Nurul Hidayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bahasa Punya Rasa

Bahasa Punya Rasa

Suatu pagi sesosok perempuan tak dikenal tiba-tiba memasuki ruang guru. Berperawakan kecil, mata sipit namun wajah mirip pribumi. Ah, ini pasti orang Jepang yang katanya mulai bertugas di sekolah kami sejak senin ini. Benar saja, senyumnya mengembang saat kusapa dengan “Ohaio gozaimasu”. Kupernalkan diri dalam bahasa Jepang dengan sangat percaya diri. Ia sebutkan namanya saat kutanya. Jawabannya kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat panjang dalam bahasa jepang. Entah apa artinya. Aku bingung sendiri, guru Bahasa Jepang belum ada yang datang. Tahu begini, di awal lebih baik aku pakai Bahasa Indonesia saja. Aku sampaikan dalam bahasa Indonesia bahwa aku tak paham akan apa yang ia katakan. Ia malah bicara lebih panjang lagi. Aku kemudian bicara dalam bahasa Inggris. Ia menimpali dengan bahasa Jepang yang lagi-lagi tak bisa aku pahami. Kami kemudian tersenyum saling memandang. Kami sama-sama mengerti bahwa kami tak saling faham bahasa lisan kami. Akhirnya aku sampaikan bahwa aku harus segera pergi karena ada keperluan. Saat itu kugunakan bahasa Inggris, dilengkapi Bahasa Tarzan tentunya.

Sensei Kumi, biasanya ia dipanggil. Meja kerjanya tepat berada di samping kananku. Sementara sebelah lagi ia berdampingan dengan guru bahasa Jepang. Hari-hariku sering terasa berada di luar planet bumi jika dua sensei itu tengah berbincang. Ada untungnya juga duduk dekat mereka. Banyak kosakata baru aku pelajari. Namun tetap saja masih sulit berkomunikasi jika full bahasa jepang. Untungnya bahasa punya rasa. Kami sering saling memahami meski tak tahu arti suatu kata dalam masing-masing bahasa.

Berbekal rasa saling menerima, setiap bertemu kami saling bertegur sapa. Kami bahkan kadang membahas pekerjaan, keluarga maupun makanan. Tak jarang pula kami saling berbagi penganan. Belakangan Sensei bercerita bahwa ia sedih harus meninggalkan Indonesia karena waktunya bertugas enam bulan hampir habis. Meski matanya berkaca-kaca, ia masih bisa mengajariku membuat origami. Ah, Sensei telah menyadarkanku bahwa bahasa punya rasa. Berbekal rasa, dengan siapa pun kita bisa bertegur sapa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hajii memashite, doozo yoroshiku.

15 Mar
Balas



search

New Post