Ony Edyawaty

Semua yang saya tulis adalah orisinal. Saya memaknai sebuah tulisan seperti masakan yang lezat untuk jiwa. Untuk dapat membuatnya menjadi unik dan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
312.  Kala Hitam

312. Kala Hitam

Tidak terasa sudah tigaratus dua belas hari aku menghampiri dashboard menulis ini dan menggoreskan kata-kata. Sebuah perjalanan panjang. Tentu saja melelahkan, karena di setiap penghujung hari, setelah hiruk pikuk kesibukan di rumah dan di sekolah, seringkali jemari ini berat dipaksa menari di atas tuts keyboard. Hal yang lebih parah lagi, jika pikiran mendadak membeku dan tiada satupun kata yang mampu dituliskan. Ada lagi yang lebih parah, saat jemari sudah sedemikian lelah dan pikiran sudah buntu maksimal. Biasanya, platform portal ini aku akses dari gawai, sambil leyeh-leyah dan menulis semi melantur.

Hari ini aku menuliskan 312 sambil berpikir keras mau menulis apa. Tetiba ingatanku berpijar teringat sebuah kata khas yang selalu mengiringi angka itu, khusus buat warga Kabupaten Subang, tempat tinggalku. 312. Kala Hitam. Kala hitam artinya kalajengkin berwarna hitam yang berbisa. Hidup di tanah dengan kelembaban agak tinggi dan menyamar sempurna di tumpukan dedaunan. Termasuk kelompok Arthopoda, Klas Arachnida dengan Ordo Scorpiones. Sebagai guru IPA, tentu aku bisa berpanjang kali lebar sama dengan luas dalam menjelaskan berbagai aspek morfologi, fisiologi dan ekologi makhluk ini. Pasti tidak akan cukup dalam seribu lima ratus kata. Tapi tulisanku malam ini bukan tentang Kala Hitam yang satu ini.

Kala Hitam adalah nama sebuah kesatuan tempur infanteri yang ditempatkan di sebuah akses darat langsung bebas hambatan di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hanya perlu waktu singkat bagi kesatuan ini untuk mencapai titik-titik di kota strategis, yaitu Jakarta atau Bandung. Markas batalyon berupa satu kompleks luas dan tertutup bagi akses kendaraan umum. Pada awalnya masih diperkenankan kendaraan roda dua dan empat pribadi, namun sekarang total tidak dapat dilintasi.

Kawasan ini langsung tersambung dengan Kompleks Angkatan Udara dan Lanud Suryadharma di Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang. Kalijati menorehkan catatan sejarah yang penting pada masa-masa perang mempertahankan kemerdekaan negara (revolusi fisik) di tahun 1948. 312 menurut sejarah awalnya adalah sebuah kesatuan tempur yang hijrah ke Yogyakarta pada 30 Maret 1948 di bawah komando Mayor Kemal Idris. Pada tanggal 25 Agustus 1948, namanya diubah dari Batalyon II Brigade XII KRU “ Z menjadi Batalyon Kala Hitam.

Terlepas dari semua itu, hidup dekat dengan kompleks militer dan menjadi anak kolong tampaknya sudah menjadi suratan takdirku. Sejak kecil, kakek yang seorang veteran dengan jabatan terakhir Panglima Kodam 0734 Yogyakarta telah membuatku lahir, besar dan hidup tak jauh dari aroma kehidupan keluarga prajurit. Meski tak seorangpun anak kakekku yang mewarisi bakat militernya dan menjadi tentara karena terhalang postur tubuh. "Jaman dahulu," kata kakek, "Untuk jadi tentara tidak harus tinggi. Asal berani dan bersedia mengangkat senjata melawan Belanda, maka langsung diterima dan mendapat pangkat".

Suasana kompleks militer memang khas. Tenang, bersih dan sederhana. Namun jika anda membuat sedikit saja gerakan, suara tembakan peringatan akan segera menyalak. Aku juga tidak tahu pasti, apa sebenarnya yang mereka sembunyikan di bawah tanahnya. Pastinya adalah sesuatu yang besar dan rahasia.

Subang, terutama wilayah Kalijati telah mengukir sejarah sebagai salah satu titik perjuangan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan ini memang tidak mungkin berkembang menjadi pemukiman. Sepanjang jalan aspal dengan akses langsung ke ibukota, rumpun pohon karet tebal menyelimuti, sunyi dan tersembunyi. Beberapa pabrik sudah berdiri, namun kompleks militer dan lapangan udara dilindungi dengan sangat privat.

Perjalanan melewati kawasan sepanjang kurang lebih empat puluh kilometer itu terasa hijau dan rindang dengan udara segar yang berlimpah. Beberapa titik masuk dengan gapura tampak menyembul tidak kentara. Tentu kita tidak bisa masuk karena dijaga oleh personil bersenjata laras panjang lengkap. Tapi ngomomg-ngomong, di Kalijati ada rempeyek dahsyat tiada dua, yang diolah oleh keluarga veteran Angkatan Udara. Mereknya Dianita. Anda berminat? Beli yang banyak karena sebungkus tidak mungkin cukup. Jadi, kapan mau main ke Subang?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post