FILOSOFI LEBARAN KETUPAT
FILOSOFI LEBARAN KETUPAT
Oleh: NURUL JANUARTI
Tantangan hari ke-56 (tulisan ke-116)
#TantanganGurusiana
*
Tak terasa, hari ini sudah memasuki hari ke-8 lebaran Idhul Fitri. Tradisi di daerahku (Kencong, Jember) juga masyarakat Jawa pada umumnya, hari ini waktunya merayakan lebaran ketupat. Jadi kami yang termasuk masyarakat Jawa mengenal dua kali lebaran, yaitu Idhul Fitri tepat pada tanggal 1 Syawal, sedang lebaran ketupat biasanya satu minggu setelahnya. Tadi malam biasanya selamatan bersama di masjid atau mushola terdekat dengan membawa lontong, kupat, lepet dan sayur lodeh lengkap di tempatkan pada taker( daun pisang yang dibentuk seperti baskom besar), tapi sekarang sudah banyak yang ditempatkan baskom dari plastik. Semua warga utamanya bapak-bapak tidak mau ketinggalan anak-anak juga berkumpul untuk berdoa bersama dengan di pimpin oleh Kyai atau Ustadz atau sesepuh di daerahku. Selesai doa baru semua bawaan yang dikumpulkan dibagi-bagi dengan tidak dikenal lagi itu siapa yang membawa. Anak-anak kecil juga dapat bagian (berkat), justru serunya ada pada mereka karena sudah dapat dipastikan mereka akan berebut atau saling lirik bagian temannya. Kalau ada yang lebih mantap isinya kadang mereka tukar diam-diam. Dan di pagi hari ini biasanya dilanjutkan bersukaria bersama keluarga dan handai taulan di Pantai Paseban dengan membawa bekal kupat lengkap dan tikar untuk disantap jika sudah mulai terasa lapar sambil menikmati indahnya deburan ombak pantai selatan Pulau Jawa yang eksotis.
Dan untuk lebaran kali ini tidak seperti yang biasanya, aku hanya bisa berangan-angan sambil membayangkan nikmatnya kupat sayur dan gurihnya lepet. Gara-gara si Covid-19 aku tak bisa mudik dan tak bisa menikmati semuanya. Kupat sayur hanya jadi angan-angan, karena di tempat tinggalku sekarang tidak ada yang membuat. Akhirnya daripada aku meneteskan air liur lebih baik kucari-cari referensi asal muasal hari raya ketupat, mungkin juga dapat menambah sedikit pengetahuan untuk kita.
Ternyata lebaran ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, saat itu, beliau memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran dipahami dengan prosesi pelaksanaan shalat Ied satu Syawal hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim, sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.
Penggunaan istilah ketupat dalam Lebaran Ketupat tentu bukan tanpa filosofi yang mendasarinya, di bawah ini sekilas uraiannya.
*
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.
Ngaku Lepat.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Laku Papat.
1. Lebaran
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.
2. Luberan
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin, berupa pengeluaran zakat fitrah.
3. Leburan
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
4. Laburan
Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
FILOSOFI KUPAT - LEPET
KUPAT
Kenapa mesti dibungkus janur(daun kelapa yang masih muda dan berwarna kuning)?
Janur, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " (telah datang cahaya ).
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur).
LEPET
Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat.
Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
*
Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam. Umat muslim sudah seharusnya melestarikan budaya atau ajaran yang telah disampaikan para wali di Indonesia ini. Dan inilah yang merupakan cikal bakal munculnya kalimat Mohon maaf lahir dan bathin, disaat 'Idul Fitri di Indonesia.
Itulah sekilas tentang lebaran ketupat (riyoyo kupat), semoga bermanfaat. Aamiin.
*
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/39434/lebaran-ketupat-dan-tradisi-masyarakat-jawa
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih..... Info yang lengkap. Keren, Bu
Terima kasih bu
Oh ...baru tau kalau ada lebaran ketupat.. terimakasih sudah berbagi informasi Bu..
tradisi jawa bu
Hari raya ketupat adalah hari rayanya orang yang berpuasa 6 hari setelah selesai sholat id
Betul bu
Mantap bu KS.
Makasiih
Mantulllll salam literasi
terima kasih, salam literasi dan salam kenal
Luar biasa bunda, terimakasih ilmunya tulisannya keren menewen.
Sama- sama bunda
Masyaallah, penuh dengan makna ya bu
ya bu, semoga kita bisa mengaplikasikan makna yang terkandung bu, terima kasih
Ibu saya tak pernah merayakan, tapi nenek selalu membuat lontong ketupat.
Baru thn ini sy tdk merayakan dn merasakan bu, biasanya mudik he he he
Mantap bu ilmunya barakallah
Aamiin. Terima kasih bu ...