Fermentasi, Membuat Tape Ketan Lagi (T321, H36)
Pembelajaran tatap muka 100% baru berlangsung beberapa hari. Semangat para siswa sudah hampir pulih. Bangkit dari kemalasan, meninggalkan duduk-duduk nongkrong bersama teman, bahkan kadang berkeliaran tanpa menghiraukan tugas sekolah, semua sudah kembali normal di era new normal.
Kegembiraan pun terlihat di setiap kelas. Belajar bersama seluruh teman tentu berbeda dengan belajar hanya dengan sebagian teman. Semangat yang tumbuh perlahan-lahan hari ini kembali memunculkan protes dari mereka. Keinginan kelas lain untuk praktikum seperti teman-temannya yang sudah praktikum hari ini.
Setelah menyikapi keputusan bersama empat menteri, pagi ini surat persetujuan orang tua pun dibagikan kepada semua siswa. Sesuai jadwal, hari ini pula di jam IPA masih melanjutkan praktikum bioteknologi konvensional. Baru satu kelas saja.
Semula informasi saya berikan secara lisan, baru saya tambahkan tertulis di grup whatsapp kelas. Perkiraan saya mungkin ada beberapa siswa yang tidak membawa alat dan bahan. Ternyata perkiraan saya tidak benar.
Para siswa kelas sembilan yang hadir hari ini kompak mengikuti kegiatan praktikum tanpa kendala yang berarti. Harapan untuk menuai keberhasilan dari proses belajar sains yang sudah lama mereka rindukan.
Tentu pembelajaran IPA terasa hambar tanpa adanya percobaan-percobaan di laboratorium IPA. Ternyata setelah praktikum ada informasi kembali PTM Terbatas untuk minggu depan dan entah sampai kapan. Mungkin saja jika waktu cukup untuk pertemuan setiap sesi, minggu depan saya rencanakan untuk praktikum IPA. Hal inilah yang menimbulkan kecemburuan dari siswa lainnya.
Hari ini tak hanya kesiapan alat dan bahan saja yang menarik perhatian saya. Tetapi kesungguhan dan kerjasama di antara anggota kelompok siswa membuat saya termotivasi dan berharap pandemi segera usai.
Dalam kegiatan literasi sains kali ini dengan melakukan praktikum bioteknologi konvensional membuat tape. Alat dan bahan disiapkan sesuai kelompoknya dengan bahan utama berupa singkong dan beras ketan sesuai yang mereka miliki di rumah.
Kelengkapan, kerjasama, kebersihan, dan hasil dalam percobaan fermentasi kali ini menjadi indikator penilaian. Dalam proses fermentasi tentu tidak memerlukan oksigen bebas. Sehingga dalam proses pembuatan tape, setelah semua bahan dicampur dengan ragi tape (Saccharomyces cereviceae) , maka harus ditutup rapat.
Lucunya, dari salah satu kelompok karena tidak membawa toples dan wadahnya terbuka, mereka agak kesulitan merapatkan tutupnya. Bahan yang sudah ditutup daun akan mereka tindih dengan batu bata. Batu bata itu pun baru dicari di halaman sekolah. Namun karena kebersihan makanan harus dijaga langkah tersebut tidak jadi terlaksana. Berkat kebaikan kelompok lainnya akhirnya semua bahan dimasukkan wadah dan dibungkus dengan kantung plastik.
Demikian sederhana praktikum hari ini. Sekolah di pinggiran memang memerlukan kesabaran dan energi ekstra untuk mendampingi para siswa dengan segala keterbatasannya. Semoga sukses selalu semuanya. Salam literasi.





T321, H36
Nganjuk, 5 Februari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap projek nya
Mantap projek nya
Siap incip2
keren... salam literasi
Keren ibu ulasannya.
Terima kasih.
Mantap Bu. Pingin ikutan, tapi ikut nyicipin doang boleh kan?
Mantap Bunda, kirim tape singkongnya ke Blora.Salam literasi dan semoga bunda selalu sehat bersama keluarga tercinta
He he. Minggu depan baru matang.
Semoga tapenya manis