Bila Kuingat, Dua Belas Tahun Yang Silam
Bila Kuingat, Dua Belas Tahun Yang Silam
Oleh
Nur S. Pudji Astutik, S.Ag*)
Ketika kupandang anakku yang setiap hari semakin bertambah besar dan bertambah pintar. Tiba-tiba saja aku teringat peristiwa yang sangat menggelisahkan hati bahkan sampai sekarang perasaan bersalah sebagai orang tua kerap kali muncul.
Aku bukanlah ibu rumah tangga biasa yang setiap hari dan setiap saat berada di rumah dengan segala aktiftasnya, dengan restu suami tercinta akupun bisa melakukan aktifitas di luar rumah sebagai seorang kuli tinta julukan bagi seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sebagai seorang ibu dua putra dan kuli tinta, aku harus pintar membagi waktu, kapan untuk keluarga dan kapan untuk aktifitas sebagai kuli tinta. Namun aku bukanlah manusia super, dengan segala keterbasan sebagai seorang manusia, maka rasa capek itupun pasti kurasakan. Hingga akhirnya......
Pada suatu hari lepas sholat maghrib, dua mata ini sudah tidak tertahankan, tubuh terasa sangat lunglai, apalagi ketemu dengan sahabat setia namanya bantal....aduhai tidak nunggu lama akhirnya akupun tertidur pulas di atas karpet. Kehadiran seorang suami ditambah lagi dengan pertanyaan..mana anak-anak ma....? spontan aku kaget dan langsung bangun mencari anak-anakku.
Terjadi emosi diantara kami gara-gara anak. Reaksiku hanya diam sekaligus merasa bersalah atas kejadian ini. sembari mencari anakku ke rumah saudara dan di rumah tetangga kanan kiri, tetapi tak kutemukan juga. Putus asa, akhirnya aku masuk ke rumah saudaraku terlihatlah baju anakku tergeletak di pinggir sumur. Betapa terkejutnya aku, pikiran buruk-pun akhirnya bergelayut di otakku..
“Ya Allah.........apakah anakku masuk di sumur ini?
“Ya Allah........Allah.......Allah......akupun berlari menuju ke rumahku yang tak jauh dari rumah saudaraku, perasaan semakin bingung dan pikiran semakin tak menentu. Hingga akhirnya datang adik sepupu untuk menenangkan pikiranku. “Tenang mbak....mungkin Nunik (panggilan anakku) diajak sama mbak Novi ke tempat prakteknya.” Tutur adik sepupu sedikit menenangkan pikiranku tapi hanya harapan kecil saja. Sementara pikiranku hanya tertuju pada baju yang berada di pinggir sumur tadi. Bagaimana kalau benar-benar anakku masuk di dalam sumur itu.
Dua belas tahun yang lalu, alat komunikasi belum seperti saat ini, kucoba hubungi adik sepupu dengan menggunakan telpon rumah, namun tidak ada yang mengangkatnya. Pikiran bertambah kacau, sementara suamiku hanya marah dan marah kepadaku.
“Kog bisa mama tidur, sementara anak-anak tidak ada di rumah. Bagaimana ini ma..? bertubi-tubi pertanyaan itu terus diucapkan olehnya.
Tanpa membantah, aku hanya diam membisu seribu bahasa. Takut jika aku jawab suasana tidak bertambah jernih justru bertambah keruh, karena masing-masing pasti punya rasa ego dan tidak mau disalahkan. Ya aku hanya menangis, bingung dan menyalahkan diri sendiri, mengapa aku tertidur...?
Hingga akhirnya terdengar suara motor berhenti tepat di depan rumahku, seseorang masuk dengan membawa anak yang kira-kira berumur dua tahun.
“Assalamu’alaikum mbak......! ucapnya
“Wa’alaikumussalam..aku langsung menyambutnya, dan anak kecil yang bersamanya itu adalah anakku.
“Ya Allah diiiiiik....kalo mau ngajak Nunik tolong izin dulu, aku biar nggak senewen kayak gini.” Ucapku sambil menangis
“Maaf mbak....tak pikir sudah ada yang tahu kalo Nunik bersama denganku.” Jawabnya memelas.
“Jangan diulang lagi yo diiiik,” Pintaku kepada adik sepupuku, dia adalah seorang dokter gigi yang buka praktek di sebuah desa di Kecamatan Sidoarjo. Dia sangat gemas dengan anak-anakku, bahkan karena kegemasannya sampai-sampai memanggil kedua anakku dengan nama bukan nama yang sebenarnya. Anakku yang pertama dipanggilnya dengan panggilan Sinyo dan anakku yang kedua dipanggil dengan nama panggilan Nunik.
Begitulah kisahku, mengingat dua belas tahun silam, perasaan bersalah kerap kali muncul sebagai ibu rumah tangga yang lalai dalam mengurus anaknya. Semoga kejadian semacam ini tidak terjadi atau menimpah kepada ibu-ibu rumah tangga yang lainnya, sekaligus cerita inspiratif ini dapat mengingatkan kita sebagai orang tua agar lebih cermat dan lebih perhatian terhadap anak-anak kita. Semoga bermanfaat!
_________________
*) Penulis adalah Guru PAI
Pada MTsN 4 Sidoarjo
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah jago nulis cerpen
Dari coba coba pak....bukan jago tapi kacangan