KENANGAN MALAM 27 RAMADHAN
KENANGAN MALAM 27 RAMADHAN (4)
Oleh: NURUL JANUARTI
Tantangan hari ke-47 (tulisan ke-107)
#TantanganGurusiana
“ Keluarga Ibu Pasriyati!” panggil salah satu perawat pada kami yang membuyarkan lamunanku.
“Ya bu”, jawab kami hampir bersamaan sambil berdiri.
“ Silahkan ke dalam” lanjut si perawat.
Aku dan suami juga adik laki-lakiku segera menuju ruangan dan disilahkan menuju ruang mamak ditangani. Jantungku berdegup keras tak teratur, sekilas kulihat wajah para dokter seperti penuh ketegangan. Salah satu dokter menjelaskan bahwa usahanya sudah maksimal, tetapi tetap Tuhan yang menentukan, mamakku tetap berpulang. Innalillahi wainnailaihi rojiun .. Emosiku tak bisa kukendalikan, aku menjerit histeris dalam papahan suamiku. Aku maki-maki dokter yang ada juga sang professor, entah kata makian apa yang keluar dari mulutku tak dapat aku ingat. Aku segera memeluk mamakku, dengan tangisan yang entah seperti apa. Aku seolah ada di ambang sadar. Suamiku berusaha menenangkanku, dan membawaku keluar. Setelah itu dunia terasa gelap…dan gelap.
Entah berapa lama aku dalam keadaan tidak sadar dan berada dalam pelukan adik iparku. Suamiku mendekatiku dengan menenangkan emosiku dan memberiku penguatan. Aku berusaha mengikuti nasehat suamiku. Aku dan suami dipanggil lagi ke ruang sang profesor.
“ Buk, kendalikan emosi yaa, biar ayah yang bicara dengan dokter, Kasihan mamak ya juga bapak” pinta suami padaku sambil memelukku menuju ruang dokter. Aku hanya mengangguk dan baru sadar akan kondisi bapakku dan entah dibawa ke mana bapak oleh adik perempuan dan iparku. Profesor meminta maaf pada kami dan menjelaskan permasalahan dengan penuh keheranan dan penyesalan, menurutnya semua terjadi diluar dugaan. Hasil operasi sudah bagus dan mamak sudah melewati masa kritis, dan sampai mamak meninggal dokter belum tahu pasti penyebab membengkaknya perut mamak. Akhirnya suami juga mohon maaf atas perlakuanku yang di luar batas kesadaran. Sang profesor pun menyadari, aku hanya diam dengan pikiran tak karuan. Jenasah mamak baru bisa dibawa keluar ruangan setelah 2 jam.
Sambil urus sana urus sini kami mengatur kepulangan, ibu mertua dan adik iparku menemani anak-anak pulang terlebih dahulu dengar suami adikku yang menyetir mobilnya, aku bersama kedua adikku dan suami ikut ambulan, sedangkan bapak memaksa ikut ambulan untuk tetap bersama dengan istri tercintanya. Di dalam mobil ambulan aku masih antara percaya dan tidak kalau mamakku meninggal. Menurut cerita suami dan adikku aku sering bicara di luar kesadaran, memarahi suami juga menyalahkan diriku sendiri.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga di berikan kesabaran ibu
Aamiin terima kasih bu
Ikhlaskan ya bu ks biar bulek dan paklek tenang di surga
insyaallah aku sudah mengikhlaskanya, nek wis hari-hari gini mesti ingatanku gak bisa dialihkan, matur nuwun yoo
Sedih bunda membaca tulisan bunda..sekiga diberi kesabaran
Aamiin, terima kasih bunda enge
Semoga Allah memberi kesabaran pada bunda dan keluarga.
Aamiin, terima kasih bunda
Semoga mamak husnul khotimah
Aamiin, terimakasih bunda
Selalu sabar dan berdoa untuk ibunda tersayang bu
iya bu, terima kasih
Terasa ceritanya Bun.
Yerima kasih bunda