Nur Syamsiah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nasi Sudah Menjadi Bubur

Nasi Sudah Menjadi Bubur

"Tidaaak...", Mawar menjerit sekuatnya demi mengetahui dirinya hamil. Tubuhnya berguncang, air matanya bercucuran. Tangannya yang lemah melemparkan seluruh barang yang ada di dekatnya. Bantal kini berpindah tempat, di lantai. Selimut dan buku-buku malang melintang memenuhi seluruh penjuru kamarnya. Barang- barang nampak tidak tertata lagi. Air matanya semakin sulit dibendung. Dia telungkupkan wajahnya di atas tempat tidur. Dia remas sekuat-kuatnya alas yang melapisi tempat tidurnya.

Hamil bagi seorang wanita adalah sesuatu yang sangat diharapkan. Tapi mengapa Mawar nampak tidak berbahagia. Dia seolah tidak mensyukurinya. Dia ingin menolak sebisanya. Apa yang sesungguhnya terjadi?

Mawar adalah seorang mahasiswi semester enam program D3 pada sebuah perguruan tinggi negeri. Statusnya lajang. Dia sangat bercita-cita ingin langsung bekerja setelah lulus. Dia berharap dengan nilai IPK nya bisa segera diterima pada salah satu perusahaan bonafid di kotanya.

Untuk mengasah kemampuan manajemennya dia ikuti salah satu organisasi yang ada di kampusnya. Dia pun sering pulang malam karena kesibukannya. Itu alasan yang dia sampaikan pada kedua orang tuanya jika ditanya. Sang orang tua yang tidak berada di rumah sepanjang hari hanya percaya begitu saja. Dalam pandangan mereka Mawar adalah anak yang tidak banyak tingkah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Mawar menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. Tatapannya nanar. Dia harus berkata apa kepada ke dua orang tuanya. Mereka pasti akan sangat murka padanya.

Mawar akhirnya mengurung diri dalam kamar. Seharian itu dia tidak menampakkan batang hidungnya di hadapan kedua orang tuanya. Hal ini membuat sang orang tua heran.

“Assalamu’alaikum, buka pintunya Nak,” pinta sang ibu. Selama beberapa saat tidak ada jawaban. Pintu kembali diketuk. “Srek…srek…srek…”, terdengar suara sandal diseret. Mawar membuka pintu kamar. Sang ibu sangat terkejut melihat kondisi di dalam serta Mawar yang rambutnya acak-acakan. Penasaran. Ibunyapun menanyakan apa yang terjadi. Dengan seluruh kekuatan yang dimiliki Mawar berusaha menjawab pertanyaan ibunda.

Bagai disambar petir sang ibu kaget luar biasa. Nafasnya terengah-engah seolah membawa beban yang sangat berat. Dia tidak menyangka anak yang dibekali agama sejak kecil ternyata masih kecurian juga. Ada guratan kekecewaan di wajahnya. Ada penyesalan dalam dirinya mengapa dia percaya begitu saja pada sang anak. Itulah kesalahannya. Dia tidak pernah menanyakan kemana sang anak pergi serta dengan siapa dia bergaul.

Nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan tiada berguna. Sang ibu hanya menyadari bahwa Allah Al Ghoffar. Masih ada pintu taubat sebelum matahari terbit dari sebelah barat. Allah memerintahkan hambaNya untuk segera kembali kepadaNya manakala berbuat dosa. “Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54) Taubat nashuha, itulah yang seharusnya Mawar lakukan. Taubat ini akan diterima manakala di lakukannya dengan penuh keikhlasan. Tidak hanya itu dia juga harus penuh penyesalan, berjanji untuk meninggalkan kemaksiatan itu dan menggantinya dengan amalan-amalan kebaikan.

Semoga taubat Mawar diterima di sisi Allah.

Semarang, 17 Mei 2017

Catatan: Kisah nyata sebagaimana yang dituturkan oleh ibunda Mawar (nama samaran) kepada penulis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya Pak, na'udzu billah. Saya juga istighfar tidak henti saat kali pertama mendengar. Begitu beratnya mendidik anak perempuan. Itulah mengapa pahala begitu besar saat berhasil mendidiknya.

17 May
Balas

Innallillahi wa inna illaihi rojiun.

17 May
Balas



search

New Post