Ketika hati Dipilih,bukan Memilih ( Part 1)
14 Tahun yang lalu , kehidupan Rahajeng , sangat lah jauh dari kata layak untuk bahagia. Sang suami pergi meninggalkan nya begitu saja demi mendapatkan kesenangan dari wanita lain. Selama hidup berumah tangga,tak jarang Anton sang suami melakukan kekerasan verbal maupun fisik. Belum lagi ibu mertua ,yang selalu mengintervensi biduk rumah tangga mereka berdua. Dan Julukan si Anton adalah anak mama,karena dalam kondisi apapun ,Anton akan selalu di benarkan baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Rahajeng sebenar nya bukanlah sosok wanita yang lemah,dia seorang pekerja keras,dan selalu cakap dalam menjalankan pekerjaan. Paras nya pun ayu,dengan rambut sebahu dan sorot mata yang selalu berbinar ketika di ajak berbicara,postur badan nya pun tetap terjaga walau sudah punya dua anak. Tak mengherankan jika gerak anggun dan keramahan tutur kata nya ,banyak menarik perhatian lawan jenis di tempat nya bekerja.
Berbeda dengan Anton,yang sedari kecil sudah terbiasa hidup berada,mengingat kedua orang tua nya sempat mendapatkan jabatan yang cukup tinggi di kalangan pemerintahan. Karena terbiasa ada,maka tak jarang selalu menggunakan kekuasaan dan kesempatan ,dalam mendapatkan segala sesuatu nya. Mereka merasa tidak memerlukan bantuan orang lain, karena apapun mampu dan bisa dibeli dengan uang.
Beruntung,pernikahan mereka membuahkan dua putri yang sangat manis,si sulung bernama Laras,gadis kecil dengan rambut ikal yang selalu di ikat ekor kuda,yang sigap setiap saat menenangkan adek nya.Si bungsu Tiara yang masih sering menangis saat di tinggal mama nya berangkat kerja. Kedua nya di asuh oleh seorang pembantu yang sudah di wanti wanti oleh Rahajeng untuk tetap betah dan bertahan ,walau setiap saat ledakan amarah Anton si Tuan rumah kerap terdengar menggelegar.
*** 15.03 WIB kantor PT Citra Buana ***
Sore itu, selepas pekerjaan kantor selesai,saat Rahajeng tengah merapikan dokumen yang sudah di tanda tangani oleh bos, memasukkan berkas ke tas untuk dibawa pulang,dan dengan tergesa dia segera beranjak melangkah keluar menuju parkiran. Dan betapa kaget nya dia mendapati ban mobil nya bener bener kempes tak bersisa, mana ban serep lupa masih di garasi mobil ,setelah beberapa bulan yg lalu di lepas karena dudukan nya sempat retak. "Sudahhh...ikut aku aja,pasti ga ada serep kan,"...seloroh Bagas,rekan kerja yang memang selalu baik pada siapapun. " Trus,mobilku...gimana..Rahajeng bergumam lirih...sambil mengacak acak rambut nya yang dibiarkan basah, karena keringat bercucuran...antara bingung dan panik karena waktu makin gelap. "Yaa sementara di tinggal aja dulu,kalo di paksa jalan bisa sobek itu ban "...kata bagas dengan muka serius. Akhir nya Rahajeng mengikuti langkah Bagas menuju mobilnya ,dan langit pun benar benar sudah gelap ,saat mereka keluar meninggalkan halaman kantor.
"Jeng,...kamu baik baik aja kan....sapa Bagas lembut,di sela sela alunan musik lagu everythings I do nya Bryan Adams. "Kenapa emang...sergah Rahajeng dengan nada gusar. Entah apakah Firasat bagas itu benar,atau memang hanya kebetulan saja,ternyata Anton yang tengah melewati kantor sang istri menjumpai mobil Toyota vios warna hitam milik Rahajeng parkir sendirian di bawah pohon, yang biasa nya berderet dengan barisan mobil karyawan lain. Anton pun memutar balik laju mobil ,dan masuk ke gerbang kantor sang istri. Tergopoh gopoh Satpam mendekat dan menyampaikan bahwa Bu Rahajeng sudah pulang di antar Pak Bagas karena mobil ibu bocor ban, demikian penjelasan Pak wahyu,satpam yang sudah mengabdi puluhan tahun di kantor itu.
