Nur Sofiah

Perempuan biasa-biasa saja yang lahir di kota Pahlawan....

Selengkapnya
Navigasi Web
ENAM BULAN TELAH TERLEWATI

ENAM BULAN TELAH TERLEWATI

#hari ke-4

#TantanganMenulisGurusiana

Sejak mengajar kelas 4 tahun ini saya belum pernah melakukan pembelajaran tatap muka. Kalau bertatap muka pernah dengan beberapa siswa secara bergantian di waktu yang berbeda namun bukan pembelajaran. Pertemuan yang diimpikan oleh anak-anak, orang tua, dan guru tak kunjung datang. Bahkan sekarang sudah memasuki semester 2. Akankah kita melakukan pembelajaran secara daring selama setahun ini? Wallahualam.

Pembelajaran daring hari ini menjadi pembelajaran kali pertama mengawali semester 2 dan angka pasien Covid-19 di Surabaya belum mengalami penurunan yang signifikan. Sepertinya pembelajaran daring ini masih harus dilakukan guna kebaikan karena kesehatan anak-anak merupakan hal utama. Ini merupakan keadaan yang sulit tetapi benar adanya. Lantas, bagaimana guru mengukur kemampuan kognitif dan afektif anak-anak saat ini?

Sebenarnya, jika kita telusuri lagi untuk saat ini sangatlah tepat jika madrasah pertama adalah keluarga. Bagaimanapun juga peran orang tua sangatlah penting. Jika orang tua mengeluh dengan anak-anak mereka saat ini karena malas, susah diatur, dan hal-hal negatif lainnya menurut mereka. Sudahkah hal tersebut ditanyakan langsung kepada anak? Di sini lah pentingnya komunikasi.

Ya, komunikasi antara orang tua dan anak. Keluhan tadi merupakan sudut pandang orang tua. Bagaimana dengan sudut pandang si anak? Pernahkah orang tua mengajak berdiskusi dengan anak mengenai hal tersebut. Pernahkah orang tua mendengarkan apa yang dirasakan oleh anaknya atau sekadar mendengar pendapat mereka. Jika hal tersebut dilakukan, saya yakin akan ada titik temu dari permasalahan yang sedang terjadi. Bahkan akan tercipta keharmonisan antara orang tua dan anak. Ini menjadi poin penting bagi guru untuk mengukur kemampuan kognitif maupun afektif siswa. Mengapa demikian?

Guru tidak dapat bertemu langsung dengan siswa saat ini. Materi dan tugas disampaikan secara daring. Jika hanya ingin mendapat nilai tinggi, sangat mudah dilakukan. Orang tua yang mengerjakan dan anak tinggal menyalin. Lebih parahnya lagi tugas yang dikumpulkan merupakan tulisan orang tua. Nah, apakah ini yang kita mau? Tentunya tidak. Oleh karena itu, jangan sekadar nilai tinggi yang diraih tapi ajaklah anak-anak untuk melewati prosesnya. Yakinkan kepada anak kita, bahwa mereka bisa. Ketika mengalami kesulitan, arahkan mereka dengan sabar dan penuh cinta.

Kita selalu mengucapkan terima kasih kepada pelayan restoran yang menyajikan hidangan di hadapan kita. Mengapa kita tidak melakukan hal yang sama ketika meminta anak untuk mengambilkan sesuatu untuk kita? Eh, maksud saya perlakukanlah anak-anak kita seperti halnya kita bisa memperlakukan orang asing dengan baik.

Surabaya, 4 januari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terima kasih sudah membaca tulisan bunda. Sehat dan sukses selalu bunda.

05 Jan
Balas

Tulisannya bagus Bunda. Maaf masukan dikit, nama bulan seharusnya huruf besar. Salam sukses selalu

05 Jan
Balas



search

New Post