Nurul Hidayah

Sulung dari 3 bersaudara wanita semua. Lahir dari seorang ibu yang ulet dan tangguh, dan ayah yang super tegas namun tetap sabar di K...

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Amplop Pendongkrak (bagian pertama)

Si Amplop Pendongkrak (bagian pertama)

Saat ada lomba, pasti ada hadiah. Begitu banyak orang yang mengikutinya dengan embel-embel agar tenar dan dapat hadiah.

Lihat begitu panjang antrian hanya untuk ikut audisi, bahkan sudah antri menjelang shubuh, bila kita saksikan di televisi. Karena apa, sekain dapat hadiah dan menjadi terkenal bahkan menjadi bintang televisi.

Tak kalah juga dengan lomba-lomba yang diselenggarakan untuk mengikat hati para pendidik anak bangsa, ada lomba guru Berdedikasi, lomba Inobel, lomba Menulis, lomba Olimpiade Guru Nasional, lomba Kreativitas Guru, Guru berprestasi, Anugerah Konstitusi, dan masih banyak lomba-lomba untuk guru lainnya. Semua pastilah ada hadiahnya.

Pihak penyelenggara telah menyiapkan hadiah bagi para pemenang, baik berupa uang maupun barang, tak lupa diundang hadir di kota diadakannya lomba dengan biaya transportasi (dikembalikan ke peserta dengan cara dimasukkan kedalam amplop), akomodasi dan konsumsi yang disediakan oleh panitia. Begitu pula dengan aturan yang harus dipenuhi oleh para peserta lomba. Semua demi satu tujuan, yaitu agar peserta lomba mampu berkompetisi dengan mengerahkan segala kemampuan sebaik-baiknya untuk menjadi seorang yang TERBAIK dan PEMENANG pastinya.

Pada zaman Now seperti saat ini tidak sama seperti lomba-lomba tahun sebelumnya, seleksi awal dimulai dari seleksi administrasi dengan mengirim berkas secara online. Guru yang ingin ikut lomba, awalnya tidak faham bagaimana cara mengirim berkas secara online akan secara tidak langsung berusaha belajar caranya. Yang awalnya tidak faham komputer, dengan sedikit memaksakan diri agar bisa. Yang lokasinya jauh dari jaringan internet, akan berusaha "Turun Gunung" demi bertemu dengan signal, walau harus melakukan perjalanan berkilo-kilo meter bahkan berhari-hari. Semua demi bisa terdaftar sebagai peserta lomba pada tahap lolos seleksi administrasi.

Satu persatu pendaftar berguguran karena masih banyak yang belum faham cara mengirimnya. Masih banyak kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang telah dilakukan demi ikut lomba. Tapi, tak menyurutkan niat para laskar Oemar Bakri untuk berjuang kembali tahun depan atau ikut lomba event yang lain.

Setelah lolos seleksi administrasi, ada tahapan seleksi mengirim abstrak. Para pendekar pembasmi kebodohan ini, berusaha menampilkan abstrak sebaik-baiknya dengan judul semenarik mungkin untuk memikat hati sang juri, yang lolospun masih ratusan orang. Ternyata banyak sekali guru yang berminat mengikuti lomba, walau kemungkinan baru sekitar 20% guru se Indonesia yang mengikutinya.

Tahap berikutnya bagi yang lolos abstrak, dipersilahkan mengirim makalahnya, disini penilaian lomba Inobel misalnya, bukan hanya isi makalah saja, tapi ada penilaian similarity dan sitasi. Para peserta banyak yang mulai berguguran. Walau lolos uji similarity dan sitasi, tapi isi makalah dianggap sang juri belum bagus maka ia akan gugur dengan sendirinya.

Begitu pula dengan lomba yang mengharuskan mengumpul portofolio, begitu banyak yang harus dipersiapkan oleh peserta lomba. Namun semua tak menyurutkan semangat guru untuk ikut berkompetisi.

Selain si Amplop pendongkrak, reuni untuk bertemu dengan guru-guru hebat untuk belajar dan menimba pengalaman dapat menjadi salah satu penyemangat untuk membuat karya dan mengikuti lomba-lomba guru baik tingkat kabupaten, propinsi, maupun Nasional.

Kegagalanku untuk menjadi finalis dalam event Inobel yang baru 2 kali gagal dalam dua tahun berturut-turut, ternyata belum ada apa-apanya. Harus terus berusaha dan banyak belajar. Kita bisa belajar dari pengalaman seorang guru muda yang telah berhasil menjadi juara, setelah mengalami beberapa kali kegagalan dan pantang menyerah. "Alhamdulillah, kekalahan bukan untuk membuat kita menyerah, dan kemenangan bukan membuat kita berhenti berkarya. Terus berkarya bapak ibu guru yang luar biasa, dengan karya muliakanlah derajat kita sebagai guru." Ungkap Hendrik Hermawan, S.Pd, M.Pd sang Juara Inobel tahun 2017 dari propinsi Jawa Tengah. Sebagai motivasi kita semua untuk terus berkarya.

Akhirnya, si Amplop hanya sebagai salah satu alat dongkrak, hasil tetaplah serahkan pada Sang Maha kuasa. Yang penting usaha dan do'a.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post