nurul jubaedah

Lahir 19 Mei 1978 di Garut Jawa Barat Alumni SDN 4 CIBATU, SMPN 1 CIBATU, SMAN 1 CIBATU, S1 KEPENDIDIKAN ISLAM UNIGA, S1 BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI CIMAHI,...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB VII Biografi Tokoh Pendiri Organisasi Keagamaan di Indonesia

BAB VII Biografi Tokoh Pendiri Organisasi Keagamaan di Indonesia

Pertemuan 7

BAB VII Biografi Tokoh Pendiri Organisasi Keagamaan di Indonesia

A. KH. Ahmad Dahlan

1. Biografi

KH. Ahmad Dahlan, lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 dan wafat di Yogyakarta, 23 Februari 1923 adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.

2. Latar belakang keluarga dan pendidikan

Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhanya saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991). Adapun silsilahnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH. Abu Bakar bin KH. Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadla bin Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).

Pada umur 15 tahun, beliau pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, beliau berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, K.H. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9) dan Beliau dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

3. Pengalaman Organisasi

Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Disamping itu, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang cukup menggejala di masyarakat.

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-Iain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan, 1991: 33).

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan Aktifitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam Aktifitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).

4. Menjadi Pahlawan Nasional

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu sebagai berikut:

a. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;

b. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;

c. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan

d. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

5. Peran KH. A. Dahlan dalam perkembangan Islam di Indonesia

Tahun 1912

Mendirikan organisasi Muhammadiyah

Mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

Memiliki gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota.

Tahun 1912

Mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta.

Tahun 1921

Mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

6. Sekilas tentang Muhammadiyah

Desa Kauman, dari kampung kecil di Yogyakarta inilah, Muhammadiyah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dengan membawa al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad. Muhammadiyah, begitu orang kebanyakan menyebut, merupakan sebuah gerakan social-agama yang mampu membumikan makna Islam pada tataran kultural, rasional dan dinamis. Amal usaha nya telah banyak terlihat sebagai bukti adanya organisasi Muhammadiyah. Masjid, Rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, panti asuhan, panti jompo dan berbagai amal usaha yang lain merupakan ciri keberadaan Muhammadiyah yang bergerak dinamis tiada henti.

7. Keteladanan yang dapat diambil dari KH. A. Dahlan

Teladan yang dapat diambil dari KH Hasyim Asyari antara lain :

a. Semangat tinggi dalam belajar (menuntut ilmu sampai ke Mekkah).

b. Semangat tinggi dalam menghadapi berbagai rintangan dihadapinya dengan sabar, keteguhan hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air.

c. Menjadi pelopor kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

Soal Latihan

1. Tuliskan biografi singkat KH. Ahmad Dahlan ?

2. Sebutkan peran KH. Ahmad Dahlan dalam perkembangan Islam di Indonesia !

3. Sebutkan keteladanan yang dapat diambil dari KH. Ahmad Dahlan !

Pertemuan ke 7

B. KH. Hasyim Asy'ari

1. Biografi

Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'ari (bagian belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari) (10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H)-25 Juli 1947; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

a. Silsilah Keluarga

KH Hasyim Asyari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Berikut silsilah lengkapnya:

1. Raden Cahaya

1. Raden Amangkurat Jawi

2. Brawijaya II

2. Sunan Amangkurat I

3. Brawijaya III

3. Haji Ali Tingkir

4. Kyai Mangunkiras

4. Fatasillah Tingkir

5. Bhre Kertabhumi

5. Hamengkubuwono I

6. Bhre Mangundjoko

17. Hamengkubuwono II

7. Haji Ali Namung

18. Patih Tegalrejo

8. Lembu Amisani

19. Kyai Asy'ari

9. Jaka Tingkir

20. Hasyim Asy'ari

10. Jaka Posobillah

21. KH.Wahid Hasyim

11. Mangunkiras Tingkir

22. KH.Abdurrahman Wahid

b. Pendidikan

KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi.

c. Perjuangan

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kemudian menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.

Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.Pemahaman kita tentang NU akan lebih tepat jika kita sekilas memahami apa itu NU dan Sejarah NU.

2. Peran KH Hasyim Asyari dalam perkembangan Islam di Indonesia

Tahun 1899

Mendirikan Pesantren Tebu Ireng

Tahun 1926

Menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama

3. Sekilas tentang Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Tujuan Organisasi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usaha Organisasi

a. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.

b. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.

c. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.

d. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.

e. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

4. Keteladanan yang dapat diambil dari KH. Hasyim Asyari

Teladan yang dapat diambil dari KH Hasyim Asyari antara lain :

a. Semangat tinggi dalam menuntut ilmu (beliau belajar sampai ke Mekkah).

b. Mensyiarkan Islam melalui pendidikan di pesantren.

c. Memprakarsai berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama

Soal Latihan

1. Tuliskan sekilas tentang pendidikan KH. Hasyim Ays’ari ?

2. Sebutkan peran KH. Hasyim Asy’ari dalam perkembangan Islam di Indonesia !

3. Jelaskan tujuan didirikannya orgamisasi Nahdlatul ‘Ulama (NU) ?

Uji Kompetensi 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu hurufa, b, c atau d pada lembar jawab yang tersedia!

