Oleh Nur Sri Harijanti

19 Februari 2021

Orang mungkin berpikir saya adalah orang yang aneh dan “nyeleneh”. Zaman serba teknologi begini, saya tidak punya instagram, tidak punya facebook apalagi tweeter. Saya termasuk orang yang kurang tertarik dengan media sosial. Saya merasa kurang membutuhkan. Jadi untuk memenuhi kegiatan hanya melalui wa saja. Alhamdulillah aman – aman saja.

Pada awal bulan Januari 2020 saya membaca postingan dari WA Group Guru Geografi Kemenag Propinsi Jawa Timur. WA itu tentang Pelatihan Menulis Satu Guru Satu Buku (SaguSabu) IGMPL Jatim I tanggal 22 sampai 24 Januari 2021. Awalnya niat saya iseng untuk ikut. Saya berfikir jika ikut maka sedikit banyak pasti ada ilmu yang didapat, sehingga suatu saat saya bisa menulis, aamiin.

Ternyata hari pertama langsung ada tugas menulis kolom, kemudian di upload di gurusiana. Betapa tegangnya saya, kepala rasanya panas dingin, karena saya belum pernah menulis. Untuk menghilangkan rasa itu, saya terlebih dahulu membaca tulisan - tulisan yang ada di gurusiana. Pada hari pertama pelatihan, pemateri menyebut sebuah nama yang inspiratif dan produktif dalam menulis. Dari sinilah saya mulai mengenal nama Pak Haji Ahmad Syaihu.

Seperti sudah Kehendak-Nya, saya membaca pertama kali di gurusiana, ya tulisan P Ahmad Syaihu tentang seluk beluk pelatihan hari pertama itu. Tepatnya tanggal 22 Januari 2021.

Berikutnya saya membaca tulisan yang mencuri perhatian yaitu kuis berhadiah buku. Kuis mengenai tantangan menghitung jumlah komentar tulisan Pak Haji Ahmad Syaihu selama sepuluh hari mulai tanggal 1-11 Februari 2021. Saya sangat ingin mendapatkan hadiah buku itu. Seolah – olah hobi membaca saya tersalurkan sehingga semua tulisan pak haji selama sepuluh hari itu satu per satu, saya baca dengan cermat. Baru kemudian menghitung jumlah komentar. Belakangan baru saya tahu ternyata sudah 120 buku yang dibagikan pada pecinta literasi. Masha Allah, barakallah Pak Haji, semoga menjadi amal jariyah.... aamiin

Saya suka membaca tulisan Pak Haji, panggilan yang disematkan teman – teman pelatihan pada beliau, saya juga ah. Saking asyiknya membaca tulisan P Haji, tanpa sadar saya menghabiskan waktu tiga jam. Beruntungnya ternyata hari itu, hari Jum’at, tanggal merah, libur Hari Raya Imlek. Saya membaca dari jam 05.10 pagi sampai jam 08.20 pagi. Saya terkejut ternyata saya sudah membaca 34 tulisan yang ditulis dalam 10 hari. Bahkan ada yang satu hari sampai 5 tulisan. Dari tulisan beliau saya menemukan cara menulis kolom, opini, puisi, pentigraf, cerpen, reportase, tips menulis, tips mendapatkan poin digurusiana dan tentunya tips – tips yang lain. Tulisannya sarat akan makna dan hikmah dalam kehidupan.

Padahal sebenarnya hari itu saya sedang sebal dan kesal, karena ide untuk menulis terbelenggu dan buntu. Selama satu minggu, saya tidak menulis. Pada saat membaca tulisan Pak Haji yang berjudul “1200 Hari Bersama Gurusiana yang Luar Biasa”, saya terkesima. Ternyata Pak Haji telah menghasilkan karya lebih dari 2500 tulisan, sembilan judul buku solo, kurator 35 buku antologi, dan ikut serta dalam penerbitan Buku Antologi bersama penulis dari seluruh Indonesia dan ASEAN. Terlihat jelas semangat beliau yang luar biasa dalam dunia tulis menulis. Memang, P Haji penulis produktif.

Saya mengamati tulisan puisi - puisi pak haji banyak yang ditulis pada jam mepet pagi setelah subuh atau mepet malam menjelang magrib. Puisi - puisi yang menyentuh tentang waktu, rasa, asa hingga tentang ilahiyah. Terasa sekali, Pak Haji memanfaatkan waktu dengan dengan produktif menulis.

Semangat menulis itu juga saya pahami dari tulisan di gurusiana 11 Februari 2021, tentang “Bolehkah saya libur tidak menulis?” Ditulisan diutarakan betapa pak haji dengan gurusiana itu ibarat sang kekasih yang saling jatuh cinta. Perumpamaan ini mengandung makna mendalam sekali. Menggugahku untuk terus menulis digurusiana, tidak boleh malas. Dari hal ini, saya belajar kedisipinan dari beliau dalam menulis dan melaksanakan tugas yang lainnya. Saya teringat kata - kata beliau pada pada saat pelatihan, hanya orang orang sibuklah yang bisa menyelesaikan tugas. Ucapan yang memacu produktifitas untuk menulis, termasuk saya.

Tulisan Pak Haji sangat mengispirasi, ada hikmah yang saya ambil dibalik cerita pentigrafnya. Salah satunya Akhir perjalanan Amir. Betapa kita harus berbuat yang terbaik dalam hidup, jangan membuat kehidupan nyata seperti mimpi buruk. Dari tulisan inilah, saya baru tahu serunya membaca pentigraf.

“Semangat menulis karena diniatkan ibadah”, itu kata motivasi dari Pak Haji yang berusaha saya contoh. Belum genap satu bulan saya mengenal pak haji lewat tulisan, membuat saya berani melangkah untuk menulis, walaupun usia saya sudah kepala lima. Usia yang kata sebagian orang malas untuk berfikir. Tetapi saya justru termotivasi, karena saya telah menemuan harta terpendam saya yaitu menulis. Terimakasih P Haji, motivasinya.

Pantas saja, Pak Haji punya resolusi ingin lebih banyak mendorong dan memotivasi kepada siapa saja untuk makin sering dan banyak berkarya dalam literasi (Tulisan hari 836 tanggal 3 februari 2021). Terimakasih, sepertinya resolusi Pak Haji akan tercapai dengan sukses memotivasi para penulis untuk terus menulis. Semangat terus Pak Haji, teruslah memotivasi orang – orang untuk menulis. Karena engkau memang pantas disebut motivator penulis.

Pak Haji, dengan segala upaya menyemangati kita penulis pemula, agar beranikan diri menulis di medsos untuk pertama kalinya. Kata P Haji, apapun bisa dijadikan untuk bahan tulisan, mulai diri sendiri, keluarga sampai alam semesta. Oh ya, terimakasih Pak Haji, buku hadiah kuisnya sudah sampai. Langsung dibaca kami sekeluarga. Memang pantas bila Pak Haji disebut seorang motivator yang provokatif dan produktif.