Malu
Tantangan menulis hari ke 50
# Tantangan gurusiana 365
Malu dapat diartikan akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain.
Manusia memiliki sifat malu yang dapat menggerakkan nalurinya, menilai mana yang benar dan mana yang salah. Dengan rasa malu itu, setiap manusia berjalan di atas ketetapan fitrah dari Rabbnya. Malu dapat menjamin kualitas batin manusia. Karena itu, manusia tak pernah terpisahkan dengan sifat malu dan malu selalu berkaitan erat dengan ketebalan iman seseorang terhadap Rabbnya.
Malu merupakan akhlak yang sangat dianjurkan oleh Islam. Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari hadits Anas, Nabi SAW bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ
“Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu.” (HR. Ibnu Majah).
Jadi rasa malu adalah akhlak Islam. Artinya setiap orang yang mengaku dirinya Muslim, maka dapat kita lihat ciri khasnya yaitu pemalu. Malu untuk melakukan hal-hal yang buruk, malu meninggalkan kebaikan.
Rasa malu dapat menjadi benteng bagi manusia dalam berbuat dan berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Rasa malu mencegah manusia untuk berbuat kesalahan dan dosa, karena merasa malu kepada Allah dan malu kepada manusia. Malu kepada Allah adalah dengan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang dilarang oleh Allah baik ketika dilihat orang maupun dikala sendiri. Karena keyakinan diri terhadap keberadaan Allah, apapun yang dilakukan tidak terlepas dari pantauan Allah SWT. Malu seperti ini merupakan derajat tertinggi dari suatu iman, bahkan malu adalah derajat ihsan yang paling tinggi.
Manusia yang masih memiliki rasa malu kepada sesama, pastinya ia akan menjauhkan diri dari akhlak dan perilaku yang tercela, menjauhkan diri dari berkata kotor, tidak bangga dengan perbuatan maksiat, malu bila menampakkan aibnya kepada orang lain dan menghindarkan diri dari akhlak yang tercela. Sebaliknya manusia yang sudah hilang rasa malunya, dia akan berbuat sesuka hatinya. Melakukan perbuatan tercela, menyakiti orang lain, berbuat maksiat, bahkan melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَافْعَلْ مَا شِئْتَ
“Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari).
Manusia kalau sudah hilang rasa malunya, dia tidak malu lagi berbuat maksiat. Aurat dipertontonkan dengan menggunakan kecanggihan teknologi. Harga diri dijual menjadi ajang komoditi, praktik korupsi, penipuan merajalela, kemaksiatan dipertontonkan dan sebagainya. Ini semua terjadi karena telah hilangnya rasa malu pada diri manusia. Untuk pribadi kita sendiri, marilah kita hargai diri dengan menjaga sifat malu sebagai fitrah manusia. Sekian semoga bermanfaat. Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar