nur pudjiastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berlian Minta Jampi-Jampi

Berlian Minta Jampi-Jampi

Berlian Minta Jampi-Jampi

Berlian bukanlah nama sebuah batu permata, namun Berlian dalam tulisan saya kali ini adalah nama seorang ibu dengan tiga orang putri, sebut saja Junaeda putri pertama, Iis dan si ragil bernama Ninik. Berlian adalah seorang janda dari Wahab seorang purnawiran TNI AD yang waktu itu melaksanakan tugasnya di Surabaya. Beberapa tahun menjelang masa purna tugas, Wahab dan keluarganya pindah ke Sidoarjo. Hingga pada akhirnya tutup usia di desa kelahirannya.

Kini Berlian dengan tiga bidadari yang tengah menginjak dewasa hanya mengandalkan hidup dari pensiunan seorang purnawirawan TNI AD dan berdagang makanan ringan kecil-kecilan di depan rumahnya. Putri pertamanya kini telah menikah dengan seorang jejaka, sementara putri kedua kini telah bekerja di sebuah perusahaan sedangkan putri ketiganya telah bekerja juga di sebuah hotel ternama di kota Pahlawan Surabaya.

Berlian yang kini telah berusia lanjut seringkali mengeluh sakit. Bahkan sudah tidak bisa dihitung dengan jari, sudah berapa kali meminta belas kasihan para tetangga kanan dan kiri setiap kali mengeluh sakit. Dengan alasan yang sama dia meminta uang para tetangga untuk membeli obat sakit kepala. Begitu seterusnya, sampai beberapa kali akhirnya kejadian semacam ini diketahui secara langsung oleh anak-anaknya. Hingga salah satu dari putrinya berinisiatif untuk membawa Berlian tinggal bersama mereka di kota Surabaya.

Keadaan sebentar menjadi tenang, namun tidak begitu lama Berlian akhirnya kembali lagi ke rumah empunya dengan kondisi sakitnya bertambah parah hingga mengakibatkan dia mengalami depresi atau gangguan mental. Kerap kali Berlian teriak-teriak minta tolong kepada para tetangga, agar bisa keluar dari rumah. Sengaja putrinya mengurung Berlian di dalam rumah, karena jika keluar rumah Berlian selalu bikin masalah di luar sana. Terkadang dia BAK, bahkan BAB di rumah para tetangga. Namun anehnya dengan nama para tetangga yang berada di sekitar rumahnya Berlian masih hafal namanya satu per satu.

Suatu ketika, karena putri Berlian lupa mengunci rumah, akhirnya Berlian keluar dari rumah menuju ke rumahku. Dengan sebuah tongkat yang menemani kemanapun dia berjalan, Berlian menggedor-gedor pagar rumah sambil mengucapkan salam.

“Assalamu’alaikum...nak Nuur, nak Nuur tolong buka pintunya!!! Begitu setiap kali dia datang ke rumahku.

Tak tega juga mendengarkan keluhannya, akhirnya kubuka pintu rumahku, sambil bertanya, “ya buk....ada apa? Tanyaku kepadanya

Nak Nuur kepalaku pusing, aku minta uangnya untuk beli obat sakit kepala,” begitu dia sampaikan keluhannya kepadaku.

Ibuk ...kepala ibuk pusing karena mungkin ibuk belum makan. Coba ibuk pulang dan makan saja dulu ya,” begitu saranku kepadanya.

Berlian tetap bersih kukuh tidak mau pulang, akhirnya aku sarankan untuk ke rumah tetangga yang kebetulan tetanggaku tersebut seorang perawat sebuah rumah sakit. Bujuk rayuku ternyata mampu membawa Berlian ke rumah perawat. Setelah dari rumah perawat, ternyata Berlian kembali lagi menggedor-gedor pagar rumah.

Nak Nuur....Nak Nuur tolong buka pintunya. Kembali lagi hati ini tak tega melihatnya berjalan sempoyongan. Akhirnya kubuka juga pintu rumahku. “Ya buk, bagaimana? Tanyaku kepadanya

Ini nak Nur, aku dikasih obat sama bu dokter (sambil menunjukkan kantung plastik yang berisi obat kecil-kecil berwarna kuning) kepadaku. Dalam hati aku tersenyum, ternyata bu dokter memberi Berlian tablet vitamin. Kemudian Berlian memintaku mengambilkan air putih untuk minum obat tersebut. Tak begitu lama, aku datang kembali kehadapannya dengan membawa segelas air putih di tangan. Kuberikan air tersebut kepada Berlian, kembali lagi sikap aneh ditunjukkan oleh Berlian. Berlian meminta aku untuk membacakan mantra pada segelas air putih sebelum ia minum. Mau kutolak, takut dia memecahkan kaca pintu rumahku, akhirnya dengan tersenyum karena geli kubacakan saja bacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW. Setelah selesai, kusodorkan kembali air putih tersebut, dan ditelannya tablet vitamin dari bu dokter.

Tambah lagi tugasku, setelah minum obat tadi Berlian minta aku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Ya Allah ....akhirnya kulakukan juga apa yang menjadi permintaannya. Begitulah Cerita Berlian dalam tulisanku kali ini. Semoga menjadi cerminan bagi kita sebagai seorang anak, agar tidak menelantarkan orang tua kita yang sudah dalam kondisi lanjut. Tetap bersabar merawatnya. Itulah lahan ibadah bagi kita yang mau bersabar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nak Nur, Nak Nur.. Kau sungguh baik sekali Saya sangat miris membacanya

26 Jan
Balas

Ya Allah....kasihan sekali bu berlian.

26 Jan
Balas

Cerita yang inspiratif...salam literasi

26 Jan
Balas

Cerita ini asli lo bu, bukan rekayasa atau imajinasi saya, kebetulan bu berlian adalah tetangga saya

26 Jan
Balas

Iya Bu banyak kisah miris yg ada di sekitar kita

26 Jan

Begitulah pak... Semoga orang tua kita diberi sehat wal afiyah

26 Jan
Balas

Terimakasih bu, salam kenal

27 Jan
Balas



search

New Post