Nurokhim Sag

Nurokhim, S. Ag. S. Kons. adalah seorang Motivator & Trainer Pendidikan, Pembicara Seminar Parenting, Guru Bimbingan Konseling, Dosen, danPenggiat Pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
RENUNGAN TULISAN KE-880 Kenanganku Bermain Musik

RENUNGAN TULISAN KE-880 Kenanganku Bermain Musik

Oleh: Nurokhim, S. Ag. S. Pd

Meski baru pertama tampil, dengan tampil seadanya, grup band SMANDO (kepanjangan dari SMA Indocement) dimana saya bernaung, mampu menghipnotis para siswa-siswi kelas X, XI dan XII. Upplause selalu diberikan oleh para siswa-siswi yang menyaksikan pertunjukan mereka. Bagaiamana tidak seadanya? Mereka tampil sederhana dan hanya bermodalkan alat music dua buah gitar akustik electric dan drum box cajon serta 4 sound system 15 inc tanpa panggung yan memadai, hanya selembar terpal yang digelar di lapangan basket, mampu menghibur seluruh siswa setelah mereka selesai melaksanakan lomba kebersihan kelas.

Ternyata bakat siswa-siswi SMA Indocement memang luar biasa. Hampir di segala bidang mereka selalu mempersembahkan piala untuk SMA tercinta ini. Saya sebagai seorang guru yang ikut merintis sekolah ini dari awal sangat bangga ketika mereka mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Saya jadi teringat saat masih seusia mereka, atau bahkan lebih muda lagi. Waktu itu dengan penulis masih belajar di Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jawa Tengah. Penulis ingat betul saat itu di pondok Pabelan yang terbilang pondok modern seperti Gontor tidak melarang santrinya bermain music. Bahkan jaman itu di pondok ada grup folk song yang terkenal dengan nama CAPELIN. Penulis sangat tertarik untuk ikut gabung dengan grup itu.

Suatu hari, saat penulis mengantarkan ayah penulis mengirim/memasok buah semangka ke Toko Air Mancur. Pemilik toko yang sudah seperti saudara itu bertanya kepada saya “Nur, kamu mau apa, ayo koko antar mencari apa yang kamu mau?” saya bilang “saya kepingin gitar.” Ia pun langsung mengantar saya ke toko music yang tak jauh dari toko air mancur dan memilihkan satu gitar yang bagus untuk saya. Tentu saya menerimanya dengan senang hati. Sebuah gitar dengan harga yang cukup mahal saat itu karena memang gitar yang bagus, bermerek dan orisinal. Bahkan sampai sekarang meskipun sudah berumur 40 tahun lebih masih tetap terawat baik.

Meski dilingkungan tempat saya tinggal anak pesantren bermain music dan memiliki gitar adalah terbilang tabu, namun saya tidak begitu menghiraukan apa kata orang saat itu. Bahkan penulis mendirikan grup qasidah di kampong halaman Muntilan.

Dengan gitar itu penulis sudah tidak terhitung berapa kali manggung di pentas pertunjukan, baik di lingkup pesantren dimana penulis dibesarkan, maupun di kampus dimana penulis kuliah. Penulis teringat saat di pondok sempat sebentar bergabung dengan Capelin sebentar dan akhirnya jatuh hati dengan music qasidah ciri khas pesantren. Sementara di kampus IAIN Jakarta, penulis bergabung dengan grup band Fakultas.

Ketika penulis menikah tahun 1995. Penulis masih suka bermain gitar meski hanya di lingkup tempat pekerjaan, hingga sekitar tahun 1998 penulis menggantungkan gitar karena lebih focus berdakwah di lingkup masyarakat tradisional. Apa lagi ketika penulis suatu hari bertemu teman pondok yang dulu bergabung di CAPELIN memilih untuk hijrah meninggalkan music dan gitar. Ketika penulis berusaha bertanya dengan hobi bermusiknya, ia mengatakan “itu masa jahiliyah”Sejak saat itu penulis pun tidak pernah lagi menyentuh gitar kenangan masa muda dulu, hingga akhirnya penulis melihat para siswa/I dimana penulis mengajar mempertunjukkan kebolehannya melalui grup band di sekolah.

Akankah penulis kembali memetic gitar seperti dulu lagi?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wauw...luar biasa p Rokhim. Sblm pandemi sy sempat les gitar. Blm bs eh...lbr 2 th...ga jd bisa ni...he he

19 Aug
Balas

Hehe itu dulu Bunda Fransiska, saat masih muda. Sudah lama menggantungkan gitar dan nggak pernah disentuh-sentuh lagi. Saya yakin Bunda pasti bisa, apalagi ikut les. Sukses Selalu buat Bunda.

20 Aug



search

New Post