"Mamaaaaa,....kok lama pulang nyaa...tadi kata nya gak sampai sore,"...celoteh Laras menyambut Rahajeng dan Bagas di balik pintu. " Iyaa sayanggg...mobil mama ban nya bocor,harus di ganti dulu...adek mana?..tanya Rahajeng pelan...saat melihat si bungsu sudah tertidur di gendongan ibu mertua ,dan merasa tidak nyaman dengan tatapan mata tajam sang mertua ke arah Bagas,yang dari tadi berdiri tidak di tawari untuk duduk atau bahkan sekedar masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama berselang,Anton pulang,turun dari mobil dengan membanting pintu dan bergegas masuk tanpa permisi,tanpa peduli ada kerling manja Laras mengharap uluran lengan ayah nya. Bagas langsung pamit dengan seribu perasaan berkecamuk,tapi pria mapan beristri seorang Notaris itu berusaha tetap tenang sambil melambai ke arah Laras yang tak henti menatap nya.
*** 18.30 WIB di rumah kediaman Anton dan Rahajeng ***
Senja itu senja terakhir bagi Rahajeng berada di rumah megah bak Istana, yang tanpa pernah ada permaisuri di dalam nya. Kejadian nya begitu cepat saat Anton mengamuk,tidak terima keterlambatan istri nya pulang ,hanya karena kondisi mobil dan di antar oleh lelaki lain. Beberapa perabot sudah pecah,dan teriakan teriakan anton melecehkan harga dirinya pun tuntas sudah. Sebuah tas yang sudah lama di siapkan Rahajeng ,jika saat nya dia harus menyelamatkan diri untuk keluar dari rumah itu, sudah di bawa Anik sang pembantu, dengan menggendong Tiara yang bertelanjang kaki,tidak bersepatu. Laras pun terseok seok mengikuti langkah kaki mama nya yang sesekali masih mendengar teriakan dan suara benda jatuh tak beraturan.
*** 13.35 WIB ruang kedatangan Bandara Adi Sumarmo ***
Siang yang cukup terik saat deru roda pesawat landing di Bandara Adisucipto,Rahajeng membetulkan topi Tiara yang sesekali meringis kepanasan,sang Kakak meloncat loncat kegirangan saat melihat nenek yang sudah menunggu lama di pintu kedatangan. Pelukan hangat kasih seorang ibu mampu menghadirkan isak yang tertahan oleh seorang Rahajeng,wanita yang terpaksa perkasa karena keadaan. Gurat kelelahan sekejap sirna dengan canda cucu dan nenek tercinta sepanjang perjalanan menuju rumah. Rahajeng memutuskan pulang sejenak untuk merebahkan diri ke pangkuan ibu,mencurahkan segala permasalahan yang tak kunjung usai.Tepat hari ke 7 kepergian nya dari sisi Anton,saat kantor tempat nya bekerja sudah tidak bisa mentolerir ijin cuti nya,Rahajeng kembali ke kota nya,walaupun sang nenek merengek memohon supaya Laras dan Tiara di tinggal sebentar bersama nya,kali ini di tolak nya dengan halus. Inilah memang sosok Mama yang sangat di kagumi Laras,bahwa mama nya tidak akan bisa betah berlama lama tanpa kedua anak nya,walau dalam kondisi tersulit,kedua nya akan tetap dalam rengkuhan sang Mama.
