Ony Edyawaty

Semua yang saya tulis adalah orisinal. Saya memaknai sebuah tulisan seperti masakan yang lezat untuk jiwa. Untuk dapat membuatnya menjadi unik dan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Menulis 123.  Kancil Mencuri Timun

Tantangan Menulis 123. Kancil Mencuri Timun

Si kancil anak nakal

Suka mencuri timun

Ayo lekas dikurung

Jangan diberi ampun

Lagu itu begitu populer tahun 80 an. Dinyanyikan oleh penyanyi cilik Joan Tanamal, si Kancil menjadi maskot hewan kesayangan anak-anak Indonesia sebelum si Komo lewat. Memori manis bagi siapapun yang terlahir di tahun 70 an. Kancil adalah simbol kecerdikan, kelincahan dan kemanisan seekor pelanduk. Suka menolong kawan yang teraniaya dengan kecerdikannya, meski dia sendiri tidak sekuat harimau atau buaya. Kancil, tak pelak lagi menjadi lambang sempurna dari sebuah pesan bahwa kekuatan otak pada akhirnya akan mengalahkan kekuatan yang didasarkan hanya pada otot belaka.

Dalam personifikasi kancil diceritakan kelemahannya yaitu sangat suka makan ketimun. Pak tani penanam ketimun adalah musuh utama kancil dalam mendapatkan ketimun kegemarannya. Seribu cara bapak tani hendak menangkap si kancil, hewan penganggu kebun timunnya, seribu kali sang kancil dengan kecerdikannya berhasil lolos. Oleh karena itu, sampai kapanpun sang kancil tak akan pernah bisa ditangkap oleh pak tani.

Bapak tani dalam cerita fabel itu menyiapkan sebuah perangkap yaitu boneka manusia yang dilumuri getah yang lengket. Saat sang kancil hendak mengambil beberapa ketimun pak tani, dia begitu kaget mendapati sang pemilik tampak berdiri di tengah ladang.

“Tapi kok, dia tidak mengejarku?”, pikir kancil.

Perlahan didekatinya boneka kain itu dan diledeknya. Diam tak bergeming sampai akhirnya kancil menyadari bahwa itu bukan pak tani yang ditakutinya. Demi melampiaskan kegembiraannya, sang kancil merasa leluasa memukuli boneka kain. Di luar perhitungannya, keempat kaki kancil menempel erat pada boneka itu, sampai pak tani akhirnya datang dan meringkusnya. Sang kancil menangis, melolong dan memohon supaya pak tani melepasnya. Tentu saja lengkap dengan janji-janji gombal bahwa dia tak akan mengulangi perbuatannya lagi.

“Ah, aku tak percaya padamu kancil. Kau sangat nakal dan harus menerima akibatnya,”tukas pak tani.

Dikurungnya sang kancil dalam sebuah sangkar besi yang kokoh. Pak tani berencana menjual kancil ke pasar hewan esok pagi.

Dengan wajah ditegar-tegarkan, kancil tak berhenti memutar otak mencari cara supaya lepas. Tak lama kemudian, seekor monyet mendekatinya dan bertanya, mengapa dia ada dalam kurungan itu.

“Aku mau dijadikan menantu, oleh pak tani. Kelak aku akan menjadi pemilik ladang pisang dan ketimunnya, “jawab kancil.

“Wah, nasibmu beruntung sekali. Coba aku bisa menjadi sepertimu, cil,” balas monyet.

“Kamu mau? Bisa saja. Kamu gantikan aku masuk ke kurungan ini, dan esok pagi pak tani akan memanjakanmu dengan banyak pisang dan mentimun. Bagaimana?”, tawar si kancil dengan tutur kata memikat meyakinkan.

Monyet dengan sifat serakah dan pendek pemikiran langsung menyetujui tawaran kancil. Dia pun membuka rantai dan duduk manis menggantikan sangkancil yang tersenyum manis melenggang keluar kandang.

Keesokan harinya, pak tani terkejut karena tangkapannya sudah berubah wujud. Dan dia kembali berpikir keras supaya dapat meringkus makhluk licin nan cerdik itu di lain waktu.

Terdapat sisi negatif yang diterima anak-anak terhadap nilai-nilai dongeng kecerdikan kancil. Secara bawah sadar, isi cerita merupakan sebuah afirmasi terhadap perilaku menipu dan berbohong. Sikap untuk menghalalkan segala cara meraih tujuan. Berkelindan dengan manipulasi dan kelicikan. Fable ini sebenarnya adalah refleksi mental yang terdalam dari perlawanan terhadap sebuah hegemoni (Pak tani). Seperti sebuah teladan yang belum disampaikan dengan sempurna, fable si Kancil mencuri timun ini memang hanya bisa dipakai untuk seru-seruan. Muatan nilai kebaikan dan budi pekertinya masih seperti meringkas kumpulan asap, alias sulit dideterminasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post