nur pudjiastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

AKU TEGAR KARENA ANAK

AKU TEGAR KARENA ANAK

Oleh:

Nur S. Pudji Astutik, S.Ag*)

Malam yang sunyi, disaat aku sendiri, terlihat olehku anak-anak yang sedang tidur pulas di kamarnya masing-masing. Tiba-tiba teringatlah peristiwa yang sangat memiluhkan diri dan keluargaku. Saat itu terbaring lunglai di atas bad sebuah Rumah Sakit Daerah Sidoarjo, ibuku.......ya ibu yang telah melahirkan dan membesarkan diriku hingga mengantarkan aku menjadi orang yang insyaallah bermanfaat bagi orang-orang yang berada di sekelilingku. Ibuku dirawat di Rumah Sakit karena observasi dokter menyatakan bahwa ibuku terserang penyakit Jantung.

Secara bergantian kami menjaga dan merawat ibu di Rumah Sakit, perawatan intens-pun telah dilakukan oleh pihak Rumah Sakit, hingga akhirnya ibuku boleh menjalani istirahat di rumah. Kami sekeluarga bahagia bisa berkumpul kembali dengan keluarga yang lengkap, apalagi waktu itu masih lekat dengan suasana lebaran idul fitri. Seluruh keluarga berkumpul, tak ketinggalan adik dan kakakku turut mendampingi ibu di hari raya yang fitri tersebut.

Hingga hari ke-empat berlangsungnya hari raya idul fitri, muncul ide dari keluargaku untuk mengadakan rapat internal keluarga, salah satu bahasannya adalah mengajak para keluarga untuk tidak sombong dan menjadi orang yang dermawan terutama untuk menyantuni saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan, termasuk didalamnya berupaya untuk memberikan santunan bagi saudara yang memiliki anak-anak yatim piatu. Ada satu kalimat yang dilontarkan oleh Mas Amsya (Suamiku).

“Aku yakin dan amat yakin, mama pasti mampu memberikan santunan kepada anak-anak yatim,” tutur Suami yang duduk tepat di sebelahku waktu itu. Tidak lama kemudian Suamiku balik bertanya pada diriku, lho ma.....apa ayah salah ucap. Ayah barusan ngomong apa tadi ma. Ma ...ayah baru saja ngomong apa ma. Entah mengapa Suamiku tiba-tiba sontak bicara seperi itu. Akupun tak memahaminya. Pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Suamiku. Hingga akhirnya keringat dingin keluar dari sekujur tubuhnya kemudian Suamiku berlari ke kamar mandi. Aku mencoba membuatkan teh panas yang manis, barangkali Suamiku sedang masuk angin. Ternyata dari balik pintu kamar mandi terdengar suara merintih kesakitan. “Ma .....Tolong aku ma...., Ma ......tolong aku ma......, kepalaku pusing ma....., aku nggak kuat ma.....” di kamar mandi suamiku muntah-muntah seakan dikeluarkan semua isi yang ada di dalam perutnya. Akhirnya dengan tergesa-gesa kuhampiri suamiku dan kuantar menuju ke kamarku. Setelah sampai di kamar kucoba memberikan minuman teh hangat, tapi rupanya suamiku sudah tidak sadarkan diri. Hingga akhirnya aku meminta tolong adik dan kakak iparku untuk membawa suami ke UGD Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.

Di Rumah Sakit langsung mendapat pertolongan dari dokter jaga waktu itu. Dan usai memeriksa suamiku, aku dipanggil sama dokter jaga UGD dan intinya dokter memberikan penjelasan bahwa suamiku sudah dalam keadaan kritis. Untuk mendapatkan perawatan intensif dari dokter, maka tepat pukul 24.30 WIB suamiku dipindahkan ruangan dari UGD menuju ke ruang ICCU. Pihak Rumah Sakit meminta persetujuanku, karena kondisi suami yang semakin kritis. Tanpa berpikir panjang langsung saja kutanda tangani surat pernyataan itu, bagiku lakukan saja yang terbaik demi kesembuhan suamiku.