1. Berikut ini adalah kesesuaian salah seorang tokoh dengan organisasi yang didirikan di Indonesia, yaitu .....

a. Muhamadiyah didirikan oleh HOS Cokroaminoto

b. Nahdhatul Ulama didirikan (NU) oleh KH. Hasyim Asy’ari

c. Persatuan Islam (PERSIS) didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan

d. Syarikat Islam (SI) didirikan oleh KH. Ahmad Sanusi

2. Ketika berusia 15 tahun KH. Hasyim Asy’ary mulai mengembara untuk menuntut ilmu, belajar ke pondok pondok pesantren yang masyhur di tanah Jawa, diantaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di Probolinggo, Tringgilis di Surabaya, dan Langitan Tuban, kemudian Bangkalan Madura. Beliau mendirikan pondok pesantren yaitu .....

a. Pondok Pesantren Langitan c. Pondok Pesantren Darussalam Gontor

b. Pondok Pesantren Lirboyo kediri d. Pondok Pesantren Tebuireng

3. Peran KH. M. Hasyim Asy’ari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan dan keagamaan, melainkan juga dalam bidang sosial dan kebangsaan; Beliau terlibat secara aktif dalam perjuangan membebaskan bangsa dari penjajah Belanda. Dalam perjuangan melawan penjajah pada tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya beliau menyerukan .....

a. Perang padri c. Resolusi Jihad

b. Perang Diponegoro d. Resolusi berjuang

4. KH. Hasyim As’ayari di samping aktif mengajar, beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik yang bersifat lokal atau nasional. Pada tanggal 16 Sya’ban 1344 H/31 Januari 1926 M, di Jombang Jawa didirikanlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (kebangkitan ulama) bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama besar lainnya. Pernyataan berikut yang bukan merupakan keteladanan yang dapat diambil dari perjuangan KH. Hasyim As’ayari adalah .....

a. semanagat yang tinggi dalam menuntut ilmu pengetahuan

b. mudah menyerah dalam berjuang menghadapi musuh

c. memprakarsai berdirinya organisasi masyarakat Islam

d. mendakwahkan Islam melalui pondok pesantren

5. Pernyataan yang bukan merupakan keteladanan yang dapat diambil dari K.H. Hasyim Asy’ari adalah ....

a. semangat tinggi dalam menuntut ilmu

b. mensyiarkan Islam melalui pendidikan dipesantren

c. mudah menyerah kepada musuh

d. memprakarsai berdirinya Nadhlatul Ulama

6. KH. Ahmad Dahlan dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil, dan sekaligus menjadi tempatnya menimba pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun. Dalam perjuangan untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di Nusantara Pada tahun 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi .....

a. Nahdhatul Ulama (NU) c. Persatuan Islam (Persis)

b. Sarikat Islam (SI) d. Muhamadiyah

7. Kisah hidup dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadyah diangkat ke layar lebar atau Film yang tidak hanya menceritakan tentang sejarah kisah KH. Ahmad Dahlan, film ini juga bercerita tentang perjuangan dan semangat patriotisme anak muda dalam merepresentasikan pemikiran-pemikirannya yang dianggap bertentangan dengan pemahaman agama dan budaya pada masa itu, dengan latar belakang suasana kebangkitan nasional. Film tersebut berjudul .....

a. Sang Pencerah c. Sang Kyai

b. The Santri d. Ketika cinta bertasbih

8. Sejak awal KH. Ahmad Dahlan telah menetapkan mendirikan organisasi Islam bukan politik dan bersifat sosial serta bergerak di bidang pendidikan. Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan tentangan dan perlawanan baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya, bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Sikap positif yang dapata diambil dari kehidupan K.H Ahmad Dahlan adalah, kecuali .....

a. Menjadi pemerkasa berdirinya Nahdlatul Ulama

b. Mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah

c. Memiliki gagasan pembaharuan dengan mengadakan tablig di beberapa kota

d. Mengajukan permohonan kepada pemerintah Belanda untuk mendirikan cabang Muhamadiyah

9. KH. Ahmad Dahlan wafat pada usia ... tahun.

a. 64 c. 66

b. 65 d. 67

10. Ada banyak faktor yang melatar belakangi berdirinya NU. Diantara faktor itu adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni. Organisasi Nahdhatul Ulama didirikan pada ....

a. 28 januari 1926 c. 30 Januari 1926

b. 29 Januari 1926 d. 31 Januari 1926

11. Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903. Organisasi Muhamadiyah didirikan pada ....

a. 16 November 1912 c. 18 November 1912

b. 17 November 1912 d. 19 November 1912

12. Pernyataan yang benar tentang peran K.H. Ahmad Dahlan dalam perkembangan Islam di Indonesia, kecuali ....

a. menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama)

b. mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah

c. memiliki gagasan pembaharuan Muhammadiyah dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota

d. mengajukan permohonan kepada pemerintah Belanda untuk mendirikan cabang Muhammadiyah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih sudah berbagi Bu. Salam sukses

15 Jan
Balas



search

New Post