MEMBACA

Sebagai seorang pendidik saya selalu mendapati banyak orangtua menginginkan anaknya cepat pintar membaca. Mereka lupa bahwa masa usia dini itu masanya untuk bermain. Masih banyak orangtua yang berpikir bahwa kecerdasan anak dilihat dari kemampuan calistung (membaca, menulis dan berhitung). Saat mengetahui anaknya belum dapat membaca maka orangtua akan kebingungan. Mereka mencoba berbagai cara agar sang anak dapat membaca, salah satunya memanggil guru les untuk mengajarkan anaknya membaca.

Sebenarnya membaca dapat diajarkan sejak usia dini. Mengajarkan membaca pada anak usia dini membutuhkan kesabaran. Kita sebagai pendidik dan orang tua tidak boleh memaksakan anak untuk belajar membaca. Ketika kita akan mengajarkan membaca maka harus diingat hakikat anak usia dini yang bersifat unik, egosentris, aktif dan energik juga mudah frustasi.

Kita harus mencari cara untuk mengajarkan anak membaca tanpa merasa tertekan. Anak akan merasa senang jika kita meramu sebuah pembelajaran dengan bermain. Karena itulah ada ungkapan di Taman kanak-kanak “Belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar”. Karena pada dasarnya usia dini itu adalah masa bermain mereka. Jadikan usia dini tersebut menjadi masa yang menyenangkan bagi mereka, dimana semua bidang perkembangan dapat kita kembangkan dengan sebaik-baiknya. Menjadi tugas pendidik dan orang tua untuk menstimulasi potensi anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.

Perlu digaris bawahi bahwa setelah selesai belajar di Taman Kanak-kanak anak masih harus belajar di Sekolah Dasar. Kalau kita memaksakan sesuatu yang belum waktunya akan timbul kejenuhan anak saat dia di sekolah selanjutnya. Sekedar berbagi pengalaman jika anak tamat dari Taman Kanak-kanak sudah paham abjad a sampai z, inshaallah di Sekolah Dasar anak tidak akan kesulitan untuk mengikuti pelajaran.

Tebing Tinggi, April 2020

#tantanganmenulisharike-13

#tantanganmenulisgurusianadanmediaguru