Melukis Bayangan
Melukis Bayangan
Bagian 1
Atun berlari mengejar bis yang melaju, berisik suara klakson dan kenalpon yang menderu membuat teriakan Atun ditelan bumi. Bis makin menjauh, serak suaranya meneriaki bis agar berhenti tak membuahkan hasil.
Perlahan Atun membalikkan tubuhnya, sekali lagi ia telat datang kekantor, siap-siap semprotan dari bu Jujuk akan memenuhi gendrang telingannya. Ya sudah mau apa lagi bisik hati Atun.
Di Desa Kantil Antun tinggal keterminal cukup jauh, Atun harus mengayu sepeda setengah jam, setelah itu dilanjut dengan naik bis kekota kurang lebih satu jam.
Kadang fajar menyeruak masih dini, udara dingin malam masih membekas, Atun sudah mengayu sepedanya, lelah memang tapi ia harus berjuang karena Pabrik tempatnya bekerja kali ini menjanjikan gaji yang cukup lumayan. Jika ia sudah sampai posisi yang diimpikannya keletihan ini akan sedikit berkurang, itu yang selalu membuat kekuatan Atun bertambah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap alurnya. Sukses selalu buat Ibu Nyimas
Terima kasih sudah mampir Pak Bambang , salam sukses juga ya pak.
Terima kasih sudah mampir bunda, salam literasi
Keren bun cerpennya.