Nurul Hidayani

An English teacher at SD Negeri 1 Percontohan Karang Baru, Aceh Tamiang. A teacher and a learner 😊...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Untuk Nia - Day 3

Cinta Untuk Nia - Day 3

Antara Rumah dan Ladang 

 

21 tahun hidupnya, didedikasikan untuk dua tempat ini. Rumahnya dan ladangnya. Rumah orang tua nya dan ladang orang tuanya lebih tepatnya. 

Ia benci rumah, karena rumah adalah tempat berlindung sekaligus tempat ia sering tersakiti. Ia juga benci ladang, karena hanya ia dari semua anak orang tua nya yang seolah 'diwajibkan' mengurusi ladang. Namun, terkadang ladang juga menjadi tempat pelarian baginya. Saat ia ingin sendiri. Saat ia ingin lupa akan segala lika liku hidupnya. 

Ladang itu tidak begitu luas, tidak juga dikatakan sempit. Namun hasilnya cukup untuk mengepulkan asap di dapur rumah mereka. Melihat daun-daun hijau dengan tetesan embun di atasnya, adalah kebahagiaan kecil yang disajikan Tuhan setiap kali Nia mengunjungi ladangnya di pagi hari.  Suara-suara monyet bergelayutan di pepohonan sebelah ladang pun menjadi musik tersendiri, yang setidaknya membuatnya tidak merasa sendiri di ladang, meskipun itu hanya monyet. 

Nia ingin kuliah seperti Fitri dan Yulia, kedua kakaknya. Tetapi mau bagaimana lagi, Nia tidak pernah mendapat tawaran kuliah baik dari ibu dan ayahnya. Semuanya seolah kompak meyakinkan Nia bahwa ladang lebih baik baginya daripada bangku kuliah. Dan oke, Nia setuju. Walaupun tidak pernah ditanyai persetujuannya.

Keluarga Nia bukan keluarga miskin yang kesusahan untuk kebutuhan sehari-hari, namun belum juga dapat dikatakan kaya. Tetapi untuk ukuran orang di desanya, menguliahkan dua anak adalah hal yang hebat. Tidak peduli kuliahnya dimana. Yang terpenting kuliah. 

Ayah Nia adalah seorang petani. Dari sejak muda ia memang petani. Tanah warisan dari orang tua nya digarapnya dengan ulet. Beraneka ragam tanaman pernah ditanamnya. Jagung, cabe, timun, kacang panjang adalah contohnya. 

Tetapi saat ini ayah Nia sedang asyik tenggelam dalam aktivitas barunya, menjadi aparat desa. Oleh karena itu, ladang pun tidak sempat dijamahnya sesering dulu. 

Ibu Nia adalah seorang PNS. Ia adalah seorang guru SD kampung sebelah. Nia ingin sekali menjadi guru, seperti ibunya. Senang rasanya tiap hari lebaran dikunjungi murid-murid yang datang berbondong-bondong. Ada yang naik sepeda, ada yang coba-coba naik sepeda motor, ada juga yang jalan kaki. Belum lagi Ramadhan atau musim panen, murid-murid ibunya akan datang silih berganti mengantarkan makanan atau hasil panen mereka. Dan Nia memang selalu senang dengan anak-anak. 

Nia sudah mandi, sudah mengenakan 'pakaian dinas'nya. Pakaian ladang. Ia mengoleskan sunscreen ke kulit wajahnya. "Walaupun kulitku hitam, setidaknya sehat" batinnya. 

Ia baru akan melangkah mengunci pintu kamarnya sebelum handphone nya berdering. Sebuah panggilan masuk. Nia melihat nomor yang tertera. Nomor baru. "siapa ya" katanya sambil menekan tombol terima. 

"Assalamualaikum". Terdengar suara seorang lelaki dari sana. Jangan baper dulu. Bukan cogan. Suaranya terdengar tua. Mungkin usianya sepantaran ayahnya. "Wa'alaykumussalam, siapa ini?" Tanya Nia sambil mengunci pintu kamarnya. "Ini Pak Mukhlis. Ini Nia anaknya Bu Sri kan?"

"Ya pak. Ada apa ya". Tanya Nia lagi. Ia penasaran. Ingin segera tahu apa maksud bapak ini pagi-pagi meneleponnya. "Begini nak, Nia mau tidak mengajar di TK Restu Bunda? Bapak teman ibumu. Ibumu bilang kamu mau jadi guru. Tapi terus terang Nia, mungkin gajinya gak seberapa."

"Deg" jantung Nia berdebar. Benarkah ibu yang merekomendasikan ku? "Bagaimana nak Nia mau tidak? Kami butuh guru baru untuk tahun ajaran yang akan datang. Tinggal seminggu lagi sebelum sekolah dimulai. Saya harap nak Nia bisa segera memberikan jawaban. 

"Saya mau pak" jawan Nia serta merta. "Kapan saya bisa menjumpai bapak untuk bicara lebih jelas pak? Oh ya pak dimana lokasi TK nya ya pak. Kok saya belum pernah dengar" Nia memberondong pak Mukhlis dengan pertanyaan. 

"Baik nak Nia. Terimakasih sudah menjawab dengan cepat. Saya akan kabari secepatnya. Dalam Minggu ini kita bertemu untuk lebih jelasnya. Yang penting Nia bersedia". 

Setelah beberapa kalimat, mereka pun saling menutup telepon. Ada secercah harapan baru buat Nia. Kini dia punya tempat pelarian baru selain ladang; TK. Dan yang lebih mengejutkan lagi, yang merekomendasikan nya adalah ibunya. Ada apa dengan ibu? Tanya Nia dalam hati. Tapi terserahlah. Ia tak peduli. Yang penting pagi ini ia senang sekali. Rasanya ingin segera membagikan berita gembira ini. Tapi kepada siapa? Toh pacar ia tak punya. Kepada para monyet saja dulu. Batinnya sambil tersenyum. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jangan sama hewan bunda kalau hewannya suka bagaimana?hehehe..salam kenal dari Banten

23 Aug
Balas

Hehe iya Bun. Salam kenal juga bun

26 Aug



search

New Post