Bersahabat dengan Kabut
Hari sudah siang, tetapi udara masih terasa dingin. Kabut menyelimuti seluruh sekolah. Warna putihnya menghalangi pandangan. Dari kejauhan terlihat bayang-bayang hitam bergerak kekanan dan kekiri tertiup angin yang berhembus kencang. Suara angin membuat musik alam yang syahdu. Semua guru melaksanakan pembelajaran daring di ruang kelas masing-masing.
“Bu, ayo menghangatkan badan terlebih dahulu. Ini sudah pukul 09.00 saatnya istirahat,”ajak bu kepala sekolah.
“Siap bu,”jawabku.
Kuayunkan langkah menuju ke ruang guru. Kulihat segelas teh dimeja kerjaku. Kuraih gelas dengan tanganku yang membiru karena kedinginan.
“Hangatnya, sungguh nikmat yang tidak terkira”kataku.
Belum lama rasanya aku duduk di kursiku. Gelas yang hangat sekarang berubah menjadi dingin sedingin air yang baru saja diambil dari kulkas.
“Brrrrrrrrrrrrrrrrr, dinginnya,”kataku.
“Lumayan bu dapat minum es teh tanpa harus membeli kulkas, hemat,”kata kepala sekolahku.
“Betul bu, tambah es tambah harganya kalau beli di warung,” kataku.
Kami tertawa bersama menikmati kebersamaan hari ini bersama kabut yang menyelimuti.
Sumowono, 29 Januari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dataran tinggi ya Bu..... salam literasi
betul pak Hariyanto.... salam literasi