Di hari yang sama,sekitar pukul 19.00 wib, Rahajeng bermaksud mendatangi rumah mertua nya, untuk membicarakan segala sesuatu nya dengan baik. Berbekal perbendaharaan kata yang sudah disusun,dengan menguatkan hati yang sudah tidak lagi utuh,dia pun berangkat. Anak anak di titipkan dengan tetangga sebelah, dimana Rahajeng menyewa sebuah Rumah,dengan pertimbangan Laras dan Tiara agak demam usai menempuh perjalanan jauh. Seketika,kata kata yang di susun dengan rapi tadi lenyap,saat dia mendapati ada perempuan bersandar di bahu Anton,sedang menonton televisi di ruang tengah yang terbuka sehingga siapa pun yg berada di ruang tamu akan melihat nya. Bukan penyelesaian persoalan yang di dapat tapi senyum sinis ibu mertua yang berkata dengan suara lantang nya..."Semua sudah terlambat"...dia lebih pantas dibanding kamu yang selalu membuat masalah...sergah nya kasar. " Terimakasih bu...hanya itu ucapan yang maksimal bisa di keluarkan dari mulut Rahajeng yang sudah bergetar berusaha menahan diri.
Beberapa bulan berlalu, dan sang waktu pun seolah sangat banyak membantu,perempuan yang kerap di sapa Ajeng itu kembali berpijak dalam dunia yang membuat dia nyaman,karir nya makin melejit dengan berkembang nya beberapa aset perusahaan saat dia di percaya memegang jabatan penting oleh atasan nya. Kehidupan nya terasa lengkap dengan kehadiran ibunda tercinta ,untuk membantu menjaga dua buah hati nya dan godaan iseng para pria yang mencoba mendekati nya.Namun Ajeng tetaplah Rahajeng seperti yang saya kenal,yang tidak mudah goyah akan pendirian nya,tetap mengutamakan kebersamaan dengan putri putri nya,sampai suatu saat ada Klien dari kantor cabang yang datang ,dan mengharuskan karyawan untuk bekerja lembur supaya selesai sesuai target. Nita sang asisten HRD sempat menggoda Ajeng, untuk mau mengenal lebih dekat Rayhan,bujang yang juga sebagai salah satu Tim klien di kantor kami. "Eh....apaan sih," ajeng sewot sambil melotot,...gak mau ah...orang nya sombong gitu...sok cool lah..apalah.." sanggah nya. Nita cuma bisa tersenyum sambil menguatkan perasaan nya,karena entah mengapa terasa ada chemistry yang kuat antara mereka.
Dugaan saya ternyata tidak meleset,Rayhan seolah tidak mau kalah,berupaya mengambil hati seorang Rahajeng. Dari makan bareng bersama beberapa teman kantor,sampai akhir nya hanya makan berdua,bahkan Rayhan mulai mengambil kesempatan untuk bisa bertamu dan berkenalan dengan sang Ibu,sesekali Laras dan Tiara juga ikut merasakan ikhlas nya perhatian Rayhan. Dan Nita lah orang pertama yang di beritahu ajeng ,saat Rayhan sudah serius meminta nya. " whaattttt.." teriak Nita kegirangan...seketika ajeng membekap mulut Nita erat,takut kedengaran orang kantor yang tidak semua nya bisa menerima niat baik."Yakin jeng...yakin...ya ini yang sudah Alloh kirim dan dekatkan ke kamu...bisik Nita lirih...yess dalam hati Nita berucap,yakin bahwa sahabat nya akan mendapatkan pilihan terbaik ,setelah sekian lama dia tetap menjalankan kebaikan ,walau rintangan yang cukup besar,tapi dia mampu bertahan dengan kebenaran. Goodluck Rahajeng Kinanti, biarkan hati yang dipilih bukan lagi saat nya tuk memilih, sudah waktu nya untuk membahagiakan diri sendiri
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makasih pak..ini saya juga baru belajar..
Bagus.Tapi sayangnya saya blm bisa buat cerita pendek.
Bagus bu Okti. Lanjut Tetap semangat bu Okti
Wahhh, mantap Bu. Ini mah bukan kaleng2. Lanjutkan Bu