Semalam aku tidak tidur, kupanjatkan do’a kepada Allah SWT agar tidak terjadi apa-apa dengan suamiku. Hingga akhirnya tepat pukul 13.00 WIB aku dipanggil oleh dokter yang menyatakan bahwa kondisi suamiku amat buruk dan aku diharap untuk berdo’a memohon keajaiban dari Allah SWT agar suami dapat kembali pada kondisi normal kembali. Pikiranku kalut dan air mata tak terbendung. Menangis dan menangis yang dapat aku lakukan. Hingga waktupun berlalu dan pagipun menyapa, kakakku datang menghampiriku dan mencoba untuk menghiburku. Aku disuruhnya pulang untuk mandi dan akhirnya akupun menyetujui usulan kakakku. Kebetulan jarak Rumah Sakit dengan rumahku tidak perlu butuh waktu yang lama, hanya 7 menit saja sudah sampai di rumah. Usai mandi terdengar suara HP berdering, dari Rumah Sakit Kakak meminta aku segera menuju ke Rumah Sakit karena ada panggilan dari Dokter.

Tanpa pikir panjang dan tanpa bisa berkomunikasi dengan anak-anakku, aku langsung berangkat ke Rumah Sakit lagi. Dan sesampai di Rumah Sakit kondisi suamiku benar-benar sudah tidak ada harapan lagi. Hingga akhirnya Allah SWT memanggil kepangkuan-Nya. Innalillahi wainna ilaihi Roojiuuun.........Isak tangispun tak terbendung lagi, satu persatu pihak Rumah Sakit mencoba untuk memberikan semangat kepadaku. Memohon maaf atas ketidak mampuannya untuk memberikan pertolongan karena pembuluh darah di otak suamiku telah pecah. Proses jenazah keluar dari rumah sakit sangat cepat, dengan menggunakan mobil ambulan Jenazah Suamiku telah sampai di depan rumah. Para tetangga sudah banyak yang hadir turut berbelasungkawa. Aku turun dari mobil ambulan dan kucari kedua anakku.

Kupeluk .....kuciumi mereka sambil berderai air mataku. Ternyata anak-anakku sangat hebat dan luar biasa, tak terlihat sedikitpun air mata kesedihan keluar dari kedua matanya. Hingga akhirnya anakku berkata, ”Ma....mama yang sabar ya. Mama harus kuat, kematian itu akan dialami oleh siapapun. Kita semua pasti akan mati ma,” ucap anakku yang saat itu berada dalam pelukanku. Aku sontak kaget....begitu hebatnya anakku, justru aku merasa malu sama mereka. Aku bersedih, berderai air mata, ternyata anakku yang baru berusia sepuluh tahun (SD kelas 6) bisa berucap seperti itu kepadaku.

Aku harus tegar demi anak-anakku. Aku harus kuat agar anak-anakku merasa nyaman dalam belaianku. Aku harus bangkit untuk merawat, membimbing dan membesarkan mereka. Tak henti-hentinya aku memohon kepada Allah SWT agar dijadikan mereka sebagai anak yang sholih dan sholihah. Kini anakku yang pertama sudah berusia enam belas tahun dan duduk di bangku SMAN kelas X, sementara adiknya sekarang duduk di bangku SMPN kelas IX. Mereka adalah semangatku. Mereka adalah inspirasiku. Mereka adalah harapanku. Semoga Allah SWT selalu memberikan kasih dan sayang-Nya kepada kami sekeluarga. Aamiiiin.

______________

*) Penulis adalah Guru PAI

Di MTsN 4 Sidoarjo

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa ibu, pengalaman hidup, kesabaran, dan perjuangan seorang ibu, semoga beliau Allah SWT tempatkan di Surga-Nya , dijadikan alam kuburnya taman surga, dan kelak putra2 menjadi orang2 hebat di dunia dan akhirat

19 Nov
Balas

Ayo menulis seperti makan sehari 3-4 kali

20 Nov
Balas

Aamiiiiin yaa robbal'alamiiin....Terima kasih bapak

19 Nov
Balas



search

New Post