Nur Solisoh, SP.d

Guru SMP Negeri 1 Kertanegara, kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, pernah kuliah di IKIP Negeri Jakarta ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selendang Bernyawa

Selendang Bernyawa

SELENDANG BERNYAWA

Oleh Nur Solisoh,S.Pd

Part 1

Suasana mencekam malam itu, diam tak bersuara sepatah katapun dan hanya saling pandang satu sama lain. Melihat Lina tiba – tiba tergeletak tak berdaya di depan pintu kamar kostnya. Arini berinisiatif untuk menyadarkannya dengan mengambil minyak angin yang ada di lemari kamarnya. “ Ayoo tolong bantu angkat Lina”. Tukas siska, dan Linapun diangkat ke tempat tidur. “Eh gimana nih Lina badanya dingin banget, ngga mungkin doong kita tinggal sendirian,” kata Nurma. “ Ya udah kita tungguin sampai dia sadar, eh ngomong - ngomong Lina pingsan kenapa ya, ada yang tau ngga ?” jawab Arini sambil membetulkan posisi duduk. Belum sempat ada yang menjawab sudah berdiri dipintu perempuan setengah baya membawa selendang, kemudian disodorkan kepada Arini yang kebetulan berada paling dekat dengan pintu. Hanya tersenyum dingin lantas berlalu meninggalkan mereka berempat. Terang saja mereka terbengong dan saling pandang satu sama lain. Selendang siapa ini dan apa maksudnya memberikan selendang ini. “Hati – hati kita ngga kenal dengan orang itu,sebaiknya kita singkirkan saja selendang ini, takutnya ada sesuatu dalam selendang ini.” Kata Nurma sambil beranjak dari tempat duduk bermaksud menyingkirkan selendang itu. Namun tiba – tiba, “jangan dibuang, ini selendang untuk aku.” Suara Lina mengagetkan Nurma. “Alkhamdulillah, akhirnya kamu sadar Lin … “ Spontan suara mereka berbarengan. Merasa bahagia karena Lina sudah siuman. Empat anak perempuan itu selalu bersama – sama dalam menghadapi masalah, dalam suka maupun duka.

Sejak peristiwa itu Lina sangat berubah, lebih sering bengong dan menyendiri. Asyik dengan lamunannya sambil memegang erat selendang lusuh pemberian perempuan itu, sesekali berdiri seolah sedang berbicara dengan seseorang, ngga berapa lama berselang Lina akan memainkan selendang bak penari kondang sambil mengibas – ibaskan selendang, setelah itu dia akan duduk lagi sambil mencium hangat selendangnya. Suatu hari pernah ketauan malem – malem mengendap – endap keluar rumah dan mengikatkan selendang di pinggang. “Sssst Arini … sini, coba lihat, Lina sepertinya keluar rumah.” Suara Nurma dengan nada berbisik. Tak menunggu lama Arini segera mendekat. setelah diikuti ternyata Lina menuju ke rumah yang ada di ujung jalan.

Sepi dan selalu sepi rumah itu, rumah kecil yang di ujung jalan hanya berpagar keliling pohon sadang merah. Nampak menjuntai dari belakang rumah, ujung pohon bambu mengenai atap rumahnya. Samar – samar terdengar musik jawa berupa gendingan yang biasa terdengar pada tengah malam yang sunyi. Para perondapun bergidik jika melewati rumah itu. Suasana tambah mencekam manakala aroma kemenyan mulai terasa. membumbung tinggi asap dari rumah kecil di ujung jalan itu. Suara teriakan dan jeritan pun kerap terdengar

Nurma terkaget ketika tiba – tiba lina mengalungkan selendang ke lehernya.

“Lin … Lina apa – apaan si kamu, lepaskan… selendangmu menjeratku nih” tapi Lina justru menarik Nurma dengan kasar seperti sedang menarik binatang.

“Cepat … cepat kamu jalannya” dengan kasar Lina menarik dan terus menarik Nurma dengan selendang yang menjerat leher. Sesekali Nurma ditendang pantatnya karena terlalu pelan jalannya. Wajah Lina memerah mata melotot tak berkedip seperti orang kesetanan. Menendang terus menendang … mendorong tek henti – hentinya.

“ Tolooong Lin … kamu ini kenapa si… kenapa kamu perlakukan aku seperti ini ?” Rintih Nurma. Namun semakin Nurma minta tolong Lina semakin kesetanan menendang Nurma.

“Braaak … gedubrak … Ngggggh, ampun Lin ampuni aku” Rintih Nurma didorong dan terjerembab persis dibawah sepasang kaki dengan kain menjuntai. Ditengoklah ke atas setengah menengadah. Terbelalak Nurma melihat orang itu. Dengan suara parau perempuan itu menyuruh Lina “ Siapkan semuanya … cepaaat … !” dengan sigap Lina menuju ke tempat yang diminta perempuan itu sambil membukukkan badannya.

” Siap sudah siap Nyai …” suara Lina dengan agak ketakutan

“Seret Tikus ini …” sambil melotot Perempuan itu menyuruh Lina

“Ayoooo cepat …. Dasar lelet kamu” Lina menarik Nurma dengan kasar menuju ruang yang gelap dan pengap, hanya bau kemenyan yang menyengat diikuti kepulan asap.

“Dibawa ke mana aku Liiin … aku takut” Rintih Nurma.

“Diam kamu … kamu memang pantas mendapatkannya …!” Didorong, terus didorong, beberapa kali terjerembab diikuti tendangan kasar Lina. Sampai akhirnya masuk ke dalam ruangan itu. Nurma menjerit histeris melihat beberapa tengkorak tergantung di ruang itu,dengan bau kemenyan yang menusuk hidung. Seketika Nurma pingsan karena ketakutan. Selang beberapa saat perempuan itu datang ke ruang itu.

“Ikat dia di papan itu …”

“Tapi Nyai … aku ngga tega“

“Kalau kamu pengin sukses … lakukan saja”

Dengan gemetar dan agak ragu Lina mengikat Nurma di papan yang sudah disiapkan. Papan yang di ujung – ujungnya terdapat rantai besi untuk mengikatnya.

Telentang dengan kedua tangan dan kaki yang sudah diikat.

“Sudah Nyai … “ suara Lina memberi tau perempuan itu

Krak – krak – krak suara langkah kaki perempuan itu mendekati Nurma yang sudah telentang diikat di papan.

“To… to …loong …. ampuni aku … apa salahku” Rintihan Nurma sambil matanya terbelalak melihat kilauan pedang persis diatasnya.

“Ja ja ngaan jangan kau cin - cang a – ku”

“Nurma … Nurma … Nurma … Bangunlah ”

Namun tiba – tiba ada tangan mengguncang guncang kakinya.

“Astaghfirulloh ,… aku mimpi serem sekali” suara Nurma sambil menutupkan selimut yang dari tadi membalut kaki, ke mukanya.

“Ya sudah Ghi mandi … lihat udah jam berapa tuh” suara Arini sambil masuk ke kamar dengan ikatan handuk di kepala.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post