Bab 2 Perkembangan Seni Budaya
Pertemuan ke 6
Perkembangan Seni Budaya
Peradaban Islam dalalm bidang seni budaya, sastra mancapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad menjadi kota pusat studi ilmu, seni dan sastra. Kemajuan ini disebabkan karena proses asimilasi (pertemuan budaya) antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya. Apalagi setelah kegiatan penerjemahan berbagai macam buku dari Yunani, India, Byzantium, dan Persia ke dalam bahasa Arab.
Perkembangan peradaban yang dapat diidentifikasi dalam bidang seni budaya dan sastra seperti :
a. Seni Arsitektur
Seni arsitektur ini sangat digemari oleh para khalifah. Seni arsitektur ini sangat berguna untuk keperluan membangun gedung, masjid, istana, madrasah, dan kantor pemerintahan. khalifah Abbsiyah tidak segan-segan mendatangkan arsitek-arsitek dari Byzantium, Yunani, Persia, dan India untuk mendisain bangunan dan mengajarkan seni arsitektur bangunan kepada orang Abbasiyah.
Bukti dari kemajuan pradaban seni arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah masih dapat ditemukan sampai saat ini dari keindahan gedung-gedung istana, masjid, madrasah sebagai peninggalan Daulah Abbasiyah. Diantaranya :
b. Seni Tata Kota
Seni tata kota dan arsitektur pada masa Daulah Abbasiyah bernilai sangat tinggi, banyak bangunan dan kota dibangun dengan teknik tata kota yang berseni tinggi. Diantara kota-kota itu adalah :
1) Kota Bagdad
Baghdad dibangun tahun 763 M pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur. Pembangunan kota ini melibatkan 100.000 orang ahli bangunan, terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, pelukis, dan lain-lain yang didatangkan dari Suriah, Iran, Basrah, Mosul, Kuffah, dan daerah –daerah yang lainnya. Biaya pembangunan kota ini mencapai 4.833.000 dirham. Kota Baghdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar (Al-Mudawwarah). Dikelilingi dua lapis tembok besar dan tinggi. Bagian bawah selebar 50 hasta dan bagian atas 20 hasta, tingginya 90 kaki (27.5 m). Di luar tembok dibangun parit yang dalam, yang berfungsi ganda sebagai saluran air dan benteng pertahanan. Di tengah kota dibangun istana khalifah diberi nama Qashrul Dzahab (istana emas) yang melambangkan kemegahan dan kejayaan. Di samping istana, dibangun pula Masjid Jami’ Al-Mansyur.
2) Kota Samara
Lima tahun setelah kota Baghdad mengalami kemajuan Khalifah AlMu’tashim Billah (833-842M) membangun kota Samarra. Di dalam kota ini terdapat istana yang indah dan megah, masjid raya, taman kota dengan bunga-bunga yang indah, dan alun-alun. Untuk memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya, dibangun pula pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat pelayanan publik.
Selain pembangunan di kota-kota tersebut, dua kota suci umat Islam kkah dan Madinah juga tidak terlepas dari sentuhan seni arsitektur para nguasaa Daulah Abbasiyah. Terlebih Masjid Al-Haram di Makkah dan sjid Nabawi di Madinah. Menurut tradisi, setiap penguasa muslim pada sanya masing-masing turut ambil bagian dalm renovasi dan mbangunan dua Masjid suci kebanggaan umat Islam tersebut.
c. Seni Sastra
Dunia sastra mencapai puncak kejayaannya pada masa Daulah Abbasiyah. Kota Baghdad merupakan pusatnya para penyair dan sastrawan. Bahkan hampir seluruh khalifah Abbasiyah menyukai sastra. Berikut beberapa penyair dan sastrawan yang terkenal saat itu Abu Athiyah (760 – 841 M), Abu Nawas (741 – 794 M), Abu Tamam (w 847 M), Al-Buhtury (821 – 900 M), Al-Muntanabbi (961 – 967 M)
Kota Baghdad terkenal dengan kisah yang melegenda di kalangan umat Islam yaitu cerita tentang 1001 malam (Alfu Lailah Wa Lailah) yang ditulis oleh Mubasyir ibnu Fathik.
Prosa terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1) Kisah (Qisshah), cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat realistis maupun fiktif, disusun menurut urutan penyajian yang logis dan menarik.
2) Amsal(peribahasa) dan Kata mutiara (al-hikam) adalah ungkapan singkat yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan kepribadian dan akhlak.
3) Sejarah (tarikh), atau riwayat (sirah). Sejarah atau riwayat mencakup sejarah beberapa negeri dan kisah perjalanan yang dilakukan para tokoh terkenal.
Misalnya: mu’jam al Buldan (ensiklopedi kota dan negara) oleh Yaqut Al-Rumi (1179-1229). Tarikh Al-Hindi (sejarah India) oleh Al-Biruni (w.448 H/ 1048 M).
Sastrawan bidang prosa lainnya:
1) Abdullah bin Muqaffa (w.143 H) karyanya: Kalilab wa Dimnab.
2) Abdul Hamid Al-Katib, sebagai pelopor seni mengarang surat.
3) Al-Jabidb (w. 255H), Ibnu Qutaibab (wafat 276 H).
4) Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H), Karyanya: Al-Aqdul Farid
d. Seni Musik
1) Al-Kindi pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’.
2) Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam pencapaian seni musik di dunia Islam.
Para pengarang kitab musik:
1) Yunus bin Sulaiman (w.765 M), pengarang teori musik pertama dalam Islam.
2) Khalid bin Ahmad (w. 791 M). mengarang buku-buku teori musik mengenai not dan irama.
3) Ishak bin Ibrahim Al-Mousuly (w. 850 M), telah berhasil memperbaiki musik jahiliyah dengan sistim baru. Dia mendapat gelar ‘Raja Musik’.
4) Hunain bin Ishak (w.873 M). berhasil menerjemahkan buku teori musik karangan Plato dan Aristoteles.
Al-Farabi selain sebagai seorang filosof, ia juga dikenal sebagai seniman dan ahli musik.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar