Hari ke-1921 tanpa jeda

Untuk Apa Dendam?

Bagian 8

“Sekolah swasta favorit tempat kamu bersekolah itu, miliknya papa Riko, lagi pula papanya Riko sudah berjasa membiayai kuliah Bapak hingga menjadi guru sampai sekarang ini.”

“Oh…begitu ya Pak?” ujar Tanto yang perlahan-lahan mulai hilang rasa bencinya ke Budi.

Menanggapi omongan Tanto, Budi hanya mengangguk tanda membenarkan apa yang dia omongkan. Lalu Budi ngomong lagi.

“Ooh…ya. Hampir lupa menyampaikan sesuatu padamu.” ujar Budi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Tentang apa, Pak?”

“Sekitar empat tahun yang lalu saat Riko meninggal dunia karena kecelakaan, papanya Riko menitipkan uang beasiswa untukmu ke Bapak, tanda permintaan maaf atas kelakuan anak beliau yang membuat kamu dipermalukan sampai pindah ke sekolah lain. Beliau memberimu beasiswa tersebut dengan harapan agar kamu mau memaafkan Riko. Sehingga Riko tak mendapatkan siksa karena telah menyakitimu, yang berstatus sebagai anak yatim.”

“Saya sudah melupakan peristiwa itu dan sudah memaafkan Riko.” ucap Tanto berbohong.

Lalu Tanto berkata lagi.

“Maaf Pak, saya tak membutuhkan lagi beasiswa. Saya sudah hampir menyelesaikan pendidikan keperawatan saya dari beasiswa pemerintah.”

Bersambung