisik dalam kebingungan, mana mungkin... mana mungkin...

“Ingin tahu?” Tanya saya.

“Ya Pak...!!! jawab mereka serempak.

“Ingin tahu aja, Atau ingin tahu bangettt..?” tanya saya bercanda.

“Jawabannya adalah... Anda ambil minyak wangi harum melati, teteskan tiga tetes di telunjuk Anda, leletkan telunjuk Anda tadi kehidung Anda, maka yakinlah bahwa kemanapun Anda pergi, yang tercium di hidung Anda adalah harum melati, bahkan ke kandang ayam sekalipun...” kata saya kepada peserta pelatihan.

Semua peserta “manggut-manggut” sambil tersenyum mendengar jawaban saya. Emmmmmm ... ternyata sesederhana itu ya jawabannya.

Oke... kembali kepada pembahasan kita. Konsep Inside-out mengatakan bahwa private victory mesti didahulukan dari pada public victory, bahwa membuat dan menepati janji terhadap diri sendiri mesti didahulukan dari membuat dan menepati janji terhadap orang lain. Sia-sia untuk menempatkan kepribadian di depan karakter, sia sia mencoba mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain, sebelum mengembangkan dirinya sendiri.

Covey membahas satu hal yang sangat menggugah tentang level baru dalam berpikir, yaitu inside-out. Prinsip inside-out menekankan bahwa segalanya harus dimulai dari diri sendiri: kemenangan pribadi harus mendahului kemenangan orang lain, yaitu berjanji pada diri sendiri jauh lebih penting sebelum berjanji kepada orang lain.

Adalah sebuah hal yang sia-sia untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain jika kita belum bisa memperbaiki diri kita sendiri. Kitalah yang mempunyai kunci dari gerbang perubahan diri, hanya diri sendiri yang bisa membukanya dari dalam. Sekeras dan sebaik apapun usaha orang lain untuk membuka gerbang perubahan itu dari luar, tetap diri kita yang memutuskan apakah akan membukanya karena kitalah yang memiliki kuncinya di dalam.

Untuk itu, dalam persahabatan dengan orang lain, jika Anda menginginkan persahabatan yang menyenangkan, mulailah dengan menjadikan diri sendiri sebagai pribadi yang menebarkan kegembiraan, optimisme, ataupun energi positif lainnya. begitupn bila kita mengharapkan kerjasama yang kooperatif dari rekan kerja, maka awalilah dengan menjadikan diri sendiri sebagai pribadi yang penuh pengertian, empatik, dan ringan tangan.

Pendekatan inside-out, bagi Covey, merupakan cerminan sikap proaktivitas, yakni menjadikan diri sendiri sebagai pribadi yang berdaya (sekaligus bertanggungjawab) dalam menciptakan pengaruh positif kepada lingkungan sekitar. Dan sebaliknya, tak menunggu orang lain (atau pihak luar) melakukan sesuatu bagi dirinya, yang merupakan ciri dari pola kebalikannya yaitu: outside-in.

Kebalikan dari konsep inside-out adalah konsep outside-in (dari luar ke dalam). Maksudnya, sesuatu di luar sanalah yang menyebabkan segala keadaan yang kita alami. Kita melempar tanggung jawab pada sesuatu di luar itu, menyalahkan, bahkan menyesalinya. Seperti misalnya - ketika berada di kemacetan lalu lintas, sering terlontar komentar mengenai ketidak mampuan para pihak yang mengatur lalu lintas, atau ketika wabah Covid-19 seperti sekarang ini melanda di negeri kita, begitu mudahnya kita menyalahkan pemerintah yang tidak becus menangani wabah tersebut sehingga kurban terus berjatuhan.

Berkomentar, mengomentari dan merasa mengerti akan situasi dan kondisi yang terjadi amatlah mudah. Sayangnya, nggak ada solusi atas suatu masalah, solusi menuju kebahagiaan dan kesuksesan yang berasal dari outside-in. Yang ada hanyalah orang orang nggak bahagia yang merasa jadi korban dari kehidupan, lingkungan, dan kelemahan orang lain sehingga menyebabkan keadaan yang dia alami. Wallahu A'lam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisannya keren,suka konsep tekonya pak...

17 Jun
Balas



search

New Post