Nur Syamsiah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kesyirikan itu sangat Tersamar (bagian 1)

Kesyirikan itu sangat Tersamar (bagian 1)

Aku hanya ingin bercerita sesuatu yang aku dapatkan dari tiga orang temanku yang membuatku harus berlindung kepada Allah. Cerita yang selama ini hanya ku anggap sebagai isapan jempol, ternyata semuanya fakta. Betapa tidak? Dua orang bercerita tentang pengalaman pribadinya, sedangkan yang satu bercerita tentang apa yang dialami oleh keponakannya.

Begini ceritanya,

Cerita teman yang pertama, sebut saja Asih. Dia seorang guru muda berusia sekitar 35 tahun. Wanita beranak dua ini menyampaikan padaku kesulitannya sebelum dikaruniai keturunan. Menikah di usianya yang ke dua puluh lima membuatnya ingin segera menimang buah hati. Apalagi orang tuanya juga berharap demikian. Satu tahun pernikahan berjalan, belum ada tanda-tanda kehamilan pada diri Asih. Dia mulai diliputi kekhawatiran. Kalau menurutku sih masih wajar ya. Baru satu tahun. Rupanya tidak bagi Asih. Dia mulai berfikir bagaimana agar dirinya segera hamil.

Saat dalam kondisi berfikir itu, dia teringat akan tetangganya yang pernah lama belum dikaruniai keturunan dan sekarang memiliki seorang anak. Dia beranikan diri untuk bertanya padanya. Dia pun bertandang ke rumahnya untuk mendapatkan informasi. Beruntung, sang tetangga mau berbagi. Dia bilang bahwa dia berikhtiar dengan dipijat. Siapa yang memijatnya? Dia sampaikan bahwa seorang dukun bayilah yang melakukannya. Sang dukun tinggal di sebuah kota kecil ujung Timur Jawa Tengah.

Merasa dapat angin, Asih segera pulang dan menyampaikan keinginannya untuk juga dipijat kepada suaminya. Sang suami setuju saja dengan apa yang diusulkan oleh sang istri. Akhirnya Asih dan suami mencari waktu yang tepat untuk bisa pergi kesana. Waktu tempuh menuju ke tempat yang dicari sekitar tiga jam dengan mengendarai sepeda motor.

Singkat cerita, akhirnya Asih datang juga ke tempat sang dukun. Dia sampaikan keinginannya. Sang dukun menyanggupi dan menjanjikan bahwa dia bisa mengusahakan. Saat pertama Asih ke sana, sang dukun mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan kandungannya. Nampak tidak ada masalah dengan pernyataan ini sehingga dia tidak keberatan kala sang dukun memintanya kembali untuk yang kedua bahkan ketiga.

Keanehan terjadi pada kunjungannya yang keempat. Saat itu memang dia sudah terlambat dua minggu alias tidak haid. Asih merasa gembira dengan kondisinya ini. Dia berencana akan disampaikan kegembiraannya ini kepada sang dukun. Setiba di tempat dukun, belum lagi Asih bercerita padanya eh…si dukun sudah tahu apa yang terjadi pada dirinya. “Mbak Asih sudah terlambat dua minggu to…”,katanya. Terkejut juga Asih mendengarnya. “Kok bisa tahu ya?” pikirnya dalam hati, namun dia tidak berani menanyakannya pada sang dukun. Dia jawab saja,”Ya Mbah.” Si dukun melanjutkan kata-katanya,” Nanti kalau jabang bayi yang ada dalam kandungan usia lima bulan kesini ya. Kita bancaan (baca: selamatan) di kuburan.” “Astaghfirullahal ‘adzim,” spontan Asih beristighfar. Hatinya bergemuruh. Tak henti-hentinya dia mohon ampun kepada Allah. Sementara dia tidak menjawab perkataan si dukun. Apa sebenarnya yang terjadi.

Asih berpamitan pada si dukun. Sepanjang perjalanan pulang berboncengan dengan suami dia tidak berkata-kata. Hatinya berkecamuk. Perasaan was was, takut, ngeri, campur aduk.

Sampai tiba di rumah dia masih belum bisa mengungkapkan perasaannya pada sang suami. Baru di malam hari dia mulai bisa bercerita padanya tentang apa yang dikatakan oleh dukun. Dia mulai membuka pembicaraan,”Pah aku lebih baik tidak hamil daripada anak kita anak setan.” “Apa maksudmu?” Tanya sang suami. Asih sampaikan apa yang dikatakan dukun. Mendengar itu sang suami segera beristighfar dan mengajak Asih untuk mohon ampun jika ini merupakan kesyirikan. Dia juga mengajak Asih untuk berdoa agar diberi jalan terbaik oleh Allah.

Satu bulan kandungan Asih berjalan. Selama itu dia memohon kepada Allah jika janin yang dikandungnya adalah sesuatu yang diridhoi-Nya maka dia berharap janin itu tetap berkembang di dalam rahimnya. Namun jika tidak, dia memohon pada-Nya untuk diberikan jalan yang terbaik.

Bulan kedua sang janin berada dalam rahim Asih. Tiba-tiba saat bangun tidur dia merasakan tidak enak pada perutnya. Dia rasakan cairan hangat mengalir di kakinya. “Alhamdulillah”, ucapnya seketika. “Terimakasih ya Allah, inikah jawabanMu?”

Asih segera menginformasikan hal ini kepada suaminya. Sang suamipun gembira mendengarnya. Dia bersyukur, perasaannya kini lega tidak lagi diliputi was was yang tidak jelas.

Andai janin itu tetap berada dalam rahim Asih, maka jika dihitung usianya sudah memasuki bulan kelima. Asih sudah melupakan peristiwa itu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Diangkatnya piranti tersebut. Terdengar dari seberang sana suara seorang anak muda yang ternyata dia anak sang dukun yang pernah Asih kunjungi. Dia mengingatkan kalau bulan ini adalah bulan kelima kehamilan Asih. Dia menyampaikan pesan dari ibunya bahwa tanggal sekian jam sekian dia harus hadir ke rumahnya dengan membawa keperluan selamatan. Ajakan itu dijawab dengan tegas oleh Asih bahwa alhamdulillah dia tidak hamil. Seketika tidak ada respon apapun dari seberang sana. Asih tak henti-hentinya mohon ampun kepada Allah sekaligus bersyukur karena telah keluar dari ‘lingkaran syaitan yang sesungguhnya’, menurutnya.

Sejak peristiwa itu Asih berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan akan mengikuti jalur medis dan realistis saja untuk mengejar mimpinya. Setelah itu dia mengikuti program khusus medis pada seorang dokter kandungan.

Kini dia sudah dikaruniai dua orang anak. Anak pertamanya didapatkan setelah empat tahun mengikuti program dokter. Dua tahun setelah kelahiran anak pertama lahirlah anak keduanya.

“Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah lindungi keluarga kami dari jeratan syaitan yang terkutuk,” Asih menutup ceritanya.

Semarang, 21 Juni 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya Pak, Bu saya merinding dibuatnya. Saya tidak henti berta'awudz.

21 Jun
Balas

Subhanallah. Bersama kehidupan manusia berdekatan dengan kemusyikan. Alhamdulillah mba asih terselamatkan.

21 Jun
Balas

Saya turut ucapkan ta'awudz. Semoga diri ini senantiasa dalam lindungan Ilahi Robbi.

21 Jun
Balas



search

New Post