Nur Syamsiah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

'The Power of 'Tulisan

The Power of Tulisan

Jadwalku jam pertama dan kedua mengajar di kelas 9H. Materiku saat itu adalah ‘Narrative Text’. Materi ini sebenarnya hanya mengulang saja, karena sudah dibahas sebelumnya. Aku hanya memberikan garis besarnya.

Selesai pembahasan materi aku lanjutkan latihan-latihan soal. Aku memberi pertanyaan kepada anak-anak secara bergiriran. Satu per satu aku beri pertanyaan. ‘ Kharis, jawab soal no 1,’ perintahku pada seorang siswa. Yang diperintah segera melaksanakan tugasnya kemudian menjawabnya. Soal berikutnya aku serahkan pada siswa yang bernama Julia. Selanjutnya aku memanggil siswa yang bernama Ega. Dia aku minta untuk menjawab soal no 8.

Bukannya menjawab soal, dia malah tunjuk jari sambil berkata,’Bu saya ijin ke belakang ya Bu…’. Aku kaget atas permintaannya ini. Ku pikir mau tanya tentang materi. Sejenak aku terdiam, tapi aku mengijinkannya juga dengan syarat hanya dua menit. Sambil berlari dia bilang,’Ya Bu…’. Ku lihat jam tanganku, 07.55. Artinya Ega harus kembali ke dalam kelas jam 07.57.

Aku lanjutkan pelajaranku. Masih mengerjakan latihan-latihan soal. ‘Assalamu’alaikum,’ suara salam mengejutkanku. Aku menoleh ke belakang sambil menjawab salam itu. Ternyata Ega yang tadi minta ijin ke luar. Reflek aku lihat jam tanganku. Jam 08.10. Ega melewati batas perjanjian. ‘Jam berapa sekarang Ega?’ tanyaku padanya. Bukannya menjawab, dia malah minta maaf,’Maaf Bu tadi toiletnya antri.’ Aku tidak percaya begitu saja pada apa yang dikatakannya. Aku ulangi pertanyaanku. Dia masih memberikan jawaban yang sama.

Karena aku tahu dia sering berbohong, maka aku ubah strategi untuk mengorek kejujurannya. ‘Ambil pulpen dan buku’, perintahku. Dia turuti apa kata-kataku. ‘Duduk di depan dan tulis dua halaman apa yang kamu lakukan tadi.’

Ega mulai menuliskan sesuatu di bukunya. Sepintas aku lihat judulnya, ‘Pengalamanku.’ Tanpa mempedulikan teman yang meledeknya dia lanjutkan tulisannya. Dua halaman sudah. Dia serahkan padaku. ‘Sudah Bu’, katanya.

Aku coba membaca apa yang telah ditulisnya. Ternyata selama kurang lebih lima belas menit dia tidak ke toilet, melainkan ke kantin. Dia tuliskan secara runtut apa saja yang telah dilakukannya, mulai dia meminta ijin padaku sampai akhirnya dia harus menulis. Dia tutup tulisannya dengan ‘Maf ya Bu saya sudah berbohong. Saya janji tidak akan mengulangi lagi.’

‘Ah ternyata tulisanmu jadi cermin kejujuranmu Ega. Ibu maafkan Nak…’

Nur Syamsiah

Semarang, 2 April 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya Bu,beberapa kali menjupai kasus yg sama klo lisan sering bohong tp saat ditulis mereka jujur.

03 Apr
Balas

Benar2 the power of writing ya bu yg dpt mndorong si Ega jujur

02 Apr
Balas



search

New Post