Jalan Untuk Pulang
Bagas berusaha menahan keinginannya untuk menyusul sang kakak, namun belum dirinya bertindak suara serak yang lemah memanggilnya dari dalam kamar. Bagas segera merapikan rambut dan mencoba tersenyum sealami mungkin dan tak lupa mempersiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin nanti muncul dari sang ibu terhadap keberadaan kakaknya. Dalam hatinya mengupat kedua anggotanya yang bertindak lambat, namun setengah hatinya juga menyesali keputusan untuk membiarkan kakanya diawasi oleh orang lain.
Bagas menyiapkan senjata yang biasa dia pakai untuk menaklukkan sudut kota atau bangunan tua yang akan mereka jual atau kontrakkan kepada penghuni kawasan ini yang sangat sulit mencari tempat tinggal. Setiap ibunya bercerita seperti apa tanah kelahirannya bahkan kota tempat mereka tinggal sekarang. Beberapa album lama dengan foto yang menguning menujukkan kecerian dan kebahagian yang dulu pernah dirasakan.
Semenjak tingginya angka kelahiran dan kurangnya perhatian peerintah yang berkuasa, kawasan tersebut sudah mati lima puluh persen. Generasi usia produktif memilih meninggalkan kawasan tersebut, menuju ibu kota yang menjanjikan pekerjaan yang lebih baik. Angka polusi yang meningkat mengakibatkan rendahnya oksigen di kota itu. Sehubungan dengan sulitnya bertahan hidup di sana banyak dari pemuda memilih keluar dan tak pernah kembali.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap kisahnyo Uni. Lanjuut. Sukses selalu
Aamiin...tarimo kasih diak