Nurokhim Sag

Nurokhim, S. Ag. S. Kons. adalah seorang Motivator & Trainer Pendidikan, Pembicara Seminar Parenting, Guru Bimbingan Konseling, Dosen, danPenggiat Pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Terapi Bullying dengan Hipnoterapi
hero-banner-illustration

Terapi Bullying dengan Hipnoterapi

Oleh: Nurokhim, S. Ag., S.Pd.

Seorang siswa laki-laki kelas X dengan diantar wali kelasnya, beberapa waktu yang lalu, datang ke ruangan saya dengan menundukkan kepala tanpa sedikitpun berani mengangkat kepalanya. Saya menerima dengan senang hati dan mempersilahkannya untuk duduk di sofa.

Seperti biasa, saya menyodorkan isian form BK untuk diisi terlebih dahulu. Namun nampak siswa itu hanya menatap form tanpa menyentuhnya. Saya membiarkan dia dan mengedepankan client centered dan siap dengan segala kemungkinan situasi dan kondisi emosi dan perasaannya.  Sesaat kemudian saya bertanya kepadanya “Boleh bapak tahu siapa nama kamu?”. Dengan lirih dia  menyebut namanya. “Rendi”, rupanya siswa itu bernama Rendi.

“Kalau begitu, biar Bu guru Erni sebagai wali kelas Rendi yang isi datanya ya?” Rendi mengangguk. Bu Erni pun segera intake form data diri Rendi. 

“Bapak senang Rendi mau datang ke ruang Bapak. Sekarang Rendi boleh bercerita tentang permasalahan Rendi,” ucap saya pada Rendi. Namun lagi-lagi Rendi hanya menundukkan kepala dengan sikap diam.

 “Iya, tadi katanya Rendi mau bertemu guru BK, sekarang Rendi sudah ada di hadapannya. Ayo silahkan Rendi bercerita!” ucap Bu Erni berusaha ikut membujuk. Namun tetap saja Rendi membisu seribu basa. Saya membiarkannya sejenak, kemudian saya berkata, “Ya sudah. Sekarang, Bapak minta Rendi menarik nafas lewat hidung, lalu keluarkan berlahan melalui mulut,” pinta saya padanya. Kali ini ia menuruti permintaan saya. “Lagi!” pinta saya hingga ia mengulangi 3 kali. Kini ia nampak tenang setelah melakukannya.

“Bapak tahu, Rendi saat ini sedang berada dalam masalah yang membuat Rendi bingung, kesal, takut, cemas… Bapak bisa merasakan apa yang Rendi rasakan…,” ucap saya mencoba menyelami perasaannya.

“Apakah Rendi punya pengalaman yang menyakitkan?” saya mencoba menerka-nerka masalah yang dia hadapi saat ini.

“Iya…” jawabnya lirih.

“Dengan teman Rendi di sekolah inj?” ia menggelengkan kepala.

“Atau dengan tempat sekolah dimana dulu Rendi bersekolah?” tanya saya menyelidik.

“Iya,” jawabnya berat.

“Mungkin Rendi pernah di Bully oleh teman SMP tempat Rendi dulu belajar?” saya masih mencoba mencari jawaban darinya.

“Bukan teman sekelas, tetapi kakak kelas,” ucapnya seakan mengeluarkan beban berat yang selama ini menghimpit jiwanya. Dari pengakuannya, kini saya sudah ada gambaran akar masalah yang dihadapinya.

Saya menawarkan menyelesaikan masalah Rendi dengan hipnoterapi dan Rendi menyetujuinya. Sebelum hipnoterapi saya lakukan, saya berikan pemahaman pikiran dan perasaan akan proses yang akan ia jalani. Hal ini sangat penting karena proses hipnterapi dibutuhkan niat, perhatian dan kesadaran untuk menjalaninya. Setelah benar-benar siap, saya minta dia duduk bersandar di kursi sofa dengan rileks dan nyaman.

Tidak butuh waktu lama saya melakukan induksi, menuntun Rendi ke kondisi relaksasi. Setelah yakin sudah berada pada kondisi kedalaman yang tepat, saya memulai proses hipnoanalisis dengan menggunakan berbagai teknik sesuai dengan kondisi dan masalah Rendi. Ternyata emosi yang berlebihan, rasa takut dan cemas pada Rendi itu muncul setiap kali mendengar suara keras di lingkungannya. Akar masalahnya akhirnya dapat digali, yaitu overthinking insecure karena trauma bullying saat di SMP oleh kakak kelasnya dengan bentakan kata-kata yang kasar, keras, sehingga membuat ia merasa terintimidasi, tertekan, dan merasa sakit hati.

“Dasar Lo Ren cere, goblok, cemen!” mengulang kalimat kasar dari kakak kelasnya SMP yang disertai bentakan.

Setelah mengetahui akar masalahnya,  saya mencoba melakukan proses restrukturisasi padanya untuk menghapus emosi trauma kejadian SMP tersebut. Alhamdulillah nampak Rendi merasa lega dan nyaman menjalaninya. Sebelum mengakhiri terapi dan memposisikan Rendi dalam kesadaran sempurna,  saya meminta Rendi membayangkan kebisingan dan keributan saat teman-teman sekelasnya belajar kelompok, dan ternyata dia biasa-biasa saja tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keributan di dalam kelasnya. Sudah tidak nampak rasa takut dan cemas yang selama ini dialaminya. Kini dirinya merasa nyaman dan tubuhnya terasa ringan. Bahkan bisa tersenyum membayangkan dia adalah bagian dari salah satu kelompok di kelasnya di SMA saat ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen ulasannya dan pencerahannya mas ustadz.. Sukses selalu

20 Aug
Balas



search

New Post