Nurul Hidayah

Sulung dari 3 bersaudara wanita semua. Lahir dari seorang ibu yang ulet dan tangguh, dan ayah yang super tegas namun tetap sabar di K...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENGANAN ITU NAMANYA 'PELER KAMBING'

PENGANAN ITU NAMANYA 'PELER KAMBING'

Tantangan hari ke-3

Berasa hari ke-6

Ops: "Segelas kopi karo anu goreng ben ora oleng."

AR: "Cocok, iku!"

AS: "Opo anu goreng, ki?"

Ops: "Mboh, lek tempate sampeyan...lek neng kene omonge saru."

Demikianlah sepenggal percakapan malam itu di salah satu grup Wathsaap yang aku ikuti, yang membuatku tersenyum sendiri membaca percakapan tersebut. Akhirnya aku ikutan nimbrung dalam percakapan tersebut dengan menyebut nama penganan tersebut anu kambing. Hingga akhirnya teman yang bertanya tadi semakin penasaran dan akhirnya makin penasaran dengan kata anu kambing tadi. Saking penasarannya akhirnya terlontar kalimat, Ndeh...jal dijelaske ben mudeng aku..."anu" 1 kata banyak makna..kan bingung. Hehehehe.... 

Peler kambing. Ya, penganan tersebut bernama peler kambing. Seperti sebutan alat kelamin jantan bagi hewan kambing. Tetapi, janganlah berfikir negatif dulu dengan nama penganan tersebut. Maaf, namanya agak jorok, enggak sopan, nyeleneh, dan saru di beberapa daerah. Entahlah aku tak tahu mengapa sebutan penganan ini adalah peler kambing.

Di Samarinda kota kelahiranku, penganan ini sudah enggak asing lagi dan banyak pedagang gorengan yang menjualnya. Sehingga para peminat peler kambing mudah menjumpainya. Rasanya yang manis sungguh nikmat sebagai teman minum teh maupun kopi saat bersantai bersama keluarga di sore hari maupun malam hari. Bahkan dinikmati saat sarapanpun sungguh nikmatnya.

Peler kambing adalah salah satu penganan khas Kalimantan suku Kutai yang  terbuat dari bahan utama pisang sanggar (kepok) atau pisang mauli. Biasanya pisang yang digunakan adalah pisang yang sudah matang sekali dan kulitnya sudah mulai menghitam, sehingga bagi yang tak ingin menambahkan gula, tidak mengapa karena sudah manis rasanya. Jadi, tak ada sama sekali bagian dari tubuh kambing yang digunakan untuk mengolah penganan ini.

Peler kambing Kutai memiliki bahan yang sederhana dan tidak serumit peler kambing yang ada di Palembang. Bahan-bahannya adalah 8 buah pisang kepok matang (kulit mulai menghitam), 8 sdm terigu, sedikit garam, air secukupnya, gula putih secukupnya. Boleh ditambah vanilli bagi yang suka.

Cara memasak peler kambingpun sangatlah mudah. 1. Siapkan wadah dan aduk pisang yang telah di iris kecil-kecil menggunkana gelas kaca, hingga halus. 2. Masukkan tepung, garam, gula dan air secukupnya.  3. Masukan vanili 4. Aduk sampai rata, adonan jangan terlalu keras dan jangan terlalu cair. 5. Panaskan minyak goreng dalam wajan. 6. Lalu goreng adonan dengan membentuk bola-bola bisa menggunakan sendok. 7. Jika sudah menguning angkat dan tiriskan 8. Sajikan.

Hari ini, kuolah peler kambing berbahan pisang kepok dari kiriman tak bertuan kemarin. Pisang sanggar (kepok) yang diberikan oleh seseorang yang tak kuketahui siapa dia, karena kemarin siang telah ada di teras rumah saat aku pulang sekolah. Rejeki yang tak terduga tersebut kuterima dengan sangat senang karena sudah lama sekali aku tak makan peler kambing. Karena sudah lama sekali aku enggak membeli pisang kepok di pasar.

Tak perlu menunggu waktu lama untuk mengolah dan menikmati penganan yang sangat enak ini. Segera kukupas pisang yang sudah matang sekali, lalu kuiris-iris dan kuhaluskan menggunakan bagian bawah gelas kaca. Lalu kucampurkan tepung, gula, garam, dan air dengan rata. Sambil kupanaskan minyak goreng. Setelah adonan siap kumenggorengnya hingga berwarna kuning agak kecoklatan.  Setiap kali mengangkat gorengan peler kambing dari wajan, anak-anak keluar masuk dapur untuk mencomot peler kambing tersebut. Aku cuma tersenyum melihat tingkah anak bungsuku yang kepanasan saat memakannya. Begitu juga suamiku memakannya dengan lahap sembari duduk santai menikmatKarena rasanya yang manis dan enak. Sehingga dari anak-anak hingga orang dewasa akan menyukainya.

Peler kambing yang merupakan penganan tradisional khas Kalimantan yang nyeleneh namanya ini, namun manis rasanya harus terus dilestarikan. Terutama kepada generasi milenial yang lebih faham dengan makanan berbau kebaratan. Dengan cara memperkenalkannya kepada mereka. Agar mereka juga dapat mencintai negeri kita yang kaya akan berbagai jenis makanan tradisional. 

Malinau, 22 Januari 2020

#TantanganGurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post