Ibu dan Rinduku
Atifa mengayunkan langkah tergesa di sepanjang koridor Rumah Sakit, andai bisa terbang Atifa ingin sekali melakukannya agar sekejap tiba di ruang ICU dimana orang terkasihnya sedang menanti kehadirannya. Namun lorong ini terasa turut memanjang seiring upaya Atifa mempersingkat waktu.
Butuh sepuluh menit untuk dapat tiba di ruang bernuansa serba putih ini. Tubuh ringkih Bik Laras tengah terbaring lemas ditemani mama papa Atifa. Tubuhnya masih digayuti berbagai alat medis. Atifa segera memeluk tubuh orang terkasihnya. Bik Laras perempuan lembut hati yang menemaninya dari bayi saat Atifa belum bisa apa-apa hingga Atifa menjadi gadis dewasa yang cantik dan santun. Semburat ceria segera tersurat dari raut Bik Laras, nampak Bik Laras sedang berusaha keras untuk bicara tapi papa memberi isyarat gelengan kepala agar Bik Laras lebih tenang. Atifa memeluknya sedih sambal berusaha menguatkan Bik Laras. “Bibik pasti sembuh, semangat ya bik, demi Atifa, Atifa sayang bangat sama bibik.” tangisnya mulai pecah. Mama papa larut terbawa suasana dan berusaha menguatkan keduanya.
Atifa akhirnya harus ikhlas merelakan Bik Laras pergi, meninggalkan berjuta kenangan indah, menyisakan rasa yang tak tergambarkan. Namun Atifa tetap harus bahagia karena berada di tengah orang-orang berhati mulia mama dan papa, manusia berhati malaikat yang tak akan tergantikan selamanya dan tak akan mampu membuatnya marah atau protes. Sepucuk surat dari Bik Laras membuatnya bahagia karena disana banyak kisah yang membuat Atifa harus rela melepas cintanya pada Bik Laras di dunia namun akan berlanjut kelak di sorga. (Atifa putriku sayang, bersyukurlah pada Allah yang telah mempertemukan kita dengan papa mamamu yang berhati mulia, yang ikhlas bertahun-tahun merawat ibumu yang sakit ini, karena tidak ada keluarga yang mau mempekerjakan orang sakit dengan seorang bayi merah, kuikhlaskan mereka mengangkatmu menjadi putri mereka tanpa menjauhkan kita, agar kita tetap bersama, meskipun harus menyimpan rahasia siapa ibu sesungguhnya. Jangan marah ya nak. Mereka hanya ingin membuatmu merasa nyaman dan tidak memiliki jarak diantara kita berempat.Tetaplah sayangi mereka seperti ibu menyayangimu…..) dan begitu panjang rangkaian kisah yang tak akan pernah bosan untuk Atifa baca.
Batam di penghujung Maret.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang sangat menyentuh hati... Keren menewen mbak. Sukses selalu
Tksh pak, salam sukses kembali...
Ternyata ibu kandungnya. Hiks. Cerita yang menarik, Bun
tksh bun...salam sehat selalu
Bunda, ayo nulis lagi. Hehe....
Ia bun sedang membangun semangat baru....msh kerepotan membagi waktu hehehe...
Keren bu....sehat dan sukses selalu
Tksh kunjungannya bun...
Jadi ikutan sedih ya Bunda, baper.
tksh apresiasinya bun, salam sehat selalu...
Baper bacanya, Bu. Bersyukur Atifah... Salam bahagia.
Tksh bun, salam bahagia kembali ...
Ternyata bibiknya itu ibu kandungnya?
benar bun, tksh kunjungannya ....
Cerita yang mengharukan. Semoga selalu sehat dan sukses.
tksh bun, sukses selalu