LABU KUNING, ENAKNYA DIOLAH APA YAA?

#pentigraf 2

Oleh: NURUL JANUARTI

Tntangan hari ke-63 (tulisan ke-123)

#TantanganGurusiana

*

Berawal dari tetangga depan rumah yang datang dari silaturahmi di Desa Wringin, Bondowoso. Beliau turun dari mobil pas di depan rumahku di mana aku lagi santai duduk di teras. Namanya dari desa ya oleh-olehnya tidak jauh dari hasil buminya. Tetanggaku itu almarhum suaminya masih ada hubungan famili dengan suamiku, jadi tidak heran kalau hubungan kami lebih dekat dibanding tetangga yang lain. Beliau pensiunan kepala sekolah dasar yang tinggal sendirian di rumahnya, karena putra pertamanya sudah berkeluarga dan menempati rumah sendiri, sedang putra keduanya bekerja di Surabaya. Eeeh…berkaitan dengan oleh-oleh beliau dari desa, pastilah aku yang pertama dapat jatah (anganku agak kePDan). Entah apa saja yang beliau bawa aku tidak memperhatikan seluruhnya. Yang jadi perhatianku cuma labu kuning(waluh) yang cukup besar dan tua. “Waah… segitu besarnya untuk apa saja yaa” gumanku dalam hati. Aku basa-basi menyapanya dengan sedikit gurauan.

*

Aku kembali asyik dengan HPku lagi, beliau melanjutkan mengemasi bawaannya ke dalam rumah. “Bu Mukhlas…mana si Rara(panggilan salah satu putriku)? Ayo ikut budhe ke rumah. Itu lo budhe dapat waluh besar dan tua. La bude mau buat apa wong sendirian. Wis terserah njenengan mau dibuat apa” tiba-tiba beliau sudah di dekatku duduk dengan penjelasan yang beruntun. Kemudian putriku mengikuti beliau ke rumahnya dan pulang membawa labu yang besar tadi. Naah…PDku jadi nyata. Tapi…sekarang aku yang bingung. Labu sebesar ini mau diapakan yaa. La aku ini tergolong orang yang kurang kreatif dalam hal masak memasak. “Minta tolong taruh saja di dalam dik” pintaku pada putriku. “Ini mau dibuat apa ya buk”tanya putriku penasaran. “Ndak tau lah dik, biar dah apa kata besok”Jawabku santai.

*

Sudah tiga hari si labu itu ku biarkan di lantai dapurku. Belum ada ide mau diapakan, mau dikukus semua nggak kira habis. Mau disayur apa yaa, paling butuhnya sedikit kan keluargaku catur warga. Eh…terlintas di ingatan pada almarhum ibuku yang suka buat kolak labu. Nah, kalau ini aku pasti bisa, tinggal nyemplung-nyemplung jadilah. Dan kuputuskan untuk dibuat kolak dengan tambahan sedikit kacang hijau. Aku minta antar suami ke pasar untuk belanja kebutuhan bahan kolak yaitu: kelapa parut, gula merah, gula putih, kacang hijau, dan jahe, untuk daun pandan tinggal minta di tetangga sebelah. Sesampainya di rumah aku mulai menyibukkan diri membuat kolak labu campur kacang hijau dengan dibantu putriku. Labu kubelah dua, yang setengahnya dulu kukupas dan potong-potong sesuai selera. Waw…setengahnya saja saja sudah dapat seember tanggung, kubiarkan setengahnya karena sudah terlalu banyak menurutku. Santan, gula putih, gula merah, sedikit garam,jahe, daun pandan, labu, dan kacang hijau tercampur semua dalam rebusan pada satu panci yang agak besar. Alhamdulillah, akhirnya setelah masak tetangga kiri kanan satu deret kebagian semua meski cuma satu mangkokan, termasuk beliau yang memberi labu. Sekarang tinggal labu yang setengahnya, enaknya diolah apa yaa ?...