Hari ke-1947 tanpa jeda

Pak Kades Muda

Bagian 1

Gagal nyaleg, Sukri yang baru saja usai diwisuda ikut mencalonkan diri pada pemilihan kades di desanya. Nasib baik baginya, dia memenangkan pemilihan kades tersebut. Usai dilantik jadilah dia seorang kades termuda usianya di kecamatan bahkan di kabupaten tempat dia berdomisili.

Sukri sang kades muda, selain sarjana dirinya memiliki kegantengan di atas rata-rata pria ganteng yang ada di desanya. Makanya banyak cewek-cewek yang ada di desanya bahkan yang ada di desa tetangga mengidolakan dia, bahkan jatuh cinta padanya. Termasuk juga janda-janda muda, banyak yang bermimpi untuk menjadi istri kades muda tersebut.

Banyak juga para orang tua yang ada di desa itu, menginginkan Sukri menjadi menantu mereka. Karena mereka berpikir, kalau mereka punya menantu kades, bisa mudah menyelesaikan segala urusan yang menyangkut kepentingan mereka.

Makanya rumah Sukri atau kantor tempat dia bertugas sering didatangi orang-orang desa maupun orang-orang dari desa tetangga. Tak peduli pagi, siang, sore hingga malam ada-ada saja orang yang menemuinya. Bahkan terkadang saat dia sedang istirahat pun ada saja yang mau bertamu.

Seperti di malam Minggu itu, saat Sukri mau tidur, dia didatangi oleh Sinta, gadis dari desa tetangga.

“Assalamualaikum…!” ucap Sinta memberi salam.

Salam pertama tak ada jawaban, karena Sukri tak mendengar, karena dia sudah berbaring di tempat tidurnya mau istirahat. Makanya Sinta mengucapkan salam keduanya agak keras.

“Assalamualaikum…!”

“Waalaikumsalam…!” jawab Sukri sambil keluar kamar untuk membukakan pintu rumah yang dia tempati sendirian.

Bersambung