Usianya kini 11 tahun. Dua kali ia masuk rumah sakit (opname). Pertama, berusia 3 bulan. Jagoanku menderita diare saat itu. Sebagai ibu muda yang belum berpengalaman, saya tidak paham tentang kondisi bayi yang harus mendapat perawatan khusus seperti opname ketika sakit. Saat itu Saya ditegur dokter karena membawa anak ke rumah sakit dengan kondisi sudah kritis.

Sebelum datang ke rumah sakit Surya -nama rumah sakit saat anak saya opname, saya sudah membawanya ke rumah sakit lain. Tapi, dokter tidak menyarankan opname.

Melihat kondisinya semakin lemas membuat saya panik. Ya, akhirnya saya bawa ke rumah sakit Surya, rumah sakit khusus anak-anak. Sungguh beruntung, Ibu selalu mendampingi saya. Beliau ada saat jagoanku rewel. Saat disuntik maupun minum obat, ibu lah yang menemaninya. Saya tidak tega melihat kondisinya saat itu. Akhirnya dia harus opname selama 10 hari. Alhamdulillah, sejak itu anak saya tidak pernah sakit parah yang mengharuskan opname.

Dan hari ini kali kedua jagoanku masuk rumah sakit. Demam tinggi, muntah, dan diare mengharuskan ia untuk opname. Di hari pertama, dia masih tenang dan penuh ocehan. Tapi begitu malam tiba, ia berhalusinasi yang sempat membuatku takut dan sedih. Ini karena suhu tubuhnya terlalu tinggi. Semalam tidak tidur. Bah kan infus yang terpasang dilepasnya dengan paksa. Jam dua malam saya memanggil suster untuk memasangnya kembali.

Keesokan harinya jagoanku menjerit kesakitan. Perutnya melilit. Saya bisa merasakan betapa sakitnya sampai dia menangis dan mukanya menjadi pucat. Suster menghampirinya dan memberikan pertolongan pertama. Beberapa saat kemudian suster lain membawa jarum suntik. Katanya, untuk mengurangi rasa nyeri di perutnya. Saya tidak tega rasanya. Tak terasa, pipiku menjadi basah.

Si mbak suster berkata, " ibu harus tatag dan kuat ya.”

Saya semakin sedih karena teringat almarhumah ibu. Andaikan ada ibu, jagoanku tidak akan seperti ini. Ibu juga pasti membantu menjaganya. Saya adalah ibu yang tidak becus, tidak bisa merawat anak sendiri. Sakitnya pasti semua karena saya. Hiks.

Di hari ketiga keadaannya semakin membaik. Suhu tubuhnya normal, tidak diare, dan tidak muntah. Tapi, muncul sariawan di bibirnya. Ia terlihat mulai bosan, terlihat dari sorot matanya. Tetesan air di pipinya tanpa sebab mengundang rasa penasaranku.

“Ada apa adek menangis ?”

“Aku pingin pulang," jawabnya terbata-bata.

“Aku bosan Ma, di sini.”

“Iya, insyaAllah besok pulang," jawabku untuk menenangkan dirinya.

Empat hari menunggu jagoanku yang sakit berasa sesuatu banget. Bagaimana tidak? Ia tidak mau ditinggal. Dari pagi sampai sore aku harus menjaganya seorang diri. Suami kerja dan saudara yang lain memiliki kesibukan masing-masing. Ada canda, tawa, sedih, amarah yang harus saya terima darinya. Butuh kesabaran ekstra. Kembali teringat ketika saya kecil dan sakit. Ibu pun dengan sabar merawatku. Ibu memang wanita yang luar biasa.

Semoga hari ini jagoanku dibolehkan pulang.

Sungguh, wanita hebat itu IBU!

RSAL Surabaya, 17/7/17.