KISAH KASIH PADA SELEMBAR DAUN AKASIA (Part 1)

Oleh: NURUL JANUARTI

Tantangan hari ke-72 (tulisan ke-132)

#TantanganGurusiana

*

Dinginnya kota pelajar serasa menyejukkan tubuh juga hati Aida. Sudah sekitar satu bulan ia tinggal di kota ini, tapi belum bisa merasakan kesejukan yang menjadi ciri khasnya. Tiap hari hanya disibukkan oleh kegiatan orientasi yang melelahkan fisik dan pikirannya. Dan saat ini ia habiskan waktunya untuk membiarkan hayal dan rasanya melayang berkelana menikmati indahnya malam. Angannya sekarang jadi nyata, bisa melanjutkan kuliah di kota yang menjadi dambaannya mulai masih duduk di bangku SMP dulu. Aida jadi ingat ibunya yang tidak dapat menyembunyikan tetesan air matanya saat pertama kali mengantar keberangkatan Aida untuk melanjutkan mengejar mimpinya. Mimpi ingin menjadi kebanggaan kedua orang tua juga keluarga besarnya di kampung. Ibu Aida sangat berat melepas anak gadis sulungnya yang belum pernah jauh darinya. Masih terngiang pesan-pesan berisi nasehat yang dibekalkan untuk Aida jika sudah berada di kota.

“Ibu…Aida akan selalu ingat nasehatmu, dengan doamu Aida akan berjuang untuk dapat meraih mimpimu”bisik Aida lirih sambil mengusap pipinya yang basah oleh tetesan air mata.

Aidapun masuk ke kamar kos, Mirna teman sekamarnya yang juga teman sewaktu SMA sudah pulas berselimut. Aida pelan-pelan menyusul di samping Mirna agar tidak mengusik pulasnya.

Masa perkuliahan awal sudah dimulai, beberapa daftar mata kuliah dan dosen pengajar sudah Aida pampang di dinding kamarnya. Pagi ini, Aida merasakan ada yang beda dengan masa-masa SMAnya. Kalau kemarin setiap pagi mau berangkat sekolah tidak usah bingung dengan baju yang akan dikenakan. Seragam harian sudah terjadwal dan tinggal mengenakan asal sudah rapi disetrika. Tapi hari ini...hari pertama kuliah, Aida memandang lemari kecil tempat bajunya yang hanya beberapa stel. Semua terdiri dari celana jeans dan katun, hem, kaos berkrah, dan beberapa baju santai di rumah. Tanpa ada gaun atau rok yang layaknya dikenakan perempuan. Yaa...karena itu memang kostum kesukaan Aida yang suka tampil praktis ala cowok. Yaah yang ada cuma ini, mau bagaimana lagi...gumannya dalam hati. Aida sekilas melihat ketiga teman satu kosnya sudah siap dengan baju yang cantik-cantik. Biar sudah... mereka kan bukan aku. Akhirnya dipilihnya celana jeans agak ketat warna biru dengan hem motif liris, sepatu semi santai juga warna biru, tidak ketinggalan ia kenakan topi bututnya. Aida bersama teman sekamarnya keluar bersama.

“Ayo berangkat mbak…” sapa Aida sambil mengajak berangkat pada kedua teman kos yang di kamar belakang.

“Ayo…” balas mereka berdua hampir bersamaan.

Aida merasa diperhatikan oleh kedua teman barunya. Apa ada yang aneh pada diriku yaa. Aah, biar saja dah emang gue pikirin, guman Aida dalam hati. Gaya cueknya memang gak bisa lepas. Mereka berempat berjalan bersama sambil melanjutkan perkenalan yang belum tuntas. Sesampainya di kampus, mereka memasuki ruangan yang sama. Mereka berempat kebetulan satu kosan, satu jurusan dan satu kelas. Di dalam ruang kelas sudah ramai, mereka saling berkenalan. Aida juga mengulurkan tangannya pada mereka satu persatu.

BERSAMBUNG