Ezanti Nur Amelia

Just an amateur...

Selengkapnya
Navigasi Web
The Reason Why

The Reason Why

Menulis. Satu kata yang menjadi bangga sekaligus momok bagi saya. Beberapa orang di sekitar saya bilang tulisan saya jelek, macam cakar ayam sampai cacing kepanasan. Tapi beberapa lagi bilang tulisan saya bagus, kosakatanya kaya, berima, dan lainnya. Ibarat si buruk yang cacat fisiknya, seperti itulah tulisan saya. Soal isi atau substansinya, saya belum bisa banyak berkomentar. Kadang bangga, kadang sedih, lebih sering biasa saja. Tapi saya tetap menikmati bagaimana proses sebuah kata, kalimat, dan tulisan terlahir. Saya merasa bekerja. Saya merasa berguna.

Kebiasaan menulis ini saya lalukan mulai akhir masa sekolah dasar. Kala itu saya begitu larut dalam dunia kepenulisan setelah hijrah dari komik Conan menuju cerpen, novel dan koran. Padahal, dibandingkan dengan teman yang lainnya, kemampuan membaca yang saya miliki cenderung terlambat. Baru bisa saat kelas dua, dan lancar membaca di kelas tiga. Memalukan? Tidak. Itulah indahnya proses, pada beberapa titik akan ada akselerasi luar biasa. Kembali ke akhir masa sekolah dasar. Novel pertama yang mampu saya tamatkan adalah karya seorang yang luar biasa, Ahmad Fuadi. Dari beliau juga saya menemukan motivasi dan ilham untuk mengarungi dunia pondok pesantren. Dari sekolah dasar, saya punya kebiasaan mencorat-coret halam buku paling belakang dengan berbagai tulisan tak karuan. Kalimat-kalimat keluh kesah, coretan matematika, hingga catatan Bahasa lain yang kini saya lupa maksudnya apa.

Menulis menjadi media “me time” yang praktis bagi saya. Ditambah saya tipe orang yang kerap menanyakan berbagai hal tak penting macam “lebih pilih mana? Saya dan dia ingin menikah, atau saya ingin menikahi dia?”. Se-absurd itu. Mulailah saya bergabut ria menulis dan mengadakan eksperimen kecil-kecilan dengan teman-teman saya. Dari semasa MTs hingga sekarang. Hanya beda media saja, dulu buku binder, sekarang obrolan virtual. Catatan-catatan dulu sesekali saya buka dan baca lagi. Memberi makna baru untuk kata ‘menulis’. Bagi saya, dengan menulis, kita menciptakan tapak sejarah yang membekas, baik tintanya, perasaan, juga kenangan. Dari tulisan, saya bisa menertawakan diri sendiri, berempati pada diri sendiri, dan yang paling penting merekam perjalanan diri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wah..ternyata adik dulu MTs ya dulunya... di gurusiana byk guru MTs. Selamat berliterasi

21 Nov
Balas



search

